SELAMAT DATANG Dr. JEFRI SITORUS, M.Kes semoga sukses memimpin KKP Kelas I Medan------------------------ Kami Mengabdikan diri Bagi Nusa dan Bangsa untuk memutus mata rantai penularan penyakit Antar Negara di Pintu Masuk Negara (Pelabuhan Laut, Bandar Udara dan Pos Lintas Batas Darat=PLBD) ------

Disease Outbreak News

Thursday, August 12, 2010

Hati-hati, Bakteri Super Mengancam Dunia

Kamis, 12 Agustus 2010

LONDON, KOMPAS.com — Hati-hati. Para ahli medis di Inggris mengingatkan, ada bakteri baru yang mengancam hidup manusia. Bakteri ini tergolong super karena tahan terhadap antibiotik paling ampuh sekalipun. Belakangan, bakteri ini sudah ditemukan di sejumlah rumah sakit di Inggris.
Seperti dilansir dari BBC, para ahli medis juga menjelaskan, bakteri yang dapat membuat enzim yang dinamakan NDM-1 itu dibawa oleh pasien NHS yang sebelumnya terbang ke luar negeri seperti India dan Pakistan untuk melakukan operasi kecantikan.
Meskipun saat ini baru ditemukan sekitar 50 kasus di Inggris, para ahli khawatir bakteri ini akan menyebar secara global. Untuk penanganannya, dibutuhkan pengawasan yang ketat serta obat-obatan baru.
Infeksi serupa juga sudah ditemukan di AS, Kanada, Australia, dan Belanda. Tak heran jika kemudian peneliti internasional mengatakan bahwa NDM-1 bisa menjadi ancaman utama kesehatan global. Saat ini, infeksi bakteri sudah menyebar dari satu pasien ke pasien lainnya di rumah sakit di Inggris.
Sumber : Kompas Online

Wednesday, August 11, 2010

WHO Cabut Status Pandemi Flu Babi

New York, Badan kesehatan dunia (WHO) mengumumkan status global pandemi flu babi (HINI) berakhir karena wabahnya terus menurun dibanding tahun lalu. Dunia beruntung virus H1N1 belum bermutasi.
Pernyataan pencabutan status pandemi flu babi itu disampaikan langsung oleh Direktur Jenderal WHO, Margaret Chan dalam pernyataannya 10 Agustus 2010 seperti dilansir dari Reuters, Rabu (11/8/2010).
Meski pandemi flu babi dinyatakan berakhir namun WHO mengingatkan agar dunia tetap selalu waspada. "Kita sekarang bergeser ke periode pasca-pandemi. Virus baru H1N1 sebagian besar sudah tertangani," kata Chan.
Chan membantah anggapan yang mengatakan WHO terlalu berlebihan menetapkan status pandemi karena korban flu babi kenyataannya tak sebanyak flu burung di Asia."Itu sudah keputusan yang benar," kata Chan yang membela keputusan status pandemi yang diumumkan Juni tahun lalu itu.
Menurut Chan, pencabutan status pandemi flu babi ini didasarkan pada rekomendasi oleh para ahli influenza setelah dilakukan pengkajian dan penelitian yang mendalam."Di beberapa negara ancaman global virus H1N1 sudah jauh lebih rendah dan berbeda dibanding setahun yang lalu," kata Keiji Fukuda, pakar Flu WHO.
Ahli kesehatan di Hong Kong juga mengatakan dunia telah beruntung virus H1N1 belum bermutasi menjadi virus yang lebih mematikan karena vaksin yang dibuat berjalan efektif terhadap virus itu.Namun tetap diingatkan virus flu babi masih akan terus bersirkulasi sebagai bagian dari flu musiman di tahun-tahun mendatang, sehingga tetap diperlukan kewaspadaan semua pihak. Kelompok yang berisiko tinggi terkena flu babi seperti ibu hamil disarankan tetap harus mendapatkan vaksinasi.Virus H1N1 yang mewabah itu pertama kali muncul di Meksiko dan Amerika pada tahun 2009 yang menyebarcepat dalam 6 minggu. Kondisi itu membuat WHO mengeluarkan status pandemi pada Juni 2009.
Pengumuman status pandemi itu membuat beberapa negara maju seperti Amerika dan Eropa menyetok vaksin flu yang berlebihan hingga terbuang percuma karena kedaluwarsa.Namun belakangan motivasi WHO yang mengumumkan pandemi flu babi dinilai berlebihan karena membuat banyak negara paranoid. Bahkan WHO terus mengumumkan status pandemi dan berbahaya untuk flu babi hingga Juni 2010, meski sudah banyak ditentang pakar kesehatan.
Para kritikus mempertanyakan motivasi dari beberapa penasihat WHO yang memiliki hubungan dengan industri farmasi, dengan menyatakan flu babi sebagai pandemi atau epidemi global.Puluhan perusahaan membuat vaksin flu seperti Sanofi-Aventis, GlaxoSmithKline, Novartis, AstraZeneca, CSL dan Roche yang membuat antivirus oseltamivir yang dipasarkan sebagai Tamiflu.
Kritikus menuding kecemasan yang ada terlalu dibesar-besarkan dan akhirnya banyak membuang uang. Padahal kenyataannya, flu burung dan SARS yang menyerang Asia lebih berbahaya.
Terbukti negara seperti Amerika harus membuang sekitar 40 juta dosis vaksin flu babi (HINI) senilai US$ 260 juta atau Rp 2,34 triliun, yang semula akan digunakan untuk melindungi masyarakat AS dari flu babi terbuang sia-sia karena kedaluwarsa.
Sumber : Detik.health Online

Travel Notices - CDC Travelers' Health

MANTAN-MANTAN KEPALA KKP MEDAN