SELAMAT DATANG Dr. JEFRI SITORUS, M.Kes semoga sukses memimpin KKP Kelas I Medan------------------------ Kami Mengabdikan diri Bagi Nusa dan Bangsa untuk memutus mata rantai penularan penyakit Antar Negara di Pintu Masuk Negara (Pelabuhan Laut, Bandar Udara dan Pos Lintas Batas Darat=PLBD) ------

Disease Outbreak News

Tuesday, March 24, 2009

Cholera in Zimbabwe

23 March 2009 -- In Zimbabwe, the situation with the current cholera outbreak is improving. In the week ending 14 March 2009, 2 076 cases were reported. While this number is still high, it compares to 3 812 cases in the immediately-preceding week and over 8000 cases per week at the beginning of February. The weekly Case Fatality Rate has also decreased from its peak of near 6% in January and, while still too high, stood at 2.3% for the week ending 14 March. While data collection and verification remain a challenge throughout the country with the effect that weekly statistics are not always accurate or complete, the overall trend over the last 2 months is of a decreasing number of cases and deaths.

Moreover, the Case Fatality Rate in Cholera Treatment facilities has decreased to 0.8% in the week of 1-7 March, the last week for which accurate statistics of this measure exist. This is below the acceptable level of 1%. The percentage of deaths occurring in the community, outside of Cholera Treatment facilities, remains high but has declined to 33% from 62%.

As of 17 March, 91 164 cases with 4 037 deaths had been reported since the beginning of the current outbreak in August 2008.

Cases have decreased in all provinces. On the other hand, cases reported are increasing again in and around the capital, Harare. The risk of the outbreak restarting in those areas of the country is real. The need to remain vigilant and to continue and reinforce the control measures already in place is paramount.

The World Health Organization and its Global Outbreak Alert and Response Network (GOARN) partners have a sizeable team working out of the national Cholera Command and Control Centre ("C4") in Harare. The objective of the cholera control measures in the coming days is to extend the operations of the C4 to Regional and District level. GOARN partners working with the Ministry of Health of the Government of Zimbabwe and WHO include the International Centre for Diarrhoeal Disease Research, Bangladesh; Burnet Institute in Australia; the London School of Hygiene and Tropical Medicine and Health Protection Agency in the UK; US Centers for Disease Control and Prevention; and the National Board of Health and Welfare, Sweden. Nongovernmental organizations such as Médecins sans Frontières, the Red Cross and others have been key in treating patients across the country at a time when many health facilities were not fully functional.

Sorce : http://www.who.int/csr/don/2009_03_23/en/index.html

Monday, March 23, 2009

Menkes : Imunisasi Hanya 4

Oleh : Aprizal Rahmatullah - detikNews


 

Jakarta - Banyaknya jenis vaksinasi bagi balita (bayi lima tahun) membuat masyarakat bingung. Untuk mengatasi hal ini, Departemen Kesehatan telah menentukan hanya ada empat imunisasi dasar yang wajib dilakukan.


 

"Yaitu BCG, Polio, DPT, dan Campak," kata Menteri Kesehatan Fadillah Supari usai acara Revitalisasi Program Bantuan Alat Kesehatan Balloon dan Stent Bagi Masyarakat, di RS Harapan Kita, Jl S. Parman, Slipi, Jakarta Barat, Senin (23/3/2009).


 

Siti menjelaskan, keempat vaksinasi tersebut sudah teruji dari segi ilmu pengetahuan sehingga dibutuhkan bagi setiap manusia. Sedangkan vaksin jenis lainnya belum bisa dikategorikan suatu kebutuhan/keharusan.


 

"Kalau yang lain belum ada eviden casenya. Jadi tergantung apakah perlu diberikan, harus diteliti dulu," terangnya.


 

Siti berjanji akan meninjau lebih lanjut mengenai jenis-jenis Imunisasi yang dibutuhkan. Menurut informasi yang dihimpun detikcom, terdapat belasan jenis vaksin yang beredar dilapangan. Selain keempat vaksin yang disebut pemerintah ada juga vaksin hepatitis B, pnemonia, vaksin infeksi telinga. (ape/aan)

Sumber : http://www.detiknews.com/read/2009/03/23/142703/1103757/10/menkes-:-imunisasi-hanya-4

Waspada Flu Burung

Flu Burung

A. PENGERTIAN

Flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan oleh unggas yang dapat menyerang manusia. Nama lain dari penyakit ini antara lain avian influenza.

B. DEFINISI KASUS

1. Kasus Suspek

Kasus suspek adalah seseorang yang menderita ISPA dengan gejala demam (temp > 38°C), batuk dan atau sakit tenggorokan dan atau ber-ingus serta dengan salah satu keadaan;

  • seminggu terakhir mengunjungi petemakan yang sedang berjangkit klb flu burung
  • kontak dengan kasus konfirmasi flu burung dalam masa penularan
  • bekerja pada suatu laboratorium yang sedang memproses spesimen manusia atau binatang yang dicurigai menderita flu burung

2. Kasus "Probable"

Kasus "probable" adalah kasus suspek disertai salah satu keadaan;

  • bukti laboratorium terbatas yang mengarah kepada virus influenza A (H5N1), misal : Test HI yang menggunakan antigen H5N1
  • dalam waktu singkat berlanjut menjadi pneumonialgagal pernafasan/ meninggal
  • terbukti tidak terdapat penyebab lain

3. Kasus Konfirmasi

Kasus konfirmasi adalah kasus suspek atau "probable" didukung oleh salah satu hasil pemeriksaan laboratorium;

  • Kultur virus influenza H5N1 positip
  • PCR influenza (H5) positip
  • Peningkatan titer antibody H5 sebesar 4 kali
C. GEJALA KLINIS

Gejala klinis yang ditemui seperti gejala flu pada umumnya, yaitu; demam, sakit tenggorokan. batuk, ber-ingus, nyeri otot, sakit kepala, lemas. Dalam waktu singkat penyakit ini dapat menjadi lebih berat berupa peradangan di paru-paru (pneumonia), dan apabila tidak dilakukan tatalaksana dengan baik dapat menyebabkan kematian.

D. ETIOLOGI DAN SIFAT

Etiologi penyakit ini adalah virus influenza. Adapun sifat virus ini, yaitu; dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pada 0°C.

Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang sakit dapat bertahan lebih lama, tetapi mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit.

Dikenal beberapa tipe Virus influenza, yaitu; tipe A, tipe B dan tipe C. Virus Inluenza tipe A terdiri dari beberapa strain, yaitu; H1N 1, H3N2, H5N1, H7N7, H9N2 dan lain-lain.

Saat ini, penyebab flu burung adalah Highly Pothogenic Avian Influenza Viru, strain H5N1 (H=hemagglutinin; N= neuraminidase). Hal ini terlihat dari basil studi yang ada menunjukkan bahwa unggas yang sakit mengeluarkan virus Influenza A (H5N1) dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus Inluenza A (H5N1) merupakan penyebab wabah flu burung pada unggas. Secara umum, virus Flu Burung tidak menyerang manusia, namun beberapa tipe tertentu dapat mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang manusia.

E. MASA INKUBASI

Masa inkubasi virus influenza bervariasi antara 1 – 7 hari.

F. SUMBER DAN CARA PENULARAN

Penularan Flu burung (H5N1) pada unggas terjadi secara cepat dengan kematian tinggi. Penyebaran penyakit ini terjadi diantara populasi unggas satu pertenakan, bahkan dapat menyebar dari satu pertenakan ke peternakan daerah lain. Sedangkan penularan penyakit ini kepada manusia dapat melalui udara yang tercemar virus tersebut, baik yang berasal dari tinja atau sekreta unggas terserang Flu Burung. Adapun orang yang mempunyai resiko besar untuk terserang flu burung (H5N1) ini adalah pekerja peternakan unggas, penjual dan penjamah unggas.

Hal lain, belum ada bukti terjadi penularan dari manusia ke manusia. Disamping itu, belum bukti adanya penularan pada manusia melalui daging unggas yang dikonsumsi.

G. UPAYA PENCEGAHAN

Upaya pencegahan penularan dilakukan dengan cara menghindari bahan yang terkontaminasi tinja dan sekret unggas, dengan tindakan sebagai berikut :

  • Setiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran cerna unggas harus menggunakan pelindung (masker, kacamata renang)
  • Bahan yang berasal dari saluran cerna unggas seperti tinja harus ditatalaksana dengan baik ( ditanam / dibakar) agar tidak menjadi sumber penularan bagi orang disekitarnya.
  • Alat-alat yang dipergunakan dalam peternakan harus dicuci dengan desinfektan
  • Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan
  • Mengkonsumsi daging ayam yang telah dimasak pada suhu 80°C selama 1 menit, sedangkan telur unggas perlu dipanaskan pada suhu 64°C selama 5 menit.
  • Melaksanakan kebersihan lingkungan.
  • Melakukan kebersihan diri.

Sumber : http://www.pppl.depkes.go.id/Wc8858268df7e2.htm

Travel Notices - CDC Travelers' Health

MANTAN-MANTAN KEPALA KKP MEDAN