SELAMAT DATANG Dr. JEFRI SITORUS, M.Kes semoga sukses memimpin KKP Kelas I Medan------------------------ Kami Mengabdikan diri Bagi Nusa dan Bangsa untuk memutus mata rantai penularan penyakit Antar Negara di Pintu Masuk Negara (Pelabuhan Laut, Bandar Udara dan Pos Lintas Batas Darat=PLBD) ------

Disease Outbreak News

Saturday, August 2, 2008

Permasalahan Kesehatan Akibat KLB Diare di Papua

Jakarta, 01 Aug 2008

Pada periode bulan April hingga Juli 2008 terjadi KLB Diare di 2 kabupaten, yaitu di Lembah Kammu Kab. Nabire Distrik Kammu dan Distrik Ikrar serta di Kab. Paniai Distrik Obano. Tipe KLB adalah diduga propagated source yang ditularkan melalui feco-oral, yaitu budaya duka di daerah pegunungan tengah, yaitu memeluk dan mencium orang yang meninggal, termasuk korban yang meninggal akibat diare. Berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan rectal swab menunjukkan positif Vibrio Cholera.

Demikian informasi yang diperoleh dari Dinkes Prov. Papua sampai dengan tanggal 29 Juli 2008 pukul 20.00 WIB.

Selama periode Bulan April hingga Juli 2008, KLB tersebut menyebabkan korban meninggal dunia sebanyak 87 orang dengan rincian :

1. Sebanyak 81 orang meninggal dari 552 kasus di Lembah Kammu Kab. Nabire Distrik Kammu dan Distrik Ikrar.

2. Sementara di Kabupaten Paniai Distrik Obano dan sekitarnya 6 orang meninggal dari 23 kasus .

Beberapa upaya yang telah dilakukan :

  • Melakukan inverstigasi epidemiologi dan surveilans ketat untuk memastikan jumlah kasus dan kematian hingga KLB benar-benar selesai.
  • Memberikan pelayan kesehatan di Puskesmas
  • Melakukan pengambilan sampel dari penderita untuk kepentingan pemeriksaan laboraturium.
  • Melakukan kegiatan pengobatan massal yang dipusatkan di Desa Ekamadina.
  • Menempatkan tenaga dokter di Desa Bomomani dan Modio
  • Melakukan koordinasi dengan para kepala distrik, kepolisisan , dan LSM yang turut membantu penanganan KLB tersebut.
  • Melakukan kordinasi dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat untuk mengupayakan pembatasan sementara waktu bagi warga setempat yang akan mengunjungi wilayah Nabire terutama ke Distrik Moanemani.
  • Melakukan penyuluhan kepada seluruh masyarakat.

Permasalahan kesehatan saat ini dapat diatasi oleh jajaran kesehatan setempat. Pemantauan dilakukan oleh Dinkes Kabupaten Nabire, Dinkes Prov. Papua dan Pusat Penanggulangan Krisis Depkes.

Sumber : Depkes OL


Thursday, July 31, 2008

TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) mempunyai tugas melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah, surveilans epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan OMKABA serta pengamanan terhadap penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi, kimia dan pengamanan radiasi di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.

Dalam melaksanakan tugas dimaksud, KKP menyelenggarakan fungsi :

  1. Pelaksanaan kekarantinaan;
  2. Pelaksanaan pelayanan kesehatan;
  3. Pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan di bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;
  4. Pelaksanaan pengamatan penyakit, penyakit potensial wabah, penyakit baru, dan penyakit yang muncul kembali;
  5. Pelaksanaan pengamanan radiasi pengion dan non pengion, biologi, dan kimia;
  6. Pelaksanaan sentra/simpul jejaring surveilans epidemiologi sesuai penyakit yang berkaitan dengan lalu lintas nasional, regional, dan internasional;
  7. Pelaksanaan, fasilitasi dan advokasi kesiapsiagaan dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan bencana bidang kesehatan, serta kesehatan matra termasuk penyelenggaraan kesehatan haji dan perpindahan penduduk;
  8. Pelaksanaan, fasilitasi, dan advokasi kesehatan kerja di lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;
  9. Pelaksanaan pemberian sertifikat kesehatan obat, makanan, kosmetika dan alat kesehatan serta bahan adiktif (OMKABA) ekspor dan mengawasi persyaratan dokumen kesehatan OMKABA impor;
  10. Pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut dan muatannya;
  11. Pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;
  12. Pelaksanaan jejaring informasi dan teknologi bidang kesehatan bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;
  13. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan bidang kesehatan di bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;
  14. Pelaksanaan kajian kekarantinaan, pengendalian risiko lingkungan, dan surveilans kesehatan pelabuhan;
  15. Pelaksanaan pelatihan teknis

Sebelumnya, Fungsi KKP sesuai Kepmenkes 265 tahun 2004

PERMENKES RI NO. 356/MENKES/PER/IV/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

Dengan semakin meningkatnya aktifitas di bandara, pelabuhan dan lintas batas darat negara berkaitan dengan transmisi penyakit potensial wabah serta penyakit lainnya yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan yang meresahkan dunia, sudah selayaknya dilakukan penataan kembali organisasi dan tata kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).


Pada 14 Apri 2008 yang lalu Menteri Kesehatan telah menanda tangani PERMENKES RI NO. 356/MENKES/PER/IV/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN.

KKP mempunyai tugas melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah, surveilans epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan OMKABA serta pengamanan terhadap penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi, kimia dan pengamanan radiasi di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.

Perbedaan beban kerja pada Kantor Kesehatan Pelabuhan ditindaklanjuti dengan penetapan kriteria klasifikasi Kantor Kesehatan Pelabuhan. Dengan demikian sejak berlakunya Peraturan ini, maka di lingkungan Departemen Kesehatan terdapat 7 (tujuh) KKP Kelas I, 21 (dua puluh satu) KKP Kelas II, dan 20 (dua puluh) KKP Kelas III.


PERMENKES RI NO. 356/MENKES/PER/IV/2008


Bagan Struktur Organisasi KKP

KANTOR KESEHATAN PELABUHAN Kelas I
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN Kelas II
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN Kelas III


Tuesday, July 29, 2008

AIDS Kategori Bencana

Di Afrika, Harapan Hidup Tinggal 50 Persen

Selasa, 29 Juli 2008 | 01:25 WIB

Jakarta, Kompas - Situasi epidemi HIV/AIDS di seluruh dunia kian mengkhawatirkan. Hal ini ditandai pesatnya laju peningkatan kasus HIV, terbatasnya akses layanan kesehatan, dan adanya stigma bagi mereka yang terinfeksi. Karena itu, Laporan Bencana Dunia Tahun 2008 menyebutkan, HIV/AIDS sebagai bencana jangka panjang.

”Ini menunjukkan betapa seriusnya problem HIV/AIDS di berbagai negara di dunia, tidak terkecuali di Indonesia,” kata Ketua Masyarakat Peduli AIDS Indonesia (MPAI) Prof Zubairi Djoerban, Senin (28/7) di Jakarta.

”Dari perkiraan para ahli, jumlah pasien terinfeksi HIV lebih dari 193.000 orang. Namun, yang datang berobat baru sekitar 30.000 orang. Ini berarti ada sekitar 160.000 orang dengan HIV yang belum mendapat pengobatan karena belum tahu statusnya atau sulit mengakses layanan kesehatan. Padahal, obat antiretroviral (ARV) bisa diperoleh secara gratis,” kata Zubairi.

Laporan Bencana Dunia Tahun 2008 dari Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) baru-baru ini menyebutkan, HIV/AIDS sudah merupakan bencana jangka panjang pada banyak tingkatan dan kompleks.

Jika HIV/AIDS sebagai bencana, pemerintah negara dengan angka kasus HIV tinggi bisa memproduksi sendiri obat ARV tanpa terikat hukum internasional hak paten obat. Penerapan tes HIV atas inisiatif penyedia layanan kesehatan tanpa perlu konseling, perlu dipertimbangkan agar pasien bisa dideteksi sejak dini.

Harapan hidup

Negara-negara di kawasan sub-Sahara Afrika paling parah terkena dampak epidemi HIV/ AIDS. Prevalensi 20 persen dan angka harapan hidup penduduk tinggal setengahnya.

Di kalangan kelompok-kelompok marjinal, seperti pengguna narkoba lewat jarum suntik, pekerja seks, dan pria yang berhubungan sesama jenis, laju peningkatan HIV kian pesat. Golongan ini kerap menerima stigma, kasus kriminal, dan hanya mempunyai sedikit akses layanan pencegahan dan pengobatan.

”Untuk pertama kalinya, Laporan Bencana Dunia tahun ini terfokus pada isu HIV/AIDS dengan alasan bagus,” kata Sekretaris Jenderal Federasi Internasional Markku Niskala dalam sambutannya pada laporan di akhir masa tugasnya, Juni lalu.

Masyarakat internasional harus bangkit menghadapi tantangan HIV melalui kerja sama berbagai organisasi kemanusiaan dengan pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan skala dan jangkauan program pencegahan HIV, termasuk pengobatan dan perawatan penderita. Masalah HIV juga harus mendapat prioritas lebih tinggi dalam program penanganan bencana.

Mengutip data Badan PBB Penanganan HIV/AIDS (UNAIDS), hampir 7.000 orang terjangkit HIV setiap hari. Bila tidak ada perubahan besar dalam penanggulangannya, AIDS diperkirakan akan menulari jutaan manusia. Sejak 1981, lebih dari 25 juta orang meninggal akibat AIDS, sementara 33 juta lainnya hidup dengan HIV. (EVY)

Sumber : Kompas OL


Travel Notices - CDC Travelers' Health

MANTAN-MANTAN KEPALA KKP MEDAN