SELAMAT DATANG Dr. JEFRI SITORUS, M.Kes semoga sukses memimpin KKP Kelas I Medan------------------------ Kami Mengabdikan diri Bagi Nusa dan Bangsa untuk memutus mata rantai penularan penyakit Antar Negara di Pintu Masuk Negara (Pelabuhan Laut, Bandar Udara dan Pos Lintas Batas Darat=PLBD) ------

Disease Outbreak News

Saturday, August 28, 2010

Flu Babi Merebak di Selandia Baru

Kamis, 26 Agustus 2010 18:50 WIB

MESKI Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan bahwa pandemi global flu babi telah berakhir, Menteri Kesehatan Mark Jacobs Selandia Baru justru menyatakan penyakit yang disebabkan virus influenza subtipe H1N1 ini tengah mewabah di Selandia baru. Sejauh ini bahkan menyebabkan kematian 10 orang.

Selain itu, akibat penyakit yang sempat menjadi pandemi global pada tahun lalu ini, beberapa orang di beberapa wilayah itu juga tengah menjalani perawatan intensif di rumah sakit.

"Sejauh ini, kami telah menerima 10 laporan kematian terkait dengan flu babi," katanya. Lebih dari 500 orang juga telah dirawat di rumah sakit. Pihak laboratorium juga mengonfirmasi ke-500 orang itu terjangkit flu babi dengan 16 orang menjalani perawatan intensif.

Karena suplai vaksin yang terbatas, Jacobs mengatakan bahwa pihaknya tengah berencana meminta kiriman 35 dosis vaksin. Walau WHO telah menyatakan wabah flu babi telah mereda, virus itu tetap saja menyebar di beberapa negara. Maka itu, disarankan semua negara waspada dalam menghadapi virus tersebut.

Flu babi menginfeksi manusia setiap tahun dan biasanya ditemukan pada orang-orang yang bersentuhan dengan babi, meskipun ditemukan juga kasus-kasus penularan dari manusia ke manusia. Gejala virus ini antara lain demam, disorientasi, kekakuan pada sendi, muntah-muntah, dan kehilangan kesadaran yang berakhir pada kematian. (Pri/OL-06)
Sumber : MI Online

Wednesday, August 25, 2010

WHO Telat Cabut Status Pandemi Flu Babi

Jakarta,
Badan kesehatan dunia (WHO) mengumumkan status global pandemi flu babi (HINI) berakhir pada 10 Agustus 2010. Tapi pernyataan tersebut dinilai sudah terlambat oleh Kementerian Kesehatan RI.
Pendapat tersebut disampaikan oleh Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI, Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE, disela-sela acara buka bersama Menteri Kesehatan di kediaman Menkes, Jl. Denpasar Raya 14, Jakarta, Selasa (24/8/2010).
WHO mengumumkan bahwa H1N1 atau yang lebih dikenal dengan flu babi masih menjadi pandemi pada 3 Juni 2010. Direktur Jenderal WHO, Margaret Chan mengatakan bahwa tingkat siaga pandemi saat itu masih dalam kemungkinan tertinggi, yaitu fase 6.
Kemudian status pandemi tersebut dicabut dan disampaikan langsung oleh Margaret Chan dalam pernyataannya 10 Agustus 2010, seperti dilansir dari Reuters.Menurut Chan, pencabutan status pandemi flu babi ini didasarkan pada rekomendasi oleh para ahli influenza setelah dilakukan pengkajian dan penelitian yang mendalam.
Tapi Prof Tjandra mengatakan bahwa sebenarnya kasus flu babi ini sudah menjadi kasus flu yang biasa dan sudah tidak ada lagi kasus pandemi terjadi sejak beberapa bulan yang lalu.Menurutnya, keterlambatanan pencabutan status pandemi ini disebabkan karena Emergency Committee (yang memberi masukan bahwa H1N1 masih pandemi) masih menduga bahwa di belahan bumi selatan akan ada outbreak (penularan), itu pun beberapa bulan yang lalu.
Selain itu, pada pertemuan Menteri Kesehatan ASEAN di Singapura bulan lalu, para menteri juga sudah melaporkan kepada WHO bahwa kasus flu babi sudah menjadi kasus biasa."WHO pada saat itu masih mengatakan ingin mengumpulkan bukti, masih ada masalah atau nggak. Jadi, menurut kita malah sudah terlambat ngomong sekarang," jelas Prof Tjandra.
Berdasarkan pernyataan WHo, kasus flu babi sekarang dalam fase post-pandemi. Dan meski kasusnya masih ada, tapi sudah tidak berbahaya dan bukan merupakan masalah pandemi lagi."Sebenarnya mustinya sejak beberapa bulan yang lalu sudah dinyatakan bukan. Tapi WHO rupanya mau cari aman, betul-betul dari semua tempat tidak ada laporan yang bermakna, baru di-clear," tambah Prof Tjandra.

Monday, August 23, 2010

Virus Mematikan Ebola Bisa Segera Dibasmi

Washington,
Ancaman senjata biologis membuat Amerika gencar mendanai penemuan obat baru untuk virus-virus mematikan, antara lain Ebola. Upaya itu tidak sia-sia, sebab kini obat baru untuk virus mematikan tersebut telah siap diujikan pada manusia.
Dalam pengujian terhadap kera ekor panjang (cynomolgus monkey), obat tersebut efektif mengatasi virus Marburg hingga 90 persen. Virus ini masih satu keluarga dengan Ebola dalam kelompok filovirus (virus penyebab demam berdarah) dengan tingkat kematian 90 persen.
Dikutip dari France24, Senin (23/8/2010), obat yang dinamakan PMO (phosphorodiamidate morpholino oligomers) ini bekerja dengan menghambat replikasi (penggandaan diri) virus. Terhambatnya replikasi tersebut memberi kesempatan bagi sistem kekebalan tubuh untuk membentuk perlawanan terhadap virus. Untuk dapat diproduksi secara massal, obat ini masih harus melalui beberapa tahap pengujian.
Setelah efektivitas pada kera terbukti, kini US Food and Drug Administration (FDA) telah memberikan lampu hijau untuk menguji keamanannya pada sekelompok kecil relawan. Apabila keamanan pada manusia sudah terbukti, obat itu masih harus melalui 1 tahap lagi. Dalam kelompok relawan yang lebih besar obat itu akan diuji lagi efektivitasnya, bukan lagi pada kera melainkan manusia.
Di Afrika yang merupakan tempat virus ini berasal, penyakit Ebola banyak menyerang kelelawar pemakan buah dan primata non-manusia. Sementara pada manusia, sejak tahun 1976 WHO telah mencatat 1.850 kasus dengan korban tewas berjumlah 1.200 orang. Virus ini begitu mematikan, hingga muncul kekhawatiran penyalahgunaan sebagai senjata biologis oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Oleh karena itu sejak serangan teroris 11 September 2001, militer AS melalui Pentagon gencar mendanai pengembangan obat untuk Ebola. Penemuan PMO sebagai antivirus untuk Ebola kali ini juga tak lepas dari peran militer AS. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Medicine ini diprakarsai oleh Badan Riset Militer AS bekerja sama dengan perusahaan farmasi di Washington, AVI BioPharma.

Travel Notices - CDC Travelers' Health

MANTAN-MANTAN KEPALA KKP MEDAN