SELAMAT DATANG Dr. JEFRI SITORUS, M.Kes semoga sukses memimpin KKP Kelas I Medan------------------------ Kami Mengabdikan diri Bagi Nusa dan Bangsa untuk memutus mata rantai penularan penyakit Antar Negara di Pintu Masuk Negara (Pelabuhan Laut, Bandar Udara dan Pos Lintas Batas Darat=PLBD) ------

Disease Outbreak News

Friday, April 17, 2009

FLU SINGAPURA - HFMD - KTM

"Flu Singapura" sebenarnya adalah penyakit yang didunia kedokteran dikenal sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau penyakit Kaki, Tangan dan Mulut ( KTM )

Penyakit KTM ini adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam famili Picornaviridae (Pico, Spanyol = kecil ), Genus Enterovirus ( non Polio ). Genus yang lain adalah Rhinovirus, Cardiovirus, Apthovirus. Didalam Genus enterovirus terdiri dari Coxsackie A virus, Coxsackie B virus, Echovirus dan Enterovirus.

Penyebab KTM yang paling sering pada pasien rawat jalan adalah Coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai meninggal adalah Enterovirus 71. Berbagai enterovirus dapat menyebabkan berbagai penyakit.

EPIDEMIOLOGI:

Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas. KTM adalah penyakit umum/?biasa? pada kelompok masyarakat yang ?crowded? dan menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun ( kadang sampai 10 tahun ).

Orang dewasa umumnya kebal terhadap enterovirus. Penularannya melalui kontak langsung dari orang ke orang yaitu melalui droplet, pilek, air liur (oro-oro), tinja, cairan dari vesikel atau ekskreta. Penularan kontak tidak langsung melalui barang, handuk, baju, peralatan makanan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekresi itu. Tidak ada vektor tetapi ada pembawa (?carrier?) seperti lalat dan kecoa. Penyakit KTM ini mempunyai imunitas spesifik, namun anak dapat terkena KTM lagi oleh virus strain Enterovirus lainnya. Masa Inkubasi 2 ? 5 hari.

GAMBARAN KLINIK :

Mula-mula demam tidak tinggi 2-3 hari, diikuti sakit leher (pharingitis), tidak ada nafsu makan, pilek, gejala seperti ?flu? pada umumnya yang tak mematikan. Timbul vesikel yang kemudian pecah, ada 3-10 ulcus di mulut seperti sariawan ( lidah, gusi, pipi sebelah dalam ) terasa nyeri sehingga sukar untuk menelan.

Bersamaan dengan itu timbul rash/ruam atau vesikel (lepuh kemerahan/blister yang kecil dan rata), papulovesikel yang tidak gatal ditelapak tangan dan kaki.

Kadang-kadang rash/ruam (makulopapel) ada dibokong. Penyakit ini membaik sendiri dalam 7-10 hari.

Bila ada muntah, diare atau dehidrasi dan lemah atau komplikasi lain maka penderita tersebut harus dirawat. Pada bayi/anak-anak muda yang timbul gejala berat , harus dirujuk kerumah sakit sebagai berikut :

o Hiperpireksia ( suhu lebih dari 39 der. C).

o Demam tidak turun-turun (?Prolonged Fever?)

o Tachicardia.

o Tachypneu

o Malas makan, muntah atau diare dengan dehidrasi.

o Lethargi

o Nyeri pada leher,lengan dan kaki.

o Serta kejang-kejang.

Komplikasi penyakit ini adalah :

o Meningitis (aseptic meningitis, meningitis serosa/non bakterial)

o Encephalitis ( bulbar )

o Myocarditis (Coxsackie Virus Carditis) atau pericarditis

o Paralisis akut flaksid (?Polio-like illness? )

Satu kelompok dengan penyakit ini adalah :

1. Vesicular stomatitis dengan exanthem (KTM) - Cox A 16, EV 71 (Penyakit ini)

2. Vesicular Pharyngitis (Herpangina) - EV 70

3. Acute Lymphonodular Pharyngitis - Cox A 10

LABORATORIUM :

Sampel ( Spesimen ) dapat diambil dari tinja, usap rektal, cairan serebrospinal dan usap/swab ulcus di mulut/tenggorokan, vesikel di kulit spesimen atau biopsi otak.

Spesimen dibawa dengan ?Hank?s Virus Transport?. Isolasi virus dencara biakan sel dengan suckling mouse inoculation.

Setelah dilakukan ?Tissue Culture?, kemudian dapat diidentifikasi strainnya dengan antisera tertentu / IPA, CT, PCR dll. Dapat dilakukan pemeriksaan antibodi untuk melihat peningkatan titer.

Diagnosa Laboratorium adalah sebagai berikut :

1. Deteksi Virus :

o Immuno histochemistry (in situ)

o Imunofluoresensi antibodi (indirek)

o Isolasi dan identifikasi virus.

Pada sel Vero ; RD ; L20B

Uji netralisasi terhadap intersekting pools

Antisera (SCHMIDT pools) atau EV-71 (Nagoya) antiserum.

2. Deteksi RNA :

RT-PCR

Primer : 5? CTACTTTGGGTGTCCGTGTT 3?

5? GGGAACTTCGATTACCATCC 3?

Partial DNA sekuensing (PCR Product)

3. Serodiagnosis :

Serokonversi paired sera dengan uji serum netralisasi terhadap virus EV-71 (BrCr, Nagoya) pada sel Vero.

Uji ELISA sedang dikembangkan.

Sebenarnya secara klinis sudah cukup untuk mendiagnosis KTM, hanya kita dapat mengatahui apakah penyebabnya Coxsackie A-16 atau Enterovirus 71.

TATALAKSANA :

o Istirahat yang cukup

o Pengobatan spesifik tidak ada.

o Dapat diberikan :

Immunoglobulin IV (IGIV), pada pasien imunokompromis atau neonatus

Extracorporeal membrane oxygenation.

Pengobatan simptomatik :

Antiseptik didaerah mulut

Analgesik misal parasetamol

Cairan cukup untuk dehidrasi yang disebabkan sulit minum dan karena demam

Pengobatan suportif lainnya ( gizi dll )

Penyakit ini adalah ?self limiting diseases? ( berobat jalan ) yang sembuh dalam 7-10 hari, pasien perlu istirahat karena daya tahan tubuh menurun. Pasien yang dirawat adalah yang dengan gejala berat dan komplikasi tersebut diatas.

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT:

Penyakit ini sering terjadi pada masyarakat dengan sanitasi yang kurang baik. Pencegahan penyakit adalah dengan menghilangkan ?Overcrowding?, kebersihan (Higiene dan Sanitasi). Lingkungan dan perorangan misal cuci tangan, desinfeksi peralatan makanan, mainan, handuk yang memungkinkan terkontaminasi.

Bila perlu anak tidak bersekolah selama satu minggu setelah timbul rash sampai panas hilang. Pasien sebenarnya tak perlu diasingkan karena ekskresi virus tetap berlangsung beberapa minggu setelah gejala hilang, yang penting menjaga kebersihan perorangan.

Di Rumah sakit ? Universal Precaution? harus dilaksanakan.

Penyakit ini belum dapat dicegah dengan vaksin (Imunisasi)

UPAYA PEMERINTAH DALAM HAL INI :

Meningkatkan survailans epidemiologi (perlu definisi klinik)

Memberikan penyuluhan tentang cara-cara penularan dan pencegahan KTM untuk memotong rantai penularan.

Memberikan penyuluhan tentang tamda-tanda dan gejala KTM

Menjaga kebersihan perorangan.

Bila anak tidak dirawat, harus istirahat di rumah karena :

o Daya tahan tubuh menurun.

o Tidak menularkan kebalita lainnya.

Menyiapkan sarana kesehatan tentang tatalaksana KTM termasuk pelaksanaan 'Universal Precaution' nya.


Hand-Foot-Mouth Disease (HFMD)


Etiologi : Coxsackievirus A 16

Cara Penularan : Droplets

Masa Inkubasi : 4 ? 6 Hari


Manifestasi Klinis :

Masa prodromal ditandai dengan panas subfebris, anoreksia, malaise dan nyeri tenggorokan yang timbul 1 ? 2 hari sebelum timbul enantem. Enantem adalah manifestasi yang paling sering pada HFMD. Lesi dimulai dengan vesikel yang cepat menjadi ulkus dengan dasar eritem, ukuran 4-8 mm yang kemudian menjadi krusta, terdapat pada mukosa bukal dan lidah serta dapat menyebar sampai palatum uvula dan pilar anterior tonsil. Eksantema tampak sebagai vesiko pustul berwarna putih keabu-abuan, berukuran 3-7 mm terdapat pada lengan dan kaki, pada permukaan dorsal atau lateral, pada anak sering juga terdapat di bokong. Lesi dapat berulang beberapa minggu setelah infeksi, jarang menjadibula dan biasanya asimptomatik, dapat terjadi rasa gatal atau nyeri pada lesi. Lesi menghilang tanpa bekas.

Diagnosis :

Manifestasi klinis dan isolasi virus dengan preparat Tzank.

Diagnosis Banding : Varisela, herpes

Terapi : Simptomatis

"Flu Singapura" sebenarnya adalah penyakit yang didunia kedokteran dikenal sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau penyakit Kaki, Tangan dan Mulut ( KTM )

Penyakit KTM ini adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam famili Picornaviridae (Pico, Spanyol = kecil ), Genus Enterovirus ( non Polio ). Genus yang lain adalah Rhinovirus, Cardiovirus, Apthovirus. Didalam Genus enterovirus terdiri dari Coxsackie A virus, Coxsackie B virus, Echovirus dan Enterovirus.

Penyebab KTM yang paling sering pada pasien rawat jalan adalah Coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai meninggal adalah Enterovirus 71. Berbagai enterovirus dapat menyebabkan berbagai penyakit.

EPIDEMIOLOGI:

Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas. KTM adalah penyakit umum/?biasa? pada kelompok masyarakat yang ?crowded? dan menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun ( kadang sampai 10 tahun ). Orang dewasa umumnya kebal terhadap enterovirus. Penularannya melalui kontak langsung dari orang ke orang yaitu melalui droplet, pilek, air liur (oro-oro), tinja, cairan dari vesikel atau ekskreta. Penularan kontak tidak langsung melalui barang, handuk, baju, peralatan makanan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekresi itu. Tidak ada vektor tetapi ada pembawa (?carrier?) seperti lalat dan kecoa. Penyakit KTM ini mempunyai imunitas spesifik, namun anak dapat terkena KTM lagi oleh virus strain Enterovirus lainnya. Masa Inkubasi 2 ? 5 hari.

GAMBARAN KLINIK :

Mula-mula demam tidak tinggi 2-3 hari, diikuti sakit leher (pharingitis), tidak ada nafsu makan, pilek, gejala seperti ?flu? pada umumnya yang tak mematikan. Timbul vesikel yang kemudian pecah, ada 3-10 ulcus dumulut seperti sariawan ( lidah, gusi, pipi sebelah dalam ) terasa nyeri sehingga sukar untuk menelan.

Bersamaan dengan itu timbul rash/ruam atau vesikel (lepuh kemerahan/blister yang kecil dan rata), papulovesikel yang tidak gatal ditelapak tangan dan kaki.

Kadang-kadang rash/ruam (makulopapel) ada dibokong. Penyakit ini membaik sendiri dalam 7-10 hari.

Bila ada muntah, diare atau dehidrasi dan lemah atau komplikasi lain maka penderita tersebut harus dirawat. Pada bayi/anak-anak muda yang timbul gejala berat , harus dirujuk kerumah sakit sebagai berikut :

o Hiperpireksia ( suhu lebih dari 39 der. C).

o Demam tidak turun-turun (?Prolonged Fever?)

o Tachicardia.

o Tachypneu

o Malas makan, muntah atau diare dengan dehidrasi.

o Lethargi

o Nyeri pada leher,lengan dan kaki.

o Serta kejang-kejang.

Komplikasi penyakit ini adalah :

o Meningitis (aseptic meningitis, meningitis serosa/non bakterial)

o Encephalitis ( bulbar )

o Myocarditis (Coxsackie Virus Carditis) atau pericarditis

o Paralisis akut flaksid (?Polio-like illness? )

Satu kelompok dengan penyakit ini adalah :

1. Vesicular stomatitis dengan exanthem (KTM) - Cox A 16, EV 71 (Penyakit ini)

2. Vesicular Pharyngitis (Herpangina) - EV 70

3. Acute Lymphonodular Pharyngitis - Cox A 10

LABORATORIUM :

Sampel ( Spesimen ) dapat diambil dari tinja, usap rektal, cairan serebrospinal dan usap/swab ulcus di mulut/tenggorokan, vesikel di kulit spesimen atau biopsi otak.

Spesimen dibawa dengan ?Hank?s Virus Transport?. Isolasi virus dencara biakan sel dengan suckling mouse inoculation.

Setelah dilakukan ?Tissue Culture?, kemudian dapat diidentifikasi strainnya dengan antisera tertentu / IPA, CT, PCR dll. Dapat dilakukan pemeriksaan antibodi untuk melihat peningkatan titer.

Diagnosa Laboratorium adalah sebagai berikut :

1. Deteksi Virus :

o Immuno histochemistry (in situ)

o Imunofluoresensi antibodi (indirek)

o Isolasi dan identifikasi virus.

Pada sel Vero ; RD ; L20B

Uji netralisasi terhadap intersekting pools

Antisera (SCHMIDT pools) atau EV-71 (Nagoya) antiserum.

2. Deteksi RNA :

RT-PCR

Primer : 5? CTACTTTGGGTGTCCGTGTT 3?

5? GGGAACTTCGATTACCATCC 3?

Partial DNA sekuensing (PCR Product)

3. Serodiagnosis :

Serokonversi paired sera dengan uji serum netralisasi terhadap virus EV-71 (BrCr, Nagoya) pada sel Vero.

Uji ELISA sedang dikembangkan.

Sebenarnya secara klinis sudah cukup untuk mendiagnosis KTM, hanya kita dapat mengatahui apakah penyebabnya Coxsackie A-16 atau Enterovirus 71.

TATALAKSANA :

o Istirahat yang cukup

o Pengobatan spesifik tidak ada.

o Dapat diberikan :

Immunoglobulin IV (IGIV), pada pasien imunokompromis atau neonatus

Extracorporeal membrane oxygenation.

Pengobatan simptomatik :

Antiseptik didaerah mulut Analgesik misal parasetamol Cairan cukup untuk dehidrasi yang disebabkan sulit minum dan karena demam Pengobatan suportif lainnya ( gizi dll )

Penyakit ini adalah ?self limiting diseases? ( berobat jalan ) yang sembuh dalam 7-10 hari, pasien perlu istirahat karena daya tahan tubuh menurun. Pasien yang dirawat adalah yang dengan gejala berat dan komplikasi tersebut diatas.

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT:

Penyakit ini sering terjadi pada masyarakat dengan sanitasi yang kurang baik. Pencegahan penyakit adalah dengan menghilangkan ?Overcrowding?, kebersihan (Higiene dan Sanitasi). Lingkungan dan perorangan misal cuci tangan, desinfeksi peralatan makanan, mainan, handuk yang memungkinkan terkontaminasi.

Bila perlu anak tidak bersekolah selama satu minggu setelah timbul rash sampai panas hilang. Pasien sebenarnya tak perlu diasingkan karena ekskresi virus tetap berlangsung beberapa minggu setelah gejala hilang, yang penting menjaga kebersihan perorangan.

Di Rumah sakit ? Universal Precaution? harus dilaksanakan.

Penyakit ini belum dapat dicegah dengan vaksin (Imunisasi)

UPAYA PEMERINTAH DALAM HAL INI :

Meningkatkan survailans epidemiologi (perlu definisi klinik)

Memberikan penyuluhan tentang cara-cara penularan dan pencegahan KTM untuk memotong rantai penularan.

Memberikan penyuluhan tentang tamda-tanda dan gejala KTM

Menjaga kebersihan perorangan.

Bila anak tidak dirawat, harus istirahat di rumah karena :

o Daya tahan tubuh menurun.

o Tidak menularkan kebalita lainnya.

Menyiapkan sarana kesehatan tentang tatalaksana KTM termasuk pelaksanaan ?Universal Precaution?nya.

Hand-Foot-Mouth Disease (HFMD)

Etiologi : Coxsackievirus A 16

Cara Penularan : Droplets

Masa Inkubasi : 4 ? 6 Hari

Manifestasi Klinis :

Masa prodromal ditandai dengan panas subfebris, anoreksia, malaise dan nyeri tenggorokan yang timbul 1 ? 2 hari sebelum timbul enantem. Enantem adalah manifestasi yang paling sering pada HFMD. Lesi dimulai dengan vesikel yang cepat menjadi ulkus dengan dasar eritem, ukuran 4-8 mm yang kemudian menjadi krusta, terdapat pada mukosa bukal dan lidah serta dapat menyebar sampai palatum uvula dan pilar anterior tonsil. Eksantema tampak sebagai vesiko pustul berwarna putih keabu-abuan, berukuran 3-7 mm terdapat pada lengan dan kaki, pada permukaan dorsal atau lateral, pada anak sering juga terdapat di bokong. Lesi dapat berulang beberapa minggu setelah infeksi, jarang menjadibula dan biasanya asimptomatik, dapat terjadi rasa gatal atau nyeri pada lesi. Lesi menghilang tanpa bekas.

Diagnosis :

Manifestasi klinis dan isolasi virus dengan preparat Tzank.

Diagnosis Banding : Varisela, herpes

Terapi : Simptomatis

Sumber Foto : Dr Widodo Judarwanto SpA

Sumber : http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=44

Thursday, April 16, 2009

New hope for anti-bird-flu drug

SCIENTISTS in Hong Kong and the United States have identified a synthetic compound that appears to be able to stop the replication of influenza viruses, including the deadly H5N1 bird flu virus.

The search for such new "inhibitors" has grown more urgent in recent years as drugs like oseltamivir have become largely ineffective against certain flu strains, including the H1N1 seasonal flu virus. Experts now question how well and how long the drug would stand up against the H5N1 strain should it unleash a pandemic.

Researchers in Hong Kong and the US screened some 230,000 compounds that were catalogued with the US National Cancer Institute and found 20 that could potentially restrict the proliferation of the H5N1 virus.

The experts told a news conference yesterday that one of the compounds, called compound 1, showed promise.

"We have found a compound that is different from oseltamivir but which acts in the same way," said Leo Poon, a microbiologist at the University of Hong Kong.

"An analogy would be like we have a door with a keyhole, but the hole has changed, and the key, in this case oseltamivir, can't lock the door anymore. But we have discovered another keyhole and another key which can lock the door."

Their finding was published in the latest issue of the Journal of Medicinal Chemistry.

In their experiment, the researchers infected separate batches of cultured human cells with seasonal flu virus and H5N1 and found that compound 1 prevented the replication of both types of viruses effectively.

Many advanced countries stock up on oseltamivir and zanamivir, two varieties of the same class of drugs that stops the H5N1 virus from multiplying.

But the US Centers for Disease Control and Prevention found that 98 percent of all flu samples from the H1N1 strain were resistant to oseltamivir, which is manufactured by Roche AG and marketed under the brand Tamiflu.

Source : http://birdflubreakingnews.com/templates/birdflu/window.php?url=http%3A%2F%2Fnews.google.com%2Fnews%2Furl%3Fsa%3DT%26ct%3Dus%2F0-0%26fd%3DR%26url%3Dhttp%253A%2F%2Fwww.shanghaidaily.com%2Fsp%2Farticle%2F2009%2F200904%2F20090416%2Farticle_397863.htm%26cid%3D1334165853%26ei%3DGmXmSfncPIqegwOMhaGQBw%26usg%3DAFQjCNFMGRyblsg6LTD5dF7vfcqgCMzTWA

Wednesday, April 15, 2009

Tularkan HIV pada Mantan Pacar, Bintang Pop Jerman Ditangkap


Benaissa (kiri) (Reuters)


Jakarta - Seorang bintang pop Jerman ditangkap polisi. Penyanyi terkenal Jerman itu dituduh menularkan virus HIV pada mantan kekasihnya.

Kepolisian Jerman menangkap Nadja Benaissa tepat sebelum dia tampil dalam sebuah konser di Frankfurt. Album-album wanita berusia 26 tahun itu telah terjual lebih dari lima juta copy.

Benaissa yang telah memiliki seorang anak itu, ditangkap setelah satu dari tiga pria yang pernah berhubungan seks dengannya pada 2004 dan 2006, dinyatakan positif HIV. Jika terbukti bersalah, Benaissa bisa diancam hukuman penjara maksimum 10 tahun.

Kepolisian menduga, pria tersebut terjangkit HIV sebagai akibat keterlibatan seksualnya dengan Benaissa. Harian Inggris, Daily Telegraph, Rabu (15/4/2009) memberitakan, penyanyi itu tidak mengatakan pada pria-pria yang telah berhubungan seks dengannya bahwa dia positif HIV. Hubungan seks itu juga terjadi tanpa menggunakan kondom.

Benaissa ditangkap pada Sabtu, 11 April lalu. Hakim memutuskan untuk terus menahannya di penjara sembari menunggu proses pengadilan. Sebab ada kemungkinan dia mengulangi lagi perbuatannya.

Benaissa mulai dikenal publik setelah mengikuti acara Popstars, ajang menjadi bintang di Jerman. Diyakini publik sebelum ini tidak mengetahui kalau dia mengidap HIV.

Menurur media Jerman, Deutsche Welle, Benaissa memiliki seorang anak perempuan yang lahir pada tahun 1999. Tidak jelas siapa ayah sang anak. (ita/iy) Rita Uli Hutapea - detikNews

Sumber : http://www.detiknews.com/read/2009/04/15/105003/1115672/10/tularkan-hiv-pada-mantan-pacar,-bintang-pop-jerman-ditangkap

Travel Notices - CDC Travelers' Health

MANTAN-MANTAN KEPALA KKP MEDAN