SELAMAT DATANG Dr. JEFRI SITORUS, M.Kes semoga sukses memimpin KKP Kelas I Medan------------------------ Kami Mengabdikan diri Bagi Nusa dan Bangsa untuk memutus mata rantai penularan penyakit Antar Negara di Pintu Masuk Negara (Pelabuhan Laut, Bandar Udara dan Pos Lintas Batas Darat=PLBD) ------

Disease Outbreak News

Thursday, March 3, 2011

Tiga Ancaman Penyakit akibat Perubahan Iklim

Penelitian baru-baru ini menyebutkan bahwa pemanasan global dapat mempengaruhi kesehatan. Berbagai penyakit bermunculan, sebagian besar disebabkan oleh mikroba, bakteri, dan ganggang. Ilmuwan telah memperkirakan akan bertambahnya tingkat kematian karena gelombang panas, bencana alam, dan malaria.

Beberapa ilmuwan yang dibiayai oleh The Ocean and Human Health Initiative dari The National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) akan mengidentifikasi risiko penyakit karena pemanasan global. Hasilnya seperti berikut ini.

1. Kontaminasi makanan laut oleh ganggang beracun

Ganggang merah yang menyebabkan zona mati di laut berkembang dengan pesat seiring dengan pemanasan global, khususnya di utara Amerika. Hal ini diungkapkan oleh Stephanie Moore dari NOAA. Ganggang Alexandrium catenella yang memproduksi racun dapat mengontaminasi makanan yang berasal dari laut dan mengakibatkan kelumpuhan—bahkan kematian, meskipun langka—pada manusia.

Dengan menghitung suhu air dan peningkatan suhu global, Moore dan rekannya di Universitas Washington menggambarkan bagaimana ganggang dapat berkembang pesat. “Musim mekar ganggang beracun bertambah panjang dan jumlah ganggang yang mekar tiap musim pun bertambah,” ungkap Moore. “Sekarang, musim mekar ganggang tersebut selama dua bulan, tetapi pada tahun yang akan datang, jangka waktu mekar pun akan bertambah menjadi tiga bulan,” tambahnya.

2. Ledakan bakteri berbahaya

Perubahan iklim menyebabkan wilayah yang lembab akan menjadi lebih lembab, sedangkan wilayah kering semakin kering. Fenomena ini akan mengakibatkan debu-debu beterbangan dan biasanya akan berakhir di lautan. Debu-debu mempercepat perkembangan bakteri yang membahayakan dan bakteri tersebut berakhir di makanan laut.

Erin Lipp dan Jason Westrich dari Universitas Georgia telah menemukan bahwa Gurun Maroko dapat mempercepat perkembangbiakan Vibrio, sejenis bakteri laut. Uji coba dilakukan dengan memasukkan debu dari Maroko ke air laut di Florida. Hasilnya, pertumbuhan Vibrio meningkat sebanyak 10 hingga 1.000 kali lipat. Ilmuwan menemukan bahwa zat besi yang terkandung di dalam debu-debu itulah yang mengakibatkan perkembangbiakan.

3. Sistem pembuangan mencemari air minum

Sandra McLellan dari Universitas Wisconsin-Milwaukee telah meneliti bahwa peningkatan curah hujan memengaruhi sistem pipa pembuangan di sekitar Great Lakes. Di Wisconsin, pertumbuhan penduduk memaksa penambahan pada kapasitas sistem pipa pembuangan yang ada. Pada saat terjadi badai, air di pembuangan akan melimpah dan membanjiri danau. Tentu saja air pembuangan ini mengandung bakteri dan virus.

Hanya dengan 4,3 cm curah hujan, air langsung melimpah dan membanjiri sungai. McLellan mengatakan, setengah abad mendatang, volume curah hujan akan meningkat sampai 20 persen. “Bukanlah perubahan iklim yang mengakibatkan masalah baru. Kita sudah bermasalah dengan hal ini. Namun, saat kita ingin mencegah hal skenario buruk itu terjadi. Kita sudah terdahului oleh pemanasan global dan pertumbuhan penduduk,” tambah McLellan. (Arief Sujatmoko, National Geographic News)

Sumber : http://health.kompas.com/

Wednesday, March 2, 2011

IMUNISASI MENINGITIS JEMAAH UMRAH DILAKUKAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

Sehubungan dimulainya ibadah umrah pada Maret 2011, pelayanan imunisasi meningitis meningokokus ACW135Y dapat diperoleh di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) seluruh Indonesia. Setelah memperoleh vaksinasi meningitis meningokokus, calon jemaah umrah diberikan kartu ICV (International Certificate of Vaccination) sebagai syarat memperoleh visa. Apabila vaksinasi meningitis meningokokus dilakukan diluar KKP, maka untuk mendapatkan kartu ICV calon jemaah umrah harus menyerahkan surat keterangan suntik dengan menyertakan vial yang telah digunakan ke KKP setempat.

Vaksin yang digunakan adalah vaksin meningitis meningokokus Menveo ACW 135Y yang telah mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) dan dinyatakan halal berdasarkan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Imunisasi meningitis merupakan persyaratan wajib untuk mendapatan visa sesuai ketentuan yang ditetapkan Pemerintah Arab Saudi bagi semua calon jemaah haji dan umrah. Untuk efektivitas vaksin, imunisasi diberikan sekurang-kurangnya dua minggu sebelum keberangkatan.

Tujuan imunisasi adalah untuk melindungi jamaah umrah dari penularan penyakit meningitis selama 3 tahun. Selain itu untuk mencegah penularan antar jamaah umrah dari seluruh dunia serta mencegah penularan meningitis kepada keluarga di tanah air.

Meningitis meningokokus ditularkan langsung melalui percikan cairan hidung dan tenggorokan pada saat batuk/bersin dari penderita. Penyakit ini menyerang selaput otak (meningen) dan dapat menimbulkan cacat bahkan kematian.

Jadwal pemanggilan untuk vaksinasi meningitis meningokokus bagi jemaah umrah akan difasilitasi oleh pihak penyelenggara atau biro perjalanan umrah atas kerja sama dengan Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah (AMPHURI).

Sumber : www.depkes.go.id

Monday, February 28, 2011

Kembangkan Ecohealth, Jegal Penyakit Zoonotik

YOGYAKARTA--MICOM: Ecohealth perlu dikembangkan untuk menanggulangi penyakit menular dari hewan ke manusia (zoonotik) seperti antraks, leptospirosis, rabies, dan flu burung, kata peneliti dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Wayan Tunas Artama.

"Ecohealth adalah disiplin ilmu baru yang mempelajari bagaimana perubahan dalam ekosistem bumi dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Pengembangan disiplin ilmu itu dengan cara menyatukan berbagai pakar," katanya di Yogyakarta, Minggu (27/2).

Menurut dia, pakar yang perlu disatukan untuk menanggulangi penyakit menular dari hewan ke manusia atau zoonotik itu di antaranya dokter, dokter hewan, ahli konservasi, ahli ekologi, ahli ekonomi, ahli sosial, dan ahli perencana.

"Mereka secara komprehensif mempelajari dan memahami bagaimana perubahan ekosistem secara negatif berdampak pada kesehatan manusia dan hewan," katanya.

Ia mengatakan, penanggulangan penyakit zoonotik tidak hanya dari aspek kesehatan manusia, tapi juga perlu memperhatikan faktor dari hewan dan lingkungan. Hal itu penting karena penularan penyakit zoonotik selain kontak langsung dengan hewan, juga disebabkan faktor ekologi, yakni perubahan cuaca, iklim, dan lingkungan.

"Berbagai penyakit zoonotik yang berasal dari hewan itu juga dipengaruhi oleh perubahan cuaca, iklim, dan lingkungan. Kondisi lingkungan tertentu bisa menyebabkan penyebarannya semakin bertambah, yang dapat berdampak terhadap kesehatan manusia," katanya.

Menurut dia, ecohealth mengkaji perubahan lingkungan biologik, fisik, sosial, dan ekonomi, dan menghubungkan perubahan tersebut dengan dampaknya terhadap kesehatan manusia.

"Di beberapa negara, ecohealth telah dikembangkan dengan melibatkan kerja sama antaruniversitas dengan berbagai bidang disiplin ilmu," katanya. (Ant/OL-2)

Sumber : www.mediaindonesia.com

Travel Notices - CDC Travelers' Health

MANTAN-MANTAN KEPALA KKP MEDAN