SELAMAT DATANG Dr. JEFRI SITORUS, M.Kes semoga sukses memimpin KKP Kelas I Medan------------------------ Kami Mengabdikan diri Bagi Nusa dan Bangsa untuk memutus mata rantai penularan penyakit Antar Negara di Pintu Masuk Negara (Pelabuhan Laut, Bandar Udara dan Pos Lintas Batas Darat=PLBD) ------

Disease Outbreak News

Saturday, May 2, 2009

Siapkah Dunia Hadapi Pandemi?

Mewabahnya influenza A (H1N1) atau dikenal dengan flu babi, membuat dunia diliputi kekhawatiran. Apalagi Badan Kesehatan Dunia (WHO) mewanti-wanti mengenai potensi pandemi penyakit itu. Siapkah dunia menghadapinya?
Berdasarkan level kewaspadaan terhadap influenza A yang ditetapkan WHO, yakni level 5, dunia sudah berada setingkat di bawah pandemi. Artinya, banyak pemandangan tak menyenangkan akan terjadi dalam waktu beberapa bulan ke depan.
Mulai dari pembatasan berbagai hal, perbatasan antar negara yang ditutup, larangan berpergian (travel ban), dan berebut bahan pokok sehari-hari akan menjadi pemandangan yang tak asing lagi dalam beberapa waktu ke depan.
Jika WHO mengubah statusnya ke level tertinggi atau level 6, berbagai pemerintahan mulai menerapkan UU masing-masing. Mereka akan melakukan tindakan yang diperlukan untuk mengisolasi dan mengobati infeksi. Juga mencegah penyebaran lebih jauh dan membuat roda sosial tetap berputar.
Awal pekan ini, Senin (27/4), status level WHO masih berada di angka 4. Strategi ini sangat penting guna mencegah penyebaran virus, terutama di luar Meksiko yang asal muasal virus. Keputusan WHO menaikkan statusnya ke level 5 terjadi setelah balita Meksiko berusia 23 bulan di Texas, AS, tewas pada Rabu (29/4).
Selain itu, kasus influenza A dari Spanyol ternyata bukan dari seseorang yang pernah mengunjungi Meksiko. Pada tiga fase peringatan pertama, WHO berharap pemerintahan bersiap meminimalisir risiko pandemi. Mereka diharapkan memonitor peternakan dengan intens, serta mengantisipasi kemungkinan munculnya rangkaian baru.
Setelah menginjak level 4, tujuan utamanya berubah. Kini pemerintah sibuk mengisolasi kawasan yang terinfeksi agar tak menulari kawasan yang masih sehat. Tindakan darurat hanya bisa diberlakukan ketika level kewaspadaan menginjak angka 6.
Berdasarkan data yang dihimpun New Scientist, kesiapan dunia dalam menghadapi pandemi ternyata masih setengah-setengah. Bukan suatu hal yang mengejutkan bahwa negara miskin adalah yang persiapannya paling tidak matang.
Namun demikian, di negara kaya sekalipun persiapannya juga tak merata. Dalam sebuah jajak pendapat yang digelar pada 2007 di 30 negara Eropa, dalam persiapan menghadapi pandemi mereka masih terbagi dua. Jurang pemisah itu terletak pada kesiapan fungsi sosial.
Seperti sistem kesehatan, serta penyediaan listrik, transportasi, layanan perbankan, makanan, dan berbagai kebijakan penting lainnya. Dari 30 negara yang didata, hanya 12 negara Eropa yang memiliki kesiapan itu.
“Perencenaan multisektoral merupakan hal yang sangat vital pada masa-masa krisis,” ujar salah seorang penulis laporan tersebut, Sandra Mounier-Jack dari London School of Hygiene and Tropical Medicine (LSHTM).
Tiga negara dengan persiapan terbaik adalah Jerman, Prancis, dan Inggris. Dalam rencana mereka, sudah termasuk cara membuat pekerja vital tetap menjalankan industri dan layanan masing-masing. Beberapa sudah memenuhi syarat WHO dengan mengadakan simulasi.
Tingkat kesiapan juga sangat tinggi di Asia Tenggara dan Australasia. Kebanyakan negara di kawasan ini sudah pernah melakukan simulasi pandemi dan memiliki berbagai macam peralatan penting. Misalnya pendeteksi panas di bandara. Negara-negara ini banyak belajar dari wabah SARS pada 2003, serta flu burung yang masih tersisa.
Meski demikian, di Afrika hanya 35 dari 53 negara yang memiliki rencana menghadapi pandemi. “Parahnya, dari 35 negara ini pun masih kekurangan rencana dan pendekatan yang strategis,” ujar Paul Coker dari LSHTM yang meneliti kesiapan benua hitam itu.
Selain itu, persiapan mayoritas negara Afrika itu lebih menekankan kepada pendeteksian dan penanggulangan flu burung di hewan. Mereka, sejujurnya, tak memiliki persiapan untuk menangani pandemi flu manusia.
Saat ini, negara-negara di belahan bumi bagian selatan sedang memasuki siklus flu musiman. Artinya, virus flu akan menyebar dengan mudah. Penduduk pun menjadi lebih rentan jika influenza A menjadi pandemi.
“Dalam sebulan, musim dingin Australia akan tiba dan belahan bumi bagian utara akan memasuki musim panas. Negara berkembang sudah berjuang dengan meningkatnya HIV, TB, dan malaria. Pandemi flu akan menjadi sesuatu yang benar-benar menguji sistem kesehatan,” ujar seorang dosen kesehatan di University if Sydney, Raina MacIntyre. [E1]
Sumber : http://www.inilah.com Oleh Vina Ramitha
Credit Foto dan Ilustrasi : Dr. H. Masrip Sarumpaet, M.Kes

Travel Notices - CDC Travelers' Health

MANTAN-MANTAN KEPALA KKP MEDAN