SELAMAT DATANG Dr. JEFRI SITORUS, M.Kes semoga sukses memimpin KKP Kelas I Medan------------------------ Kami Mengabdikan diri Bagi Nusa dan Bangsa untuk memutus mata rantai penularan penyakit Antar Negara di Pintu Masuk Negara (Pelabuhan Laut, Bandar Udara dan Pos Lintas Batas Darat=PLBD) ------

Disease Outbreak News

Saturday, August 9, 2008

12 Warga Dusun IV Air Batu Asahan Negatif Flu Burung

Jakarta, 09 Aug 2008

Hasil pemeriksaan laboratorium Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) Badan Litbangkes Depkes menyatakan 12 orang warga di Afdeling 5 Damuli Dusun IV Air Batu, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara negatif Flu Burung. Kedua belas warga tersebut saat ini masih dirawat di RSUD Kisaran dan RSU H. Adam Malik, Medan. Kondisi pasien yang dirawat di RS H.Adam Malik, Medan (rumah sakit rujukan flu burung) yaitu FH (P, 7 th) dan MSM (L, 8 th) sudah stabil dan membaik. Sedangkan pasien lainnya dirawat di RSUD Kisaran.

Demikian laporan yang diterima Pusat Komunikasi Publik dari Posko Flu Burung Depkes tanggal 9 Agustus 2008.

Kasus suspek Flu Burung tersebut ditemukan berdasarkan kegiatan surveilans aktif sejak tanggal 5 – 7 Agustus 2008 oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan Dinkes Kabupaten Asahan. Terhadap hasil temuan tersebut telah dilakukan upaya perawatan secara gratis di RS, pengobatan dengan oseltamivir, pengambilan dan pengiriman specimen ke Badan Litbangkes Depkes, pengamatan kasus suspek, surveilans kontak, serta penyuluhan kesehatan.

Hingga saat ini, tim dari Depkes masih melakukan surveilans aktif di masyarakat untuk mencari kasus baru. Selain itu juga dilakukan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) masalah Flu Burung.

Berdasarakan pemeriksaan Rapid Test oleh Dinas Peternakan Kab. Asahan dan pemeriksaan Laboratorium Veterinar Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara, terhadap 15 ekor unggas (ayam dan bebek) yang mati mendadak tanggal 28 Juli 2008 di Afdeling 5 Damuli Dusun IV Air Batu, Kabupaten Asahan, tersebut positif Flu Burung.

Seperti diketahui pada sebagian besar masyarakat Afdeling 5 Damuli Dusun IV Air Batu rata-rata beternak ayam, itik, dan bebek baik untuk dikonsumsi maupun dijual. Umumnya kandang ternak mereka menempel dengan rumah bahkan ada juga ternak yang tidak dikandangkan. Anak-anak Dusun IV Air Batu umumnya tidak menggunakan alas kaki saat bermain padahal banyak unggas berkeliaran disekitar tempat tinggal mereka. Sementara sanitasi lingkungan di Desa Air Batu secara umum kurang memenuhi syarat kesehatan. Keadaan seperti ini tentunya menjadi faktor risiko khususnya di daerah yang sudah terinfeksi Flu Burung pada unggas.

Untuk menghindari Flu Burung, masyarakat diminta tetap waspada dan tanggap terhadap unggas yang sakit dan mati mendadak. Masyarakat harus membiasakan hidup bersih dan sehat agar terhindar dari virus Flu Burung, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Jangan sentuh ayam, bebek, dan unggas lain, apalagi yang sakit atau mati,
  2. Cuci pakai sabun, tangan dan peralatan masak anda,
  3. Pisahkan unggas dari manusia,
  4. Periksakan ke Puskesmas jika ada gejala flu & demam setelah berdekatan dengan unggas,
  5. Gunakan sarung tangan, penutup mulut dan hidung saat memegang unggas,
  6. Jangan memakan unggas yang sakit atau mati,
  7. Sembelih, bakar, kubur unggas yang sakit atau mati,
  8. Jangan biarkan anak-anak bermain dengan unggas.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-5223002 dan 52960661, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.

KLB Diare-Kolera Di Papua : Korban Meninggal 105 Orang Sejak April 2008

Jakarta, 09 Aug 2008

Pemerintah Serius Tangani Diare-Kolera Di Papua


Pemerintah serius tangani kejadian luar biasa (KLB) Diare-Kolera di Papua. Tim penanggulangan KLB telah diturunkan untuk melakukan investigasi epidemiologi dan surveilans, memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas, mengambil sampel untuk pemeriksaan laboratorium, mengirimkan logostik, serta melakukan penyuluhan kepada masyarakat.

Secara kumulatif korban meninggal akibat Diare-Kolera sejak April – awal Agustus 2008 berjumlah 105 orang. Sebelumnya korban meninggal dilaporkan sebanyak 94 orang. Tambahan 11 kasus hari ini (10 kasus lama tetapi terlambat dilaporkan dan 1 kasus baru) merupakan update terbaru tanggal 9 Agustus 2008 yang diterima Pusat Komunikasi Publik dari Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP &PL) Depkes.

Sejak April hingga Juli 2008 telah terjadi KLB Diare-Kolera di 2 kabupaten, yaitu di Kab. Nabire Distrik Kammu dan Distrik Kammu Utara serta di Kab. Paniai Distrik Obano dan Distrik Yatamo, Provinsi Papua.

KLB Diare-Kolera di Kabupaten Nabire mengakibatkan 666 sakit, 97 orang diantaranya meninggal dunia. Korban meninggal paling banyak di Distrik Kammu, yaitu mencapai 66 orang. Sampai tanggal 28 Juli 2008, KLB masih berlangsung, terutama menyerang Desa Igebutu dan Desa Boobutu di Distrik Kammu.

Sementara di Kabupaten Paniai berjumlah 52 kasus, 8 orang diantaranya meninggal. Kasus terbanyak ditemukan di Distrik Obano, yaitu mencapai 46 kasus. Kasus terakhir ditemukan tanggal 13 Juli 2008 dan tidak ditemukan lagi kasus baru hingga kini.

Pengambilan sampel usap dubur (rectal swab) yang dilakukan baik dari penderita maupun keluarga yang kontak dengan penderita, menunjukkan positif terinfeksi vibrio cholera tipe Ogawa.

Tingginya angka kematian ini disebabkan keterlambatan saat berobat karena masyarakat beranggapan jika masih bisa beraktifitas maka dianggap belum sakit. Selain itu juga terlambat mencapai sarana kesehatan karena jauhnya jarak tempuh dan hanya dapat dicapai dengan jalan kaki selama 4 jam. Penyebab lain adalah terlambat penangaan karena Puskesmas Pembantu dan bidan desa tidak dapat melakukan infus.

Sementara itu, berdasarkan hasil pengamatan, Tim Penanggulangan KLB juga mengidentifikasi faktor risiko di masyarakat setempat yaitu masih rendahnya pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Kebisaaan minum air mentah, tidak biasa mencuci tangan sebelum makan, jarang mandi dan berganti pakaian, biasa buang air besar di kebun, serta memiliki kebiasaan mencium penderita yang meninggal.

Untuk memantau situasi Dinkes Kab. Nabire, Dinkes Propinsi Papua dan Pusat Penanggulangan Krisis Depkes masih melakaukan pemantauan dan pengamatan. Upaya lain yang dilakukan adalah memberikan pelayanan kesehatan, melakukan pengobatan massal yang berpusat di Desa Ekamadina, menempatkan tenaga dokter di Desa Bomomani dan Modio. Selain itu tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat juga mengupayakan pembatasan sementara waktu bagi warga setempat yang akan mengunjungi Nabire terutama ke Distrik Monemani.

Sumber : Depkes OL


Thursday, August 7, 2008

Suspect Flu Burung : 11 warga Kecamatan Airbatu, Kabupaten Asahan Sumatera Utara

MEDAN - Sebelas warga Kec.Airbatu, Kab. Asahan diduga suspect flu burung. Dua di antaranya dirujuk ke RSUP H Adam Malik Medan. Sedangkan 9 warga lainnya masih menjalani observasi di RSU H Abdul Manan S Kisaran di Asahan.

Kepala Humas RSUP H Adam Malik Medan, Sinar Ginting SE kepada wartawan membenarkan hal tersebut.

‘'Dua bocah laki-laki dan perempuan yakni Muhammad Sani Mufli berusia 8 bulan dan Fadilah Hanum berusia 7 tahun asal Dusun 4, Desa Airbatu,39, Pondok Damuli Afdeling,5, Kec. Airbatu, Kab. Asahan tiba di RSUP H Adam Malik Rabu (6/8) pukul 02.00 dinihari,'' ujarnya.

Ginting mengatakan kedua pasien tersebut telah ditangani dan diperiksa secara intensif di gedung khusus Flu Burung RSUP H Adam Malik Medan. ‘'Tiba di rumah sakit ini kedua pasien tersebut panasnya sangat tinggi mencapai 30-40 derajat celcius, namun secara berangsur suhu badan mulai menurun,'' tuturnya.

Pasien, menurutnya telah diberi Tamiflu pada pertolongan awal dan dilakukan uji sample pada tenggorokan, hidung dan darah. ‘'Sampel langsung kita kirim ke laboratorium Puslitbang Kes di Jakarta. Hasilnya secepatnya diketahui, positif flu burung atau negatif,'' kata Ginting.

Sementara dari RSU Kisaran dilaporkan,9 warga yang masih menjalani observasi dan opname yakni Darsiyem,32, Misniah,35, Ujang,38, Sudira,39, Indah Purnama Sari,6, Rindi,8, Dwi Yanti,5, Rama Agus Setiana,2, dan Retno Ayu Pratiwi. ''Kondisi pasien kini sudah membaik dengan suhu badan mulai normal dan beberapa sudah dibenarkan kembali pulang,'' sebut Direktur RSU Kisaran, dr H Bambang Wahyudi kepada Waspada, Kamis (7/8).

Demam tinggi
Bertepatan dengan masuknya 11 warga ke RSU Kisaran karena diduga flu burung,3 warga di desa yang sama dikabarkan meninggal dunia yakni Misnan,45, Rizki Gunawan,5, dan Igo,6. Belum diketahui ketiga warga terserang penyakit flu burung atau tidak. Namun ketiga korban meninggal dengan gejala demam panas, sesak nafas dan lambung bengkak

Darsiem salah seorang pasien mengatakan anaknya Rizki Gunawan,5, meninggal dunia Jumat (1/8) dengan gejalah demam selanjutnya disusul Igo,6, anak tetangganya satu desa.

Sebelumnya yang meninggal lebih awal yakni Misnan,45. Apakah kejadian ini ada hubungannya dengan matinya ternak peliharaan warga di sana, tidak diketahui pasti.

‘'Setahu kita ternak peliharaan warga yang mati mendadak lokasinya agak jauh dari tempat tinggal kami dan tidak berjumlah besar,'' ujarnya Darsiem yang masih diinfus di ruang 10 RSU Kisaran.

Hal senada dikatakan Selamat Riyadi yang mendampingi anaknya Muhammad Sani Mufli berusia 8 bulan yang dirawat di RSUP H Adam Malik Medan. ‘'Semua warga yang dirawat ini merupakan satu kampung. Waktu itu banyak ternak ayam yang mati mendadak di desa kami,'' tuturnya.

[win/h03/a11/a10]

Sumber : Waspada OL

Sunday, August 3, 2008

Flu burung : Angka Kematian Mencapai 81 Persen

Minggu, 3 Agustus 2008 | 01:10 WIB

Hingga Juli 2008, case fatality rate atau angka kematian akibat penyakit flu burung atau avian influenza di Indonesia meningkat menjadi 81 persen. Dari angka kumulatif kasus flu burung yang mencapai 116 orang, sebanyak 94 orang di antaranya meninggal dunia.

Demikian diutarakan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari dalam ”Workshop Pembangunan Desa Siaga di Sumsel”, Sabtu (2/8) di Universitas Muhammadiyah Palembang. Sebagai upaya untuk menekan kasus flu burung di Indonesia, pemerintah menerapkan sistem desa siaga di seluruh wilayah Nusantara.

Fadilah menunjuk sejumlah kasus flu burung yang menonjol, yakni di Provinsi DKI dengan 27 kasus dan 24 orang di antaranya meninggal dunia. Di Provinsi Banten ada 20 kasus dan 17 orang di antaranya meninggal dunia.

Siti mengingatkan bahwa pendirian desa siaga bukan hanya bertujuan untuk penanggulangan flu burung saja, tetapi juga untuk penyakit menular dan tak menular lainnya yang tergolong serius seperti chikungunya, gizi buruk, filariasis, polio, TBC, malaria, dan HIV/AIDS.

Untuk menekan kasus flu burung, pemerintah mengalami kendala internal dan eksternal. Mengenai kendala eksternal, Fadilah menuding dan menggugat peran sejumlah organisasi kesehatan internasional yang saat ini justru kontraproduktif dalam hal penuntasan kasus flu burung.

”Jelas-jelas ada sejumlah organisasi kesehatan internasional yang menjadikan kesehatan sebagai alat untuk berdagang atas nama teknologi. Inilah sulitnya memberantas flu burung,” katanya.

Secara internal, Fadilah akan menekankan fungsi pencegahan penyakit menular dan nonmenular melalui pendirian desa siaga tersebut.

Dengan adanya desa siaga tersebut, ada kader kesehatan yang selalu siaga untuk memberi penyadaran tentang pentingnya bidang kesehatan, mulai dari perilaku sampai jangkauan layanan kesehatan. (ONI)

Sumber : Kompas

Travel Notices - CDC Travelers' Health

MANTAN-MANTAN KEPALA KKP MEDAN