SELAMAT DATANG Dr. JEFRI SITORUS, M.Kes semoga sukses memimpin KKP Kelas I Medan------------------------ Kami Mengabdikan diri Bagi Nusa dan Bangsa untuk memutus mata rantai penularan penyakit Antar Negara di Pintu Masuk Negara (Pelabuhan Laut, Bandar Udara dan Pos Lintas Batas Darat=PLBD) ------

Disease Outbreak News

Friday, June 10, 2011

Sudah 30 Orang Tewas Akibat Wabah Bakteri E. Coli di Jerman

Berlin - Korban jiwa akibat wabah bakteri E. coli yang melanda Jerman dan negara-negara lain terus bertambah. Sejauh ini sudah 30 orang yang meninggal akibat bakteri pembunuh tersebut.


Korban jiwa terbaru adalah seorang pria berumur 57 tahun di Frankfurt, Jerman. Bulan lalu pria itu bepergian dengan istrinya ke Kota Hamburg, Jerman utara, yang menjadi pusat wabah bakteri mematikan E. coli.


Demikian disampaikan pejabat-pejabat Jerman seperti diberitakan AFP, Jumat (10/6/2011).


Kematian seorang pria berusia 68 tahun dan seorang wanita berumur 20 tahun juga dilaporkan di negara bagian Lower Saxony, Jerman. Berarti hingga kini setidaknya 30 orang tewas termasuk seorang wanita di Swedia yang baru saja kembali dari Jerman.


Lebih dari 2.800 orang di setidaknya 14 negara jatuh sakit akibat bakteri enterohaemorrhagic E. coli (EHEC) tersebut. Dalam kasus yang parah, bakteri tersebut bisa menyebabkan gagal ginjal. Menteri Kesehatan Jerman Daniel Bahr sebelumnya telah menyatakan bahwa kemungkinan wabah ini telah melewati puncaknya. Sebab jumlah penderita baru telah menurun.


Hingga kini sumber pasti wabah bakteri mematikan tersebut masih misterius. Awalnya, otoritas Hamburg menuding timun impor asal Spanyol sebagai sumber wabah. Namun kemudian hal itu tak terbukti. Setelah itu, tauge organik yang ditanam di Jerman utara diduga sebagai sumber wabah. Namun setelah dilakukan sejumlah tes, hasilnya negatif.


Sumber : Rita Uli Hutapea; detiknews

Tuesday, June 7, 2011

Strain bakteri E. coli Eropa tidak ada di Indonesia

JAKARTA. Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih meminta masyarakat tidak risau perihal wabah bakteri Escherichia coli (E. coli) yang tengah melanda di negara-negara Eropa. Lantaran sampai detik ini belum ditemukan strain bakteri E. coli yang serupa dengan di Eropa.


Endang mengatakan, bakteri E.coli di Eropa berbeda dengan yang ada di Indonesia. Apalagi, Endang mengatakan, tidak ada produk pertanian yang diimpor dari Eropa. Namun, sebagai antisipasinya, dia meminta masyarakat membiasakan hidup sehat dan bersih. Salah satu contohnya adalah dengan mencuci sayuran atau buah-buah sebelum dikonsumsi.


Menurutnya, langkah ini sudah cukup untuk menghilangkan bakteri E. coli. "Atau kita sebelum makan mencuci tangan terlebih dulu," paparnya. Makanya Endang menyebutkan jika ada desakan untuk dilakukan kontrol khusus terhadap sayuran dan buahan impor adalah suatu yang berlebihan."Mengkupas buah atau mencuci sebelum mengkonsumsi itu semua sudah cukup," katanya.


Beberapa negara Eropa kini terjangkiti bakteri E. coli. Pasalnya bakteri ini dapat menimbulkan penyakit berbahaya dan mematikan. Penderita dapat berlanjut menjadi parah dalam kondisi yang disebut haemolytic uraemic syndrome (HUS).


Menurut data Kementrian Kesehatan, wabah penyakit ini sebenarnya mulai terjadi di Jerman pada pertengahan Mei 2011. Sampai 2 Juni 2011, Jerman menemukan 520 kasus haemolytic uraemic syndrome (HUS) dengan 11 kematian. Terdapat 1.213 kasus enterohaemorrhagic Escherichia coli (EHEC), 6 diantaranya meninggal. Artinya, di Jerman terdapat 1.733 kasus dan 17 kematian.


Selain Jerman, ada 11 negara lain yang menemukan kasus yang sama yaitu Austria, Republic Ceko, Denmark, Francis, Belanda, Norwegia, Spanyol, Swedia, Swiss, Inggris dan Amerika Serikat.


Gejala penyakit ini berupa sakit perut seperti kram dan diare. Pada sebagian kasus, bahkan dapat mengeluarkan diare berdarah (haemorrhagic colitis). Juga dapat timbul demam dan muntah.


Sumber : nasional.kontan.co.id

Monday, June 6, 2011

Wabah E. Coli, Makanan Eropa Belum Dilarang

VIVAnews - Serangan bakteri Escherichia Coli (E.Coli) menjangkiti ribuan orang dan menewaskan puluhan lainnya di negara-negara Eropa. Bakteri ini diduga berasal dari tanaman tauge di Jerman. Namun, saat ini, belum ada penghentian produk-produk dan makanan asal Eropa.


Kementerian Kesehatan RI sudah mengimbau masyarakat agar waspada terhadap penyakit akibat bakteri E.Coli itu. Lalu, bagaimana dengan antisipasi bakteri ini melalui perdagangan makanan?


Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan, masalah E.Coli harus dibahas bersama dengan Menteri Kesehatan serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Pemerintah Indonesia juga masih menunggu hasil investigasi yang dilakukan negara Eropa.


"Itu penyebabnya dari mana. Baru kami bisa melakukan pencegahan atau monitoring," ujar Mari di Kementerian Perekonomian, Jakarta, Senin 6 Juni 2011.Menurut dia, ada dua hal yang harus diawasi yaitu pertama, masalah makanan dan manusia. Kedua, masalah manusiawi karena penyakit ini menular.


Mari menjelaskan, Kementerian Kesehatan telah mengumumkan perlu adanya pegecekan terhadap penumpang dari Eropa. Jika nantinya ditemukan tanda-tanda sakit atau diare, perlu dipantau seperti yang dilakukan saat menghadapi wabah flu burung dan SARS beberapa waktu lalu.


"Ini perlu pengamanan serta di-check Kemenkes dan pintu masuknya pada akhirnya di bandara," kata Mari.


Ia mengakui, pemerintah belum membahas mengenai wabah E.Coli, namun dalam waktu dekat akan terus dilakukan.


"Kami kan belum tahu penyebabnya dari mana. Jadi, ini tentunya perlu dipahami. Ini lebih kepada wewenang Badan POM dan Kemenkes apa yang harus diperiksa. Kami harus tentukan dulu," tegas Mari.


Wabah bakteri mematikan E.Coli menimpa beberapa wilayah di Jerman sejak pekan lalu yang hingga kini menewaskan 16 orang dan menjangkiti 1.150 orang di delapan negara Eropa. Diduga, wabah berasal dari sayuran atau buah-buahan. Namun, belum ditemukan sumber pasti dari mana bakteri berasal.


Sumber : VIVAnews.com

Sunday, June 5, 2011

Kemenkes Perintahkan Pelabuhan Cermati Penumpang dari Eropa yang Diare

Jakarta - Wabah Entero Hemoragic E.Coli (EHEC) yang terjadi di sejumlah negara Eropa telah menginfeksi lebih 1.836 orang. Kemenkes RI mencoba mengantisipasi penyebaran wabah itu dengan mencermati orang yang baru bepergian dari Eropa.


Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Prof dr Tjandra Yoga Aditama menuturkan, pihaknya telah mengeluarkan surat edaran pada otoritas terkait untuk mencermati setiap kasus dengan gejala diare terutama yang disertai dengan gejala perdarahan.


"Khusus kepada kepala Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) diseluruh Indonesia, agar mencermati setiap penumpang khususnya dari negara-negara Eropa yang mengalami gejala tersebut di atas (diare, utamanya yang berdarah) dan segera mengkoordinasikan dengan imigrasi dan pengelola bandara serta melaporkan kepada Dirjen PP dan PL," kata Tjandra dalam siaran pers, Minggu (5/6/2011).


Tjandra menuturkan, surat edaran guna mengantisipasi masalah infeksi E.coli di Eropa yang antara lain menyebabkan HUS (haemolytic uraemic syndrome), ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi seluruh Indonesia dan seluruh Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP). Dalam surat edaran itu, diharapkan aparat Kesehatan setempat dapat mengambil langkah-langkah sebagai berikut :


1. Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat luas tentang pentingnya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

2. Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat untuk membiasakan selalu mencuci tangan dengan sabunsetelah buang air besar/kecil dan sebelum menyentuhmakanan/minuman.

3. Mencuci sayuran dan buah buahan dengan air sampai benar-benar bersih, terutama sayuran dan buah-buahan yang dikonsumsi secara segar (tidak dimasak).

4. Mencermati setiap kasus dengan gejala diarrhea terutama yang disertai dengan gejala perdarahan.

5. Khusus kepada kepala Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) diseluruh Indonesia, agar mencermati setiap penumpang khususnya dari negara-negara Eropa yang mengalami gejala tersebut diatas dan segera mengkoordinasikan dengan imigrasi dan pengelola bandara serta melaporkan kepada Dirjen PP dan PL.


Sementara itu, menurut World Health Organization (WHO) langkah pencegahan EHEC dan HUS di Eropa kini adalah sebagai berikut:


a. Melaksanakan pola hidup bersih sehat, dengan selalu mencuci tangan setelah menggunakan toilet dan sebelum memegang makanan.

b. Pengamatan terhadap kasus diare berdarah yang disertai sakit perut, yang kasus itu ada riwayat perjalanan / atau kontak dengan orang yang datang dari Jerman Utara. Kasus ini harus segera berobat kesarana kesehatan.


Selanjutnya WHO merekomendasikan "WHO 5 key to safer food" -lima kunci untuk penanganan makanan yang aman- sebagai cara mengelola makanan dengan baik untuk menghindari infeksi saluran cerna termasuk EHEC ini, yaitu sebagai berikut:

a. Menjaga kebersihan bahan makanan

b. Memisahkan makanan mentah dengan makanan matang

c.Memasak hingga benar-benar matang

d. Menyimpan makanan pada suhu yang aman

e. Mencuci bahan baku makanan dengan air bersih


Sumber : detiknews.com

Kolom Pak Dirjen P2PL : Bakteri E. coli Sebagian Besar Tak Berbahaya

Media massa di hari- hari ini memuat berita penyakit akibat bakteri Escherichia coli (E. coli). Bakteri ini dapat ditemui di usus manusia dan binatang berdarah panas. Sebagian besar strainnya tidaklah berbahaya, tetapi strain tertentu "enterohaemorrhagic E. coli (EHEC)" akan dapat menimbulkan penyakit berbahaya dan mematikan, seperti yang terjadi di Eropa sekarang ini.

Gejala yang timbul dapat berupa sakit perut seperti keram dan diare yang pada sebagian kasus bahkan dapat mengeluarkan diare berdarah (haemorrhagic colitis). Juga dapat timbul demam dan muntah.

Masa inkubasi berkisar antara tiga sampai delapan hari, rata-rata empat hari. Sebagian besar pasien dapat sembuh dalam 10 hari, tapi pada keadaan khusus ( yang kini juga terjadi pada sebagiab kasus di Eropa) maka penyakit dapat berlanjut menjadi gawat dan berat, seperti keadaan yang disebut dengan haemolytic uraemic syndrome (HUS).

HUS ini ditandai dengan kegalalan ginjal akut, anemia dan kekurangan trombosit ( acute renal failure, haemolytic anaemia and thrombocytopenia ) dan juga gangguan neurologis sampai stroke dan koma. Diperkirakan sampai sekitar 10 % pasien yang terinfeksi EHEC akan berlanjut menjadi HUS yang angka kematiannya berkisar antara 3 - 5 persen.

Peningkatan kasus mulai terjadi di Jerman pada pertengahan Mei 2011. Sampai 2 Juni 2011 Jerman menemukan 520 kasus haemolytic uraemic syndrome (HUS) (11 fatal) dan 1213 kasus "enterohaemorrhagic Escherichia coli" (EHEC) (6 fatal), artinya di Jerman totalnya ada 1733 kasus dan 17 kematian . Selain Jerman maka ada 11 negara lain (jadi total 12 negara) yang menemukan kasus ini dinegara mereka, yaitu Austria (HUS 0, EHEC 2), Czech Republic (0, 1), Denmark (7, 10), France (0, 6), Netherlands (4, 4), Norway (0, 1), Spain (1, 0), Sweden (15, 28), Switzerland (0, 2), United Kingdom (3, 4) dan United States of America (2, 0).

Direktorat Jenderal P2PL Kementerian Kesehatan RI terus memantau perkembangan yang ada di Eropa ini bersama WHO dan menyampaikan informasi dan kewaspadaan ke jajaran kesehatan di tanah air.

Sumber : sehatnews.com.kolom-pak-dirjen-p2pl

Travel Notices - CDC Travelers' Health

MANTAN-MANTAN KEPALA KKP MEDAN