SELAMAT DATANG Dr. JEFRI SITORUS, M.Kes semoga sukses memimpin KKP Kelas I Medan------------------------ Kami Mengabdikan diri Bagi Nusa dan Bangsa untuk memutus mata rantai penularan penyakit Antar Negara di Pintu Masuk Negara (Pelabuhan Laut, Bandar Udara dan Pos Lintas Batas Darat=PLBD) ------

Disease Outbreak News

Thursday, December 31, 2009

Flu Babi, Virus Paling Heboh di 2009

Jakarta, Tahun 2009 menorehkan catatan kesehatan paling heboh sejagat karena munculnya virus H1N1 atau flu babi. Penetapan pandemi flu babi oleh WHO sempat membingungkan dan membuat kepanikan di seluruh dunia. Pandemi virus H1N1 terjadi di 200 negara dengan menelan korban jiwa sepanjang 2009 lebih dari 11.500 orang.
Meskipun virus ini kalah ganas dibandingkan virus H5N1 (flu burung) tapi korban yang meningal lebih banyak karena kondisi tubuh pasien yang terkena flu babi umumnya menderita penyakit lain.Pusat pengendalian dan pencegahan penyakit Amerika Serikat (CDC) mendeteksi adanya kasus flu babi pada bulan April 2009.
Dalam beberapa waktu virus H1N1 ini telah menjadi pandemi yang luas dan membuat kepanikan di sebagian besar negara bagian Amerika serta beberapa negara lain di dunia. Masker wajah dan cairan pembersih tangan habis terjual di hampir semua toko.
Berdasarkan data dari CDC, virus H1N1 ini tidak seperti virus flu musiman. Karena virus ini bisa menyebabkan kematian jika didukung oleh adanya faktor risiko lain, seperti kegemukan, adanya infeksi kedua dari bakteri atau memiliki penyakit yang dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. Virus H1N1 ini lebih banyak menyerang anak-anak dan orang dewasa muda.
Seperti dikutip dari CNN, Kamis (31/12/2009) beberapa negara sempat membuat peraturan sebagai upaya pencegahan terhadap meluasnya penyebaran virus H1N1 di negaranya. Seperti Meksiko memrintahkan semua sekolah dan kantor-kantor yang tidak terlalu penting untuk meliburkan karyawannya.
Sedangkan pemerintah Mesir memerintahkan agar semua babi disembelih, walaupun mengonsumsi daging babi tidak akan menyebarkan virus H1N1. Di beberapa negara bahkan sudah memasang alat detektor suhu tubuh di setiap bandara untuk mendeteksi orang asing yang masuk dengan suhu tubuh di atas 38,5 derajat celsius. Ini juga berlaku di Indonesia yakni di bandara Soekarno-Hatta dan bandara Ngurah Rai, Bali.Pada bulan Juni 2009, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengeluarkan penyataan waspada dengan tingkat tertinggi. Hal ini didasarkan pada virus H1N1 yang telah menyebar ke beberapa negara di dunia dan dianggap sebagai pandemi global.
Suatu penyakit disebut mengalami pandemi global jika terjadi hampir di seluruh negara di dunia dan merupakan jenis penyakit terbaru sehingga tubuh manusia belum memiliki daya tahan untuk melawannya.
Tapi kepanikan yang terjadi ini sempat mereda setelah badan kesehatan menentukan bahwa virus H1N1 tidak lebih berbahaya dibandingkan dengan virus flu biasa. Banyaknya orang yang meninggal akibat memiliki faktor risiko lain yang dapat memperberat penyakitnya. Diperkirakan sekitar 95 persen pasien virus H1N1 bisa sembuh dengan sendirinya.
Virus H1N1 baru dinyatakan masuk ke Indonesia pada bulan Juni 2009, setelah 2 orang pasien dinyatakan terinfeksi virus H1N1. Kedua pasien tersebut dirawat di RSPI Sulianti Saroso dan RS Sanglah Denpasar, Bali.
Saat ini telah dibuat vaksin untuk mencegah penyebaran virus H1N1, WHO sendiri mengungkapkan bahwa persediaan vaksin ini masih berlebih dan ada kemungkinan bisa diberikan ke beberapa negara berkembang. Selain itu, salah satu cara pencegahan virus H1N1 yang paling efektif adalah dengan melakukan pola hidup sehat serta rajin mencuci tangan dengan menggunakan sabun.
Tapi kepala organisasi kesehatan dunia (WHO) memperingatkan seluruh dunia bahwa pandemi ini belum berakhir, karena virus H1N1 masih bisa bermutasi. Ditambahkannya masih terlalu cepat dan dini untuk mengatakan bahwa pandemi virus influenza ini telah benar-benar berakhir. Karena para ahli masih harus terus memantau pandemi ini selama 6 sampai 12 bulan ke depan untuk melihat apakah virus ini bisa bermutasi menjadi jenis (strain) yang lebih berbahaya atau tidak.
Sumber : Vera Farah Bararah - detikHealth

Wednesday, December 30, 2009

WHO: Pendemi Flu Babi Belum Tamat, Virus Bisa Bermutasi

Jakarta, Pandemi virus H1N1 (swine flu) yang terjadi di tahun 2009 telah menimbulkan banyak korban. Tapi kepala organisasi kesehatan dunia (WHO) memperingatkan seluruh dunia bahwa pandemi ini belum berakhir, karena virus H1N1 masih bisa bermutasi.

Direktur WHO Dr Margaret Chan mengungkapkan sampai saat ini masih menjadi hal yang penting untuk tetap berjaga-jaga terhadap virus H1N1, meskipun tanda-tanda puncak dari penyakit ini berada di Amerika Utara dan negara bagian Eropa.

"Virus H1N1 ini masih aktif di beberapa negara termasuk India dan Mesir. Diperkirakan lebih dari 11.500 orang meninggal dan 200 negara terkena pandemi flu babi," ujar Dr Chan, seperti dikutip dari BBC, Rabu (30/12/2009).

Ditambahkannya masih terlalu cepat dan dini untuk mengatakan bahwa pandemi virus influenza ini telah benar-benar berakhir. Karena para ahli masih harus terus memantau pandemi ini selama 6 sampai 12 bulan ke depan untuk melihat apakah virus ini bisa bermutasi menjadi jenis (strain) yang lebih berbahaya atau tidak.

Diperlukan waktu setidaknya 2 tahun untuk mengetahui apakah pandemi ini sudah benar-benar berakhir atau tidak. "Kami akan terus mengawasi virus ini dengan lebih tajam seperti mata elang, meskipun kami beruntung karena pandemi yang terjadi sudah lebih ringan dibandingkan dengan apa yang kami perkirakan," ungkapnya.

Jutaan orang diyakini telah benar-benar pulih setelah tertular virus H1N1 dengan menunjukkan beberapa gejala, dan juga permintaan vaksinasi flu babi di beberapa negara Eropa sudah lebih rendah dari sebelumnya. Kini WHO akan menyelidiki apakah vaksin yang berlebih ini bisa dikirim ke negara-negara berkembang.

Dr Chan mengatakan meskipun saat ini beberapa negara telah siap untuk menghadapi wabah penyakit yang terjadi secara global, tapi orang-orang masih harus waspada terhadap bahaya dari virus H5N1 (flu burung).

"Virus flu burung ini jika bermutasi bisa bersifat lebih toksik (beracun) serta mematikan daripada flu babi, tapi banyak negara yang tidak siap dengan adanya wabah virus ini. Lebih tepatnya dunia belum siap untuk menghadapi pandemi yang disebabkan oleh virus H5N1 (flu burung)," ungkap Dr Chan.

Sumber : Vera Farah Bararah - detikHealth (ver/ir)

WHO chief: A/H1N1 pandemic still going on

GENEVA, Dec. 29 (Xinhua) -- The A/H1N1 pandemic is still continuing and it's too early to declare a victory over the disease, World Health Organization Director-General Margaret Chan said Tuesday.

"It is too soon to say that we have passed the peak of the H1N1flu pandemic on a worldwide scale... Winter is still long," Chan told the Swiss newspaper Le Temps in an interview.

Although the pandemic has reached its peak in some nations in the northern hemisphere, such as the United States and Canada, that is not the case with all countries, she said.

"I think we must remain prudent and observe the evolution of the pandemic in the course of the next six to 12 months before crying victory," she added.

At least 11,516 people worldwide have been killed by the A/H1N1influenza since the disease first emerged in April, the WHO said last week.

The reported number of fatal cases probably has been underestimated because many deaths were never tested or recognized as influenza related, the WHO said.

Inilah Prioritas Pembangunan Sektor Kesehatan 2010-2014

JAKARTA, KOMPAS.com — Pembangunan sektor kesehatan tahun 2010-2014 diprioritaskan pada peningkatan kesehatan ibu, bayi, dan balita; perbaikan status gizi; pengendalian penyakit menular dan tak menular; serta penyehatan lingkungan.
"Salah satu program yang jadi prioritas pembangunan kesehatan adalah revitalisasi posyandu," ucap Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (29/12/2009).
Hari ini, ibu negara Ani Yudhoyono didampingi Menkes mengunjungi Posyandu Matahari II RW 10, Kelurahan Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur. Dalam kunjungan, ibu negara memberikan arahan kepada kader posyandu.
Selain prioritas di atas, prioritas pembangunan kesehatan lain yaitu pengembangan sumber daya manusia, peningkatan ketersediaan, keterjangkauan dan pemerataan mutu obat, serta pengawasan obat dan makanan.

Selain itu, ada pula pengembangan sistem Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). "Penanggulangan bencana dan krisis kesehatan," ucap Menkes.Perkembangan posyandu, menurut Menkes, menunjukkan peningkatan.
'Jumlah posyandu di seluruh Indonesia pada tahun 2004 sekitar 232.000 unit atau naik menjadi 267.000 unit pada tahun 2007. Jumlah balita yang ditimbang meningkat dari 43 persen menjadi 75 persen.
"Angka kematian ibu turun menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup," paparnya.
Sumber : Antara Online

Travel Notices - CDC Travelers' Health

MANTAN-MANTAN KEPALA KKP MEDAN