SELAMAT DATANG Dr. JEFRI SITORUS, M.Kes semoga sukses memimpin KKP Kelas I Medan------------------------ Kami Mengabdikan diri Bagi Nusa dan Bangsa untuk memutus mata rantai penularan penyakit Antar Negara di Pintu Masuk Negara (Pelabuhan Laut, Bandar Udara dan Pos Lintas Batas Darat=PLBD) ------

Disease Outbreak News

Saturday, June 21, 2008

Namru-2 : Martabat Bangsa Harus Tetap Ditegakkan


Sabtu, 21 Juni 2008 | 01:24 WIB

Jakarta, Kompas - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diharapkan meninjau kembali kerja sama dengan Lembaga Riset Naval Medical Research Unit atau Namru-2 yang dikelola Angkatan Laut Amerika Serikat. Kepentingan bangsa harus diutamakan dan martabat bangsa pun harus ditegakkan.

”Kerja sama itu akan dilihat kembali. Apakah akan diratifikasi lagi atau tidak? Pemerintah tidak akan mengorbankan rakyatnya. Jangan sampai membuat keputusan yang merugikan bangsa,” kata Staf Khusus Presiden Bidang Pertahanan Keamanan Irvan Edison dalam diskusi yang diselenggarakan Indonesia Club di Jakarta, Jumat (20/6).

Amerika Serikat pun harus menghargai hak kedaulatan rakyat Indonesia dan tidak memaksakan keinginannya untuk tetap mempertahankan lembaga riset Namru-2 di Indonesia.

Kerja sama Indonesia dan Namru-2 sudah dimulai sejak 30 tahun lalu, ketika ada wabah pes dan kemudian Indonesia meminta bantuan AS untuk mengatasi wabah pes tersebut. Namun, pada tahun 2000 kontrak kerja sama dengan Namru-2 habis dan kini hendak diperbarui. Akan tetapi, nota kesepahaman mengalami kemacetan pada tahun 2005 karena pihak Namru-2 meminta kekebalan diplomatik untuk 70 orang stafnya.

Menanggapi hal itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari mengatakan, laboratorium Namru di negara lain tidak ada yang memiliki kekebalan diplomatik. ”Lha, ini kok aneh. Indonesia saking baiknya sampai mereka berani minta kekebalan diplomatik untuk 70 orang. Nanti bagaimana mengontrolnya?” kata Siti Fadilah beberapa waktu lalu.

Keberatan Indonesia soal permintaan kekebalan diplomatik tersebut didasarkan pada kekhawatiran tidak akan bisa mengontrol gerak para peneliti di Namru-2.

Apalagi, selama ini Namru-2 bebas mengakses atau mendapatkan virus dan spesimen dari ratusan titik rumah sakit di Indonesia.

”Jangan sampai itu dari negara kita dan diriset, malah itu nanti bisa dipakai untuk memusnahkan, sedangkan virus flu burung di Indonesia itu strainnya paling ganas,” kata Irvan Edison.

Siti Fadilah pun telah menyatakan keberatannya akan keberadaan Namru-2 di Indonesia. Dulu memang Indonesia sangat membutuhkannya. Akan tetapi, saat ini laboratorium Namru-2 sudah bisa ditandingi oleh laboratorium BSL-3 Lembaga Eijkman, juga laboratorium BSL-3 Litbangkes Departemen Kesehatan yang telah dibangun. Jadi, Namru-2 kini sudah tidak diperlukan lagi.

”Apalagi selama keberadaan Namru-2 di sini cuma menghasilkan satu doktor,” kata Menkes. (LOK)

Epidemiologi Flu Burung Belum Diketahui

Kesehatan

Sabtu, 21 Juni 2008 | 00:30 WIB

Informasi soal penularan virus flu burung hingga kini masih misteri. Penularan flu burung menjadi menarik karena penularan terhadap kelompok manusia dalam jumlah besar terjadi di Indonesia, tepatnya di Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menyatakan, sampai saat ini epidemiologi flu burung belum diketahui. Ia menantang para ahli ilmu kesehatan masyarakat untuk membuat dan mempelajari epidemiologi flu burung.

”Ini pekerjaan rumah bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat untuk membuat atau mempelajari epidemiologi flu burung,” tutur Fadilah saat memberi kuliah umum di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Kamis (19/6).

Sampai sekarang, bagaimana virus flu burung menular ke manusia belum bisa diketahui secara memuaskan.

Kuliah umum yang dihadiri ratusan orang itu bersumber dari kesaksian Fadilah menelusuri perkembangan kasus flu burung yang ditulis dalam bukunya yang berjudul Saatnya Dunia Berubah, Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung.

Fadilah kembali meyakinkan bahwa belum terjadi penularan dari manusia ke manusia, yang mengingatkan orang pada kasus kematian akibat flu burung dalam kluster terbesar yang terjadi di Karo, Sumatera Utara, tahun 2005.

Saat itu tujuh orang dari delapan penderita flu burung dalam satu keluarga meninggal dunia.

Jika terjadi penularan orang ke orang, petugas kesehatan menjadi orang pertama yang tertular.

”Tidak hanya tujuh orang yang meninggal, tetapi bisa 700 orang, bahkan 7.000 hingga tujuh juta orang,” katanya menyebut berbagai kemungkinan penularan itu. (WSI)

http://cetak.kompas.com

Friday, June 20, 2008

HIV/AIDS : 65 Balita di Papua Tertular

20/06/08 19:14

Jayapura (ANTARA News) - Sebanyak 65 bayi di bawah usia lima tahun (balita) di Papua terinfeksi HIV/AIDS dari 3.955 orang yang terinfeksi penyakit yang mematikan itu.

Data yang diperoleh ANTARA dari Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Papua, Jumat, mengungkapkan dari 65 balita yang terinfeksi HIV/AIDS di jayapura, Jumat, tercatat 42 berusia antara 1-4 tahun, sedangkan sisanya kurang dari 1 tahun dan mereka mengindap virus yang menyerang kekebalan tubuh itu dari orang tuanya yang positif HIV/AIDS.

Sedangkan 36 orang berusia 5-14 tahun dan 3.117 orang berusia produktif yakni 15-40 tahun.

Dari data itu juga terungkap saat ini sebanyak 3.955 orang yang terinfeksi virus yang mematikan itu dan dari jumlah tersebut sebanyak 1.563 orang di antaranya bermukim di Kabupaten Mimika, menyusul Kab.Merauke 987 orang, Kab.Biak 412 orang, Kab.Nabire 361 orang, Kota Jayapura 208 orang, Kab.Jayapura 203,Kab.Jayawijaya 118 orang, kab.Yapen Waropen 66 orang, Kab.Paniai 19 orang.

Sedangkan Kab.Mappi tercatat sembilan orang, Kab.Puncak Jaya tujuh orang dan Kab.Keerom dua orang.

Penyebaran HIV/AIDS di Papua lebih banyak akibat hubungan heteroseksual.(*)

Thursday, June 19, 2008

Penularan HIV/AIDS : 60% Pengguna Narkoba Suntik Terinfeksi

Jakarta - Jumlah pengguna narkoba di Indonesia terus meningkat. Saat ini diperkirakan populasinya mencapai 3,2 juta jiwa. Dari jumlah tersebut 800 ribu di antaranya menggunakan narkoba dengan jarum suntik.

"Dari 800 ribu tersebut, 60% telah terinfeksi HIV/AIDS," ujar Direktur Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (Napza) Depsos, Makmur Sunusi, di Hotel Intercontinental, Jalan Sudirman, Jakarta, Kamis (19/6/2008).

Menurut Makmur saat ini ganja menempati peringkat pertama jenis Napza yang dikonsumsi di Indonesia. Persentase pengguna ganja mencapai 60%, disusul sedative 17%, methamphetamin 12%, ectasy 17%, dan heroin 4%.

"Setiap tahun 15.000 orang meninggal di Indonesia akibat Napza," tambahnya.

Data-data juga menunjukkan laki-laki yang menggunakan narkoba lebih banyak daripada perempuan. Persentasenya laki-laki 79% laki dan 21% perempuan.

Sementara itu penggiat antinarkoba Baby Jim Aditya mengatakan ada tiga cara untuk mengatasi kecanduan narkoba.

"Ketiga cara tersebut adalah penegakan hukum yang tegas, semua orang diberitahu bahaya narkoba dan pengurangan dampak buruk terhadap pecandu narkoba," katanya di tempat yang sama.

Dr Al Bahri Husain menjelaskan niat pemerintah untuk mengurangi kecanduan narkoba sangat kurang, hal ini terbukti dengan kebijakan-kebijakan yang tidak mengindikasikan pemberantasan terhadap narkoba.

"Ini juga tergantung policy negara, jika negara tidak banyak memperhatikan masalah ini, ya seperti ini jadinya," ungkap dokter yang banyak merawat korban narkoba ini.

Al Bahri mencontohkan hingga kini pendapatan APBN terbesar pun masih didapat dari cukai rokok, yang jelas-jelas memiliki efek menyebabkan ketergantungan.

( rdf / nrl )

Anwar Khumaini - detikcom

BERITA DUKA CITA


Innalillaahi Wainna Ilaihi Rooji`uun

Seluruh Unsur Pimpinan dan Staf

KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I MEDAN

TURUT BERDUKA CITA YANG SEDALAM-DALAMNYA

Atas Berpulangnya ke Rahmatulloh Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tanjungpinang Dr. H. Husni Jamarin, M.Sc pada hari Kamis pukul 08.40 WIB di Rumah Sakit Awal Bross Batam, Semoga amal ibadahnya diterima di sisi Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dalam menghadapinya Amin.

Situs ASEAN+3 Emerging Infectious Diseases

Depkes Operasikan Situs ASEAN+3 Emerging Infectious Diseases
»» Rabu, 18 Juni 2008

Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) pagi ini di Gedung Depkes, meresmikan beroperasinya program tukar informasi tentang penyakit infeksi baru (emerging infectious disease) di negara-negara ASEAN ditambah Cina, Jepang dan Korea (ASEAN+3). Program berbasis jaringan internet ini akan dikelola oleh Depkes dengan dukungan Sekretariat ASEAN dan AUSAID.


Situs www.ASEANplus3-eid.info akan menjadi ajang tukar informasi dan diskusi tentang penyakit-penyakit infeksi yang bermunculan serta menjadi sumber informasi bagi pembuat kebijakan, pengelola program, dan pemangku kepentingan. Diharapkan kelengkapan informasi dan intensitas diskusi akan mendorong makin dalamnya pemahaman terhadap masalah-masalah kesehatan yang sedang terjadi, dan terciptanya intervensi untuk menanggulangi masalah-masalah tersebut.

Departemen Kesehatan RI akan mengelola situs sebagai sumbangan bagi upaya regional untuk mencegah dan mengendalikan penyakit. Kesinambungan informasi di dalamnya terutama menjadi tanggungjawab ASEAN Experts Group (Kelompok Pakar ASEAN) dan ASEAN+3 Focal Points for Communication and Information Sharing (Narasumber Utama untuk Komunikasi dan Pertukaran Informasi ASEAN+3).

Menteri Kesehatan dalam sambutannya menyatakan bahwa meski berbagai penyakit menular, seperti cacar dan polio telah dapat dikendalikan, berbagai jenis penyakit lain yang baru bermunculan belum dapat sepenuhnya dikendalikan. Kini, dengan kemajuan transportasi dan tingginya lalu lintas manusia, maka penyakit menular lebih mudah menyebar antara negara. Karenanya, penting menjalin kerjasama antar negara demi efektivitas pengendalian penyakit menular. Kerjasama yang saling menguntungkan perlu dikembangkan dan terus menerus dipelihara dengan baik.

Menkes juga mengingatkan bahwa kemutakhiran informasi situs bergantung pada seluruh anggota. Data, berita, kebijakan dan diskusi baru perlu terus disumbangkan para ahli dari negara-negara anggota ke dalam wadah yang telah dibentuk ini.

ASEAN+3 beranggotakan Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, Viet Nam, Cina, Jepang dan Korea. Para wakil negara tersebut menghadiri acara peresmian, selain wakil-wakil lembaga penelitian, instansi pemerintah, organisasi internasional, donor, organisasi masyarakat, dan pihak-pihak lain yang terlibat.

Berita ini disiarkan Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-5223002 dan 52960661, atau e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.

Klik : http://www.aseanplus3-eid.info/


Sumber :www.depkes.go.id

Wednesday, June 18, 2008

Data Perkuat Perlunya Program Imunisasi Nasional untuk Penyakit Gangguan Saluran Pernafasan di Asia

Data memastikan beban tinggi penyakit gangguan saluran pernafasan di kawasan Asia Pasifik

JAKARTA, 17 Juni (ANTARA/Medianet International-AsiaNet)

Data yang dipresentasikan kemarin dalam simposium internasional ke enam mengenai gangguan penyakit tenggorokan & saluran pernafasan (ISPPS) di Reykjavik, Islandia, telah membuktikan bahwa penggunaan vaksin konjugasi penyakit gangguan saluran pernafasan untuk mencegah infeksi merupakan pendekatan yang lebih efektif yang dapat mengurangi beban penyakit ini daripada opsi pengobatan mana pun. [1]

Ini merupakan temuan penting mengingat bahwa beban penyakit gangguan pernafasan (PD) tinggi di kawasan Asia.

Vaksin konjugasi penyakit gangguan pernafasan (PCV7) adalah satu-satunya vaksin konjugasi penyakit gangguan saluran pernafasan yang berlisensi dan juga bagian dari jadwal imunisasi nasional terhadap anak-anak di banyak negara di dunia[2].

Selain fakta bahwa di seluruh dunia, penyakit gangguan pernafasan juga merupakan penyebab utama kematian pada anak balita, di kawasan Asia Pasifik, baru Australia dan Selandia Baru yang memasukkan vaksin PCV7 sebagai bagian dari program imunisasi nasionalnya.

"Sementara adanya lembaga yang mencoba mencari pembuktian dampak ekonomi dan kesehatan publik atas pemakaian vaksin PCV7 terhadap anak-anak di sejumlah negara, kami sekarang sudah memiliki data dari Asia bahwa dukungan untuk memakai vaksin ini ternyata sudah memberikan kemaslahatan terhadap kesehatan masyarakat secara regional," ujar Kenneth K.C. Lee, Ph.D., Profesor dan juga direktur Urusan Internal Sekolah Farmasi, Fakultas Kedokteran Universitas Hong Kong, China.

"Dengan memberikan vaksin secara rutin kepada anak-anak untuk penyakit gangguan saluran pernafasan ini, kami mampu membantu memproteksi masyarakat dalam skala besar" terutama anak-anak, orang tua dan kakek-nenek yang belum pernah diberi vaksinasi -- dengan bukti bahwa melakukan vaksinasi secara rutin merupakan investasi ekonomi yang baik dan karena itu tidak ada alasan untuk menunda-nunda melakukan cara ini agar dapat menyelamatakan nyawa," ujarnya.

Dengan adanya keampuhan vaksin terhadap penyakit gangguan saluran pernafasan ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah merekomendasikan agar diberikan proritas terhadap pemakaian vaksin PCV7 dalam program immunisasi nasional terhadap anak-anak di dunia ini.[3]

Secara spesifik, data dari Proyek Hong Kong dan Singapura menunjukkan bahwa dalam masa 10 tahun ada sekitar 524 kasus dan 290 kasus lainnya dari penyakit gangguan saluran pernafasan dapat dicegah dari kematian dengan memakai vaksin PCV7 ini. Di Hong Kong sendiri, kasus yang berkaitan dengan penyakit ini yang dapat diatasi ada sekitar 2.500 dan sekaligus juga menghemat pengeluaran untuk biaya pengobatan sekitar 53 juta dollar Hong Kong atau sama dengan 4,5 juta dolar Amerika.[4]

Selain itu, data lain juga menyarankan perlunya dilakukan pemakaian vaksin secara rutin terhadap anak muda yang sekaligus dapat membantu mencegah kemungkinan terjangkitnya kembali penyakit ini untuk kedua kalinya sebagaimana ada kasus yang berkaitan IPD terhadap orang dewasa yang belum pernah mendapat vaksin ini (di Hong Kong tercatat sekitar 919 kasus dan 653 kasus lainnya di Singapura), suatu gejala dikenal sebagai efek tidak langsung dari kekebalan "herd" [4],[5].

Yang penting kedua studi ini menyimpulkan bahwa pemakaian vaksin PCV7 secara rutin dapat membantu mengurangi beban ekonomi pada sistem perawatan kesehatan [4],[5].

Data lainnya yang disampaikan pada symposium ISPPD tersebut juga menjelaskan bahwa beban penyakit gangguan saluran pencernaan sangat tinggi di negara-negara yang ada di kawasan Asia, dengan kejadian kebanyakan menyerang anak-anak yang berumur di bawah lima tahun dengan 30,9 kasus per 100.000 anak di Jepang sampai 276 kasus per 100,000 anak di Bangladesh [4]. Yang terpenting, data ini menyoroti bahwa intervensi yang dilakukan dengan menggunakan vaksin ini bisa membantu mencegah 57 persen sampai 91 persen kasus IPD pada anak anak kecil yang masih muda di Asia [1].

[1] Garcia C, Center K dan Herrera G. Beban Penyakit Gangguan Saluran Pernafasan (PD) di kawasan Asia-Pasifik: Pentingan dimasukan vaksin konjugasi untuk penyakit gangguan saluran pernafasan (PCV) menjadi program immunisasi nasional (NIP). Hasilnya dipresentasi dalam Simposium Internasional mengenai Penyakit Gangguan Tenggorokan & Saluran Pernafasan ke enam (ISPPD).

[2] Data di arsip, Perusahaan Wyeth Pharmaceuticals Inc.

[3] Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Vaksin Konjugasi untuk Penyakit Gangguan Saluran Pernafasan untuk immunisasi anak-anak, Maret 2007- Buletin WHO. Wkly Epidemiol Record 2007;12: 93-104.

[4] Lee K, Rinaldi F, Lee V, dsb. Evaluasi ekonomi terhadap vaksinasi pada anak kecil dengan vaksin 7vPCV di Hong Kong. Kesimpulan yang disampaikan pada symposium internasional ke enam mengenai penyakit ganggunan tenggorokan & saluran pernafasan (ISPPD).

[5] Rinaldi F dan Chong C. Dampak yang sudah dapat diprediksi dari program vaksinasi 7vPCV terhadap bayi di Singapura. Kesimpulan ini juga disampaikan pada simposium internasional ke enam mengenai penyakit gangguan tenggorokan dan saluran pernafasan (ISPPD).

Kontak Media:
Wendy Qin
+62 2 8424 8522
+62 404 101 742

SUMBER: Wyeth dalam Antara OL

Sunday, June 15, 2008

54 Produk Obat Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat

Depkes OL, 13 Jun 2008

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI mengeluarkan peringatan publik (KH.00.01.43.2773) tentang obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat. Berdasarkan penelitian dan pengujian laboratorium Badan POM RI tahun 2007, ditemukan 54 produk obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat keras yang berbahaya bagi kesehatan. Produk-produk tersebut telah ditarik dari pasaran. 54 produk obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat tersebut, bukanlah produk-produk perusahaan obat tradisional ternama Indonesia.

Masyarakat diimbau agar tidak mengkonsumsi obat tradisional yang mengandung bahan kimia seperti Sibutramin Hidroklorida, Sildenafil Sitrat, Asam Mefenamat, Siproheptadin, Fenilbutason, Prednison, Metampiron, Teofilin dan Parasetamol. Efek samping yang ditimbulkan antara lain, Sibutramin Hidroklorida dapat menimbulkan hipertensi dan sulit tidur, Sildenafil Sitrat menyebabkan sakit kepala, mual, nyeri dada, dan gangguan penglihatan, Asam Mefenamat dapat menyebabkan mengantuk, diare, kejang, ruam kulit, dan ginjal, Prednison menyebabkan gangguan cerna, depresi, osteoporosis, gangguan haid, dan gangguan keseimbangan cairan, Metampiron dapat menyebabkan telinga berdenging, gangguan pembentukan sel darah, gangguan sistem saraf, syok, dan kematian, sedangkan Teofilin menimbulkan Palpitasi, sakit kepala, dan insomnia, untuk Parasetamol yang dikonsumsi jangka panjang menyebabkan kerusakan hati.

Daftar nama produk-produk berbahaya tersebut, dapat dilihat di situs www.pom.go.id/public/peringatan_publik atau dapat menghubungi unit layanan pengaduan konsumen Badan POM RI (nomor telepon 021- 426 3333) dan seluruh Balai Besar POM di Indonesia.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 52960661, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.

Informasi Penanggulangan Flu Burung Januari-Mei 2008

Depkes OL, 12 Jun 2008

Berdasarkan pemeriksaan virologis dengan metode penguraian genetik (genetic sequencing) oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Depkes dan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman di Jakarta, hingga saat ini virus Flu Burung yang menyerang manusia masih tetap H5N1. Dengan demikian, penularan virus Flu Burung di Indonesia masih dari unggas ke manusia.

Karana itu, masyarakat diimbau untuk menghindari kontak dengan unggas yang sakit atau mati mendadak dan lingkungan yang tercemar kotoran unggas. Tidak memelihara unggas di lingkungan pemukiman. Jika ada unggas yang sakit atau mati di lingkungan sekitar, segera dilaporkan kepada Ketua RT/RW setempat.

Masyarakat juga diminta selalu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), menjaga kebersihan lingkungan serta mewaspadai gejala Flu, karena sering kali terlambatnya pasien mencari pelayanan medis memperbesar risiko kematian. Hal itu disampaikan dr. I Nyoman Kandun, MPH, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes berkaitan dengan perkembangan penanggulangan Flu Burung.

Menurut dr. Nyoman Kandun, dalam penanggulangan Flu Burung pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian. Diantaranya menyiapkan rumah sakit rujukan Flu Burung dari semula 44 RS menjadi 100 RS di seluruh Indonesia berikut perawatan secara gratis bagi pasien yang diduga (suspek) Flu Burung hingga hasil pemeriksaan selesai dilakukan Badan Litbang dan Eijkman.

Sedangkan untuk mempercepat pemeriksaan sampel dilakukan penguatan laboratorium rujukan nasional dan 8 laboratorium regional. Pemeriksaan sampel yang semula dilakukan di laboratorium rujukan WHO di Hongkong dan CDC Atlanta Amerika (sejak 2005 sampai awal Agustus 2006) maka mulai 8 Agustus 2006 penentuan konfirmasi kasus Flu burung dapat dilakukan di dalam negeri yaitu laboratorium Badan Litbangkes dan Lembaga Eijkman. Pada saat bersamaan, Menkes RI juga menetapkan bahwa data virus Flu Burung dimasukkan dalam Genebank sehingga dapat diakses oleh para ilmuan internasional.

Selain itu, pemerintah juga menyediakan obat Oseltamivir di sarana pelayanan kesehatan pemerintah seperti Puskesmas dan RS rujukan. Sedangkan untuk meningkatkan kemampuan petugas, telah dilakukan berbagai pelatihan penanggulangan Flu Burung bagi petugas medis dan paramedis serta Tim Gerak Cepat Flu Burung, kata dr. Nyoman Kandun.

Untuk meningkatkan kemampuan dalam mengantisipasi kemungkinan pandemi influenza, telah diselenggarakan simulasi penanggulangan pandemi influenza di Jembrana, Bali tanggal 25-27 April 2008 yang melibatkan Puskesmas, RS, desa wilayah penanggulangan, Bandara dan jejaring kesehatan lainnya. Ini adalah simulasi penanggulangan komprehensif pertama di dunia, dihadiri pengamat dari dalam dan luar negeri, tambah dr. Nyoman Kandun.

Dalam periode Januari - Mei tahun 2008 Depkes telah melakukan pemeriksaan suspek Flu Burung berturut-turut terhadap 198 kasus dan 483 spesimen. Pada periode yang sama tahun 2007, telah dilakukan pemeriksaan suspek terhadap 479 kasus dan 1.025 spesimen. Sementara pada periode yang sama tahun 2006, telah dilakukan pemeriksaan suspek flu burung berturut-turut 302 kasus dan 714 spesimen. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan lab kontak, penyelidikan kasus konfirm Flu Burung, pengamatan kontak kasus konfirm, dan penyuluhan pada masyarakat melalui berbagai saluran informasi yang tersedia.

Pada bulan Mei 2008, kasus positif Flu Burung menunjukkan penurunan 50% dibanding kasus Flu Burung pada bulan Mei 2007 serta penurunan yang tajam yaitu 88,8% dibanding kasus Flu Burung pada bulan Mei 2006. Puncak tertinggi kasus Flu Burung terdapat pada bulan Mei 2007 karena adanya klaster Flu Burung terbesar di Kabupaten Karo.

Dari 12 provinsi yang terinfeksi Flu Burung, terdapat 5 provinsi yang tidak ditemukan lagi kasus Flu Burung yaitu :

  1. Provinsi Lampung : Infeksi tahun 2005, 2 tahun 5 bulan lebih tidak ditemukan kasus
  2. Provinsi Sulsel : Infeksi tahun 2006, 17 bulan lebih tidak ditemukan kasus
  3. Provinsi Sumsel : infeksi tahun 2007, 5 bulan lebih tak ada lagi kasus
  4. Provinsi Riau : Infekksi tahun -2007, 5 bulan tak ada kasus
  5. Provinsi Bali : Infeksi bln November 2007, 6 bulan tak ada kasus.

Informasi perkembangan penanggulangan dan kasus Flu Burung, akan disampaikan secara berkala sebulan sekali. Dengan demikian masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan dapat mengetahui upaya-upaya menyeluruh yang telah dilakukan dalam periode tersebut. Informasi akan disampaikan melalui situs www.depkes.go.id.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks:021-5223002 dan 52960661, atau e-mail puskom.depkes@gmail.com dan puskom.publik@yahoo.co.id.

Travel Notices - CDC Travelers' Health

MANTAN-MANTAN KEPALA KKP MEDAN