SELAMAT DATANG Dr. JEFRI SITORUS, M.Kes semoga sukses memimpin KKP Kelas I Medan------------------------ Kami Mengabdikan diri Bagi Nusa dan Bangsa untuk memutus mata rantai penularan penyakit Antar Negara di Pintu Masuk Negara (Pelabuhan Laut, Bandar Udara dan Pos Lintas Batas Darat=PLBD) ------

Disease Outbreak News

Tuesday, October 9, 2007

IR Penderita Flu Burung Akhirnya Meninggal Dunia

IR Penderita Flu Burung Asal Tangerang, Banten Akhirnya Meninggal Dunia
22 Oct 2007

Ir (L, 12 tahun), warga Kampung Ceger, Sepatan, Tangerang, Banten yang dinyatakan positif Flu Burung, Rabu 10 Oktober 2007, berdasarkan pemeriksaan PCR realtime dan gelbased Laboratorium Badan Litbangkes Depkes, akhirnya meninggal dunia di RS. Persahabatan tanggal 13 Oktober 2007 pk. 7.30 WIB.
Dengan demikian, secara kumulatif kasus Flu Burung di Indonesia mencapai 109 orang, 88 orang diantaranya meninggal dunia dengan angka kematian (Case Fatality Rate = CFR ) 80,73%. Saat ini di Propinsi Banten terdapat 15 kasus positif flu burung, 13 orang diantaranya meninggal dunia.

Sumber : http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=2867

Satu Lagi Kasus Flu Burung di Tangerang, Banten
11 Oct 2007
Satu lagi kasus positif flu burung ditemukan di Tangerang, Banten. Ir (L, 12 tahun), warga Kampung Ceger, Sepatan, Tangerang, Jawa Barat dinyatakan positif Flu Burung, Rabu 10 Oktober 2007, berdasarkan pemeriksaan PCR realtime dan gelbased. Ir mulai sakit tanggal 3 Oktober 2007dan saat ini masih dirawat di RS Persahabatan setelah sebelumnya berobat di RS Tangerang. Sebelum sakit, Ir sempat kontak dengan ayam yang positif Flu Burung. Dengan demikian, secara kumulatif kasus Flu Burung di Indonesia mencapai 109 orang, 87 orang diantaranya meninggal dunia dengan angka kematian (Case Fatality Rate = CFR ) 79,87%. Saat ini di Propinsi Banten terdapat 15 kasus positif flu burung, 12 orang diantaranya meninggal dunia.
Untuk mencegah dan melindungi diri agar tidak tertular Flu Burung, masyarakat diminta :
Jangan sentuh unggas yang sakit atau mati. Jika terlanjur, cepat-cepat cuci tangan pakai sabun dan laporkan ke Kepala Desa.
Cuci pakai sabun tangan dan juga peralatan masak Anda sebelum makan atau memasak. Masak ayam dan telur ayam sampai matang.
Pisahkan unggas dari manusia. Dan juga pisahkan unggas baru dari unggas lama selama 2 minggu
Periksakan diri ke dokter, Puskesmas atau rumah sakit jika mengalami gejala flu dan demam setelah berdekatan dengan unggas.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-5223002 dan 52960661, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.
http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=2866

Tujuh Warga Labuhan Deli Suspect Flu Burung

Medan, WASPADA Online

Tujuh Warga Labuhan Deli Suspect Flu Burung

Tujuh warga Kecamatan Labuhan Deli yang dicurigai suspect flu burung masuk ruang isolasi gedung flu burung RSUP H Adam Malik Medan menjalani perawatan intensif, Sabtu (6/10) malam. Sebelumnya juga diketahui seorang warga Percut Sei Tuan dicurigai suspect flu burung menjalani perawatan di rumah sakit itu.Informasi yang dihimpun Waspada, Minggu (7/10), ketujuh warga tersebut berinisial MR, 34, SY, 3, SK, 43, ID, 4, SN, 23, SM, 52, dan WT, 36 yang semuanya warga salah satu dusun di Kec. Labuhan Deli, Kab. Deli Serdang. Dari semua warga yang dicurigai suspect flu burung mengalami demam antara 36-38 derajat celcius.Menurut keterangan dari salah seorang perawat jaga, ketika pasien tersebut masuk ke RSUP HAM dalam kondisi lemah mengalami demam mencapai 36, 5 derajat celcius, filek, batuk dan sesak nafas serta tidak ada selera makan. Bahkan, seorang di antaranya mengalami demam tingggi mencapai 38 derajat celcius. Dari keterangan keluarga, berawalnya demam tersebut ketika didapati ternak unggas jenis ayam sekitarnya mati mendadak beberapa hari lalu. Ketika itu warga tersebut sempat memegang ayam yang mati mendadak itu. Dari hasil pemeriksaan tim Dinas Peternakan, ayam yang mati di sekitar tersebut positif terjangkit virus flu burung.Direktur RSUP HAM drg Armand P Daulay, M.Kes melalui Humas Sinar Ginting ketika dikonfirmasi membenarkan adanya tujuh warga Kec. Labuhan Deli mendapat perawatan intensif di ruang isolasi gedung flu burung karena dicurigai suspect flu burung. Namun, sejauh ini belum diketahui apakah warga tersebut positif terjangkit flu burung dan menunggu hasil sample darah yang sudah diambil. (h10)
Sumber :
Selasa, 09 Oktober 2007 10:37 WIB

7 Sampel Darah Suspect Flu Burung Dikirim Ke Jakarta

Medan, WASPADA Online
Sampel darah dan cairan tenggorokan milik tujuh pasien suspect flu burung asal Dusun 6, Desa Telaga 7, Kec. Labuhan Deli, Kabupaten Deliserdang telah dikirim ke Jakarta untuk menjalani pemeriksaan laboratorium Depkes RI."Sampel darah dan cairan tenggorokannya sudah dikirim ke Puslitbangkes Depkes RI, Sabtu (6/10) dan menjalani pemeriksaan di laboratorium mulai Senin (8/10). Kita upayakan sebelum lebaran, hasilnya sudah diketahui," kata Kasubdin Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Sumut dr Surya Dharma kepada wartawan di ruang kerjanya, Senin (8/10).Mengenai kondisi tujuh korban, Surya mengatakan mereka masih menjalani perawatan di RSUP H Adam Malik Medan sejak Jumat (5/10) malam. Surya menambahkan, Dinas Kesehatan Sumut menurunkan tim gerak cepat ke 10 kabupaten/kota yang dinyatakan pernah menjadi tempat penyebaran flu burung. Hal ini dilakukan setelah tujuh warga Dusun 6, Desa Telaga 7,Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deliserdang dan seorang penduduk Jln Al Rido Pasar VIII, Tembung, Kabupaten Deliserdang, dinyatakan menderita suspect flu burung."Tim ini sudah dilatih oleh tenaga profesional untuk penanganan flu burung terutama pada manusianya yang menjadi korban. Selanjutnya tim tersebut akan bekerja di 10 Kabupaten/Kota," ujar Surya. Menurut Surya, 10 kabupaten/kota yang menjadi sasaran tim gerak cepat itu adalah, Langkat, Deliserdang, Medan, Karo, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Asahan, Serdang Bedagai dan Tapanuli Tengah. "10 Kabupaten/kota ini juga mendapat bantuan dari WHO. Sementara daerah lainnya masih di bawah koordinasi agar tidak terjadi penyebaran flu burung," tambahnya.Selama periode Januari - awal Oktober 2007, jumlah kasus suspect flu burung di Sumut mencapai 21 orang dan seorang di antaranya penduduk Lau Dendang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Deliserdang positif dan meninggal. "Kita terus melakukan penyuluhan dan sosialisasi tentang bahaya flu burung kepada masyarakat," ujar Surya.Seperti diberitakan, virus Avian Influenza (AI) kembali menyerang warga Kabupaten Deliserdang. Akibatnya 7 orang penduduk Dusun 6 Desa Telaga 7 Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deliserdang dilarikan ke RSUP H Adam Malik Medan, Jumat (5/10) malam sekitar pukul 23:00.Ketujuh pasien suspect flu burung itu yakni MR, 7, Su, 3, Suk, 52, S, 43, Hen, 15, Sur, 23, dan Wa, 46, telah menjalani perawatan intensif di gedung Isolasi Flu Burung RSUP H Adam Malik Medan. Sebelumnya, seorang pria berinsial, F, 42, penduduk Jln Al Rido Pasar VIII, Tembung, Kabupaten Deliserdang, Jumat (5/10) pagi sekira pukul 05:30 juga dilarikan ke RSUP H. Adam Malik karena menderita suspect flu burung. (m26)

Monday, October 8, 2007

Pandemi dalam Sejarah

Pandemi pertama yang tercatat dalam sejarah terjadi ketika tahun 430 sebelum Masehi. Ketika perang Peloponnesia antara dua kota utama Yunani kuno, Athena dan Sparta. Strategi yang diterapkan oleh Pericles, pimpinan dan penggagas utama keagungan Athena, dengan bertahan di dalam tembok kota untuk menghadapi kepungan pasukan Sparta yang memiliki kekuatan lebih besar tampaknya membawa hasil yang memuaskan. Namun apa yang terjadi justru diluar perkiraan siapapun. Penduduk Athena justru harus menghadapi maut dikarenakan wabah penyakit yang selama empat tahun kemudian menyebabkan kematian sepertiga warga dan militernya (bbcindonesia.com-08/11/2005). Lebih lanjut dijelaskan oleh Thucydides, ahli sejarah Yunani, dengan detail tentang gejala-gejala penyakit misterius itu. Warga yang sehat tiba-tiba diserang penyakit, yang dimulai dengan rasa panas seperti terbakar di kepala. Kemudian terjadi radang sampai merah membara di mata dan organ bagian dalam seperti tenggorokan atau lidah. Radang itu sampai berdarah dan mengeluarkan bau busuk yang tidak alami. Tetapi itu baru permulaan saja, pasien kemudian menderita bersin dan batuk, diikuti dengan diare, muntah-muntah dan sekujur tubuh kejang. Kulit penderita menjadi pucat dan penuhi benjolan serta bisul. Tenggorokan terasa seperti terbakar dan penderita terus menerus merasa haus. Kebanyakan warga Athena yang terserang penyakit ini meninggal dunia pada hari ketujuh atau kedelapan. Tetapi ketika penyakit bergerak ke bagian pencernaan tubuh, yang ditandai dengan luka lambung dan diare yang parah ditambah dengan daya tahan tubuh yang rentan, kebanyakan orang saat itu yang mengalami ini juga meninggal. Hanya sedikit orang yang selamat, tetapi sering kali mereka pun kehilangan jari tangan, jari kaki, alat vital atau pengelihatan mereka. Itulah gambaran tentang pandemi pertama di dunia yang tercatat dalam sejarah.
Selanjutnya pandemi kembali melanda pada abad kedua Masehi di kerajaan Romawi ketika tahun 165 M pasukan Romawi pulang dari di Timur membawa penyakit yang diyakini banyak ahli sebagai penyakit cacar. Wabah ini menewaskan sekitar lima juta orang. Wabah kedua merebak antara tahun 251 dan 266 Masehi, dan pada masa terburuk wabah itu dikatakan menewaskan 5.000 warga Romawi setiap harinya.
Pandemi berikutnya adalah penyakit yang pada awalnya disebut wabah Justinian. Seperti diketahui lebih lanjut dalam sejarah, penyakit yang ternyata dibawa oleh kutu dari tikus itu sebenarnya adalah pandemi penyakit pes pertama yang menelan korban jiwa besar. Dari tahun 541 sampai 542 Masehi, wabah itu membunuh 40%penduduk Konstantinopel. Sejarawan Bizantium, Procopius mengklaim bahwa pada puncaknya wabah penyakit pes itu menelan korban jiwa 10.000 orang per hari. Penyakit ini kemudian menyebar ke seluruh kawasan timur Laut Tengah dan menewaskan seperempat penduduk kawasan tersebut. Wabah besar kedua yang terjadi pada tahun 588 Masehi menyebar lebih jauh lagi sampai ke Perancis dan menyebabkan korban jiwa akibat penyakit pes di Eropa mencapai sekitar 25 juta orang. Sebutan yang lebih terkenal untuk penyakit pes ini adalah black death (maut hitam) dikarenakan kulit korban yang terkena penyakit ini menghitam karena pecahnya pembuluh darah di bawah kulit. Penyakit ini kembali menyerang daratan Eropa dan Mediterrania dari 1347 hingga1351. Masa itu adalah awal dari siklus berkepanjangan serangannya yang berlanjut hingga awal abad ke-18. Serangan besar terakhir yang tercatat adalah yang terjadi di Marseille pada1722 (Osheim, 2005).
Kolera adalah pandemi berikutnya yang menakutkan umat manusia.
Meskipun hingga sekarang di beberapa daerah termasuk Indonesia masih dapat di temui, penyakit yang pertama kalinya disebutkan oleh seorang dokter berkebangsaan Portugis, Garcia de Orta pada abad 16 M namun penyakit ini mencapai puncaknya pada tahun 1816. kolera ini muncul juga di India dan menyebar masuk Rusia dan Eropa Timur hingga Amerika Utara.
Memasuki abad 20 pandemi yang terjadi adalah pandemi influenza.
Dalam abad lalu tercatat tiga pandemi flu. Yang pertama dan terburuk adalah flu Spanyol yang terjadi pada tahun 1918 di tiga lokasi yang saling berjauhan: Brest di Perancis; Boston di Amerika Serikat; dan Freetown di Sierra Leone. Penyakit itu memiliki tingkat kematian tinggi dan yang mengherankan orang berusia 20 sampai 40 tahun yang jatuh menjadi korban dan bukan mereka yang tua renta. Penyakit flu juga mampu bergerak dengan sangat cepat dengan membunuh 25 juta orang dalam waktu enam bulan. Seperlima warga dunia terinfeksi. Sampai hari ini, asal jenis flu manusia itu belum pernah ditemukan tetapi penelitian baru yang dilakukan oleh Institut Penyakit Menular pada Angkatan Bersenjata Amerika Serikat mengisyaratkan bahwa kemungkinan besar penyakit influenza berasal dari burung. Influenza kemudian menghilang hampir sama cepatnya, namun setelah menewaskan sekitar 40 juta orang. Jumlah ini lebih besar dari korban jiwa dalam Perang Dunia Pertama yang berakhir pada waktu yang hampir bersamaan hingga kemudian dunia kembali menemukan panyakit flu burung di Hongkong pada tahun 1997. Flu burung tidak dikenal menyerang manusia sampai ditemukan kasus di Hongkong ini menyerang 18 orang dan menewaskan enam diantaranya. Kematian diakibatkan radang paru-paru dan gangguan pernafasan, gagal ginjal dan komplikasi lainnya. Gejala timbulnya penyakit ini sama dengan influwnza biasa yaitu demam, batuk dan sebagainya. Walaupun manusia punya kekebalan terhadap virus influenza namun pada kasus flu burung ini tubuh kita belum terbiasa dengan varietas virus yang baru ini (King, 2005). Ilmuwan mengidentifikasikan variasi jenis dari virus influenza berdasarkan dua protein kunci yang ditemukan di permukaan tubuhnya. Dua jenis tersebut adalah hemagglutin (H) dan neuraminidase (N). Terdapat 15 subtipe utama dari protein jenis H dan 9 jenis dari protein jenis N. Virus yang ditemukan di Hongkong disebut H5N1 karena protein kunci yang ditemukan di permukaan tubuhnya dalah dari subtype H5 dan N1. Beberapa unggas di Eropa dan bagian timur Amerika Serikat mengalami wabah dari jenis H7 yang dipercaya kurang berbahaya bagi manusia (King, 2005).
Bank Dunia mendesak para pembuat kebijakan di seluruh dunia agar menjadikan ancaman pandemi flu burung global prioritas utama mereka. Organisasi itu mengatakan, pihaknya sangat khawatir akan dampak ekonomi yang dapat ditimbulkan oleh pandemi global, dan menyerukan agar segala cara dilakukan guna membatasi penyebaran flu burung pada sumbernya, sehingga mengecilkan resiko pandemi di kalangan manusia. Pernyataan tersebut dikeluarkan dalam sebuah laporan mengenai prakiraan ekonomi di Asia Timur, yang menurut Bank Dunia sudah menderita dampak ekonomi utama dari penyebaran virus H5N1 di kalangan unggas. Industri unggas paling menderita secara ekonomi sejauh ini. Pemusnahan unggas telah menyebabkan pasokan ayam dan unggas lain turun 15-20% di negara yang paling parah terkena yaitu Vietnam dan Thailand. Pengusaha ternak dan pedagang ayam menderita kerugian besar karenanya.
Dalam masalah kesehatan, kekhawatiran terbesar adalah virus ini bisa berkembang sehingga menular dari manusia ke manusia. Ini tentu saja akan menimbulkan konsekuensi serius karena akan sangat berpengaruh pada industri seperti turisme dan perhubungan. Seorang pejabat tinggi PBB memperingatkan, mungkin akan terjadi wabah baru influenza setiap saat, yang mungkin menewaskan 150 juta orang (bbcindonesia.com-30/09/2005).
Tamiflu, Roche dan TRIPs
Sementara wabah semakin menjalar, beberapa negara berkembang mengatakan mereka terpaksa keluar dari persaingan untuk membeli tamiflu, satu diantara segelintir obat yang dianggap efektif melawan virus flu burung H5N1, karena mereka tidak mampu membeli. Produsen Tamiflu, Roche, mendapat tekanan besar untuk memproduksi lebih banyak obat dan membolehkan perusahaan-perusahaan obat lainnya meniru obat itu dengan biaya lebih murah. Roche mengatakan pihaknya akan berbicara dengan pemerintah berbagai negara dan perusahaan obat lain untuk memberi mereka izin membuat Tamiflu (bbcindonesia.com-18/10/2005). Hal seperti ini dapat terjadi diakibatkan diterapkannya perluasan perlindungan paten dalam TRIPs (Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights) untuk produk obat-obatan. Melalui mekanisme kesepakatan WTO paten ini menghambat kemungkinan produsen obat lokal untuk memproduksi obat generik dan obat penyelamat hidup (life saving drugs). Sebelum ditetapkan TRIPs, produsen lokal diperbolehkan memproduksi obat-obatan sejenis dengan proses yang berbeda karena proses pembuatannya tidak termasuk dipatenkan.Karena itulah dilakukan tekanan terus menerus untuk merubah ketetapan ini karena nyawa manusia yang jadi taruhannya. Negara-negara Afrika dan kelompok masyarakat sipil termasuk yang paling gencar melancarkan kampanye tentang dampak TRIPs ini terhadap akses obat-obatan bagi orang miskin. Pada akhirnya negara-negara maju mengijinkan impor pararel dan lisensi wajib bagi obat-obatan.Lisensi wajib adalah penggunaan obyek paten tanpa ijin dari pemegang haknya ketika keadaan darurat seperti ketika pandemi menyerang dan bencana alam. Impor pararel adalah pembelian langsung dari pihak ketiga di negara lain bukan dari produsen karena terkadang produsen memberlakukan harga yang berbeda untuk negara yang berbeda. Dengan kedua mekanisme yang ada ini diharapkan dapat diterima obat dengan harga yang lebih terjangkau dan dunia dapat lebih siap siaga menghadapi pandemi seperti flu burung yang saat ini masih mengancam (Jhamtani, 2005).
Kepustakaan.
  1. Jhamtani, Hira.2005.”WTO dan Penjajahan Kembali Dunia Ketiga” Insist Pers. Yogyakarta.
  2. King, Christopher. "Avian Flu." Microsoft® Encarta® 2006 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2005.
  3. Osheim, Duane J. "Black Death." Microsoft® Encarta® 2006 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2005.

Travel Notices - CDC Travelers' Health

MANTAN-MANTAN KEPALA KKP MEDAN