Virus Flu Burung Terancam Resisten di Indonesia
27/03/2008 11:22 WIB
Gede Suardana - detikcom
Badung - Oseltamivir atau tamiflu merupakan obat flu burung yang selama ini digunakan baik di Indonesia maupun negara-negara lain. Namun tamiflu ini sudah resisten di Vietnam dan Hongkong. Di Indonesia, virus flu burung terancam resisten terhadap obat ini.
"Di Indonesia kita identifikasi adanya perubahan. Dari sudut molekular kalau kita teliti memang ada sedikit perubahan dari aslinya. Hingga itu mengarah kepada kemungkinan adanya resisten," kata Deputi Bidang Pengembangan Sistem Iptek Nasional Kementerian Negara Riset dan Teknologi Amin Soebandrio.
Hal itu disampaikan dia dalam pertemuan tahunan soal flu burung ke-enam di Hotel Wastin Nusa Dua, Badung, Bali, Kamis (27/3/2008).
Menurut Amin, resisten terjadi karena penggunaan tamiflu yang banyak sekali dan dosisnya yang kurang. Karenanya, tidak bisa membunuh virus malah menjadikan virusnya terlatih sehingga tambah kuat.
"Untuk itu harus kita cegah. Penggunaan tamiflu harus kita kontrol," ujarnya.
Amin mengatakan, ditemukan juga beberapa perubahan genetik ke mutasi. Dari uji coba obatnya belum ada bukti resisten. Tetapi dilihat dari rangkaian genetiknya virus H5N1 sudah mengarah pada kemungkinan terjadinya resistennya. ( ziz / nvt )
Sumber :
Gede Suardana - detikcom
Badung - Oseltamivir atau tamiflu merupakan obat flu burung yang selama ini digunakan baik di Indonesia maupun negara-negara lain. Namun tamiflu ini sudah resisten di Vietnam dan Hongkong. Di Indonesia, virus flu burung terancam resisten terhadap obat ini.
"Di Indonesia kita identifikasi adanya perubahan. Dari sudut molekular kalau kita teliti memang ada sedikit perubahan dari aslinya. Hingga itu mengarah kepada kemungkinan adanya resisten," kata Deputi Bidang Pengembangan Sistem Iptek Nasional Kementerian Negara Riset dan Teknologi Amin Soebandrio.
Hal itu disampaikan dia dalam pertemuan tahunan soal flu burung ke-enam di Hotel Wastin Nusa Dua, Badung, Bali, Kamis (27/3/2008).
Menurut Amin, resisten terjadi karena penggunaan tamiflu yang banyak sekali dan dosisnya yang kurang. Karenanya, tidak bisa membunuh virus malah menjadikan virusnya terlatih sehingga tambah kuat.
"Untuk itu harus kita cegah. Penggunaan tamiflu harus kita kontrol," ujarnya.
Amin mengatakan, ditemukan juga beberapa perubahan genetik ke mutasi. Dari uji coba obatnya belum ada bukti resisten. Tetapi dilihat dari rangkaian genetiknya virus H5N1 sudah mengarah pada kemungkinan terjadinya resistennya. ( ziz / nvt )
Sumber :