SELAMAT DATANG Dr. JEFRI SITORUS, M.Kes semoga sukses memimpin KKP Kelas I Medan------------------------ Kami Mengabdikan diri Bagi Nusa dan Bangsa untuk memutus mata rantai penularan penyakit Antar Negara di Pintu Masuk Negara (Pelabuhan Laut, Bandar Udara dan Pos Lintas Batas Darat=PLBD) ------

Disease Outbreak News

Monday, April 7, 2008

Kebijakan Mengatasi Flu Burung Tidak Jalan

Korban Terus Bertambah, Wilayah Sebaran Meluas

Senin, 7 April 2008 | 08:49 WIB

Jakarta, Kompas - Berbagai kebijakan pemerintah untuk menanggulangi penyebaran virus flu burung atau H5N1 tidak berjalan di tingkat operasional. Akibatnya, korban meninggal terus berjatuhan, bahkan Indonesia menempati urutan pertama korban flu burung yang paling banyak di dunia, setidaknya 107 orang meninggal.

China dan Vietnam, dua negara yang lebih dahulu terjangkit virus flu burung atau avian influenza (AI) pada tahun 2003, kini bahkan relatif bisa mengendalikan penyebaran virus tersebut. Jumlah korban terinfeksi dan meninggal di bawah Indonesia.

Sebaliknya, di Indonesia, korban terinfeksi dan meninggal terus bertambah, termasuk terjadinya kasus baru pada pekan ini di Padang (Sumatera Barat), Depok (Jawa Barat), dan Tegal (Jawa Tengah).

”Sejumlah kebijakan pemerintah tidak serius dilaksanakan,” kata anggota Panel Ahli Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza (Komnas FBPI), Mangku Sitepu.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, misalnya, telah mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 5 tahun 2007 tentang Pengendalian Unggas. Pergub itu melarang pemeliharaan unggas ternak di permukiman dan mewajibkan sertifikasi unggas hias. Diharuskan pula melakukan relokasi tempat peternakan dan pemotongan unggas serta mengatur lalu lintas unggas hias dari daerah lain.

Namun, hingga Minggu (6/4), kebijakan itu tak berjalan. Masih banyak unggas yang berkeliaran di permukiman dan masih marak usaha pemotongan unggas di permukiman padat penduduk. Razia dari petugas kelurahan dan dinas peternakan juga tidak dilakukan secara berkelanjutan.

Relokasi tempat peternakan dan pemotongan unggas ternak di Rawa Kepiting, Jakarta Timur, misalnya, belum berjalan.

Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo memperkirakan, relokasi seluruh peternakan dan tempat pemotongan unggas akan selesai 2010 sesuai amanat pergub. Selain masalah pembangunan lokasi penampungan unggas yang baru, masalah yang muncul adalah sosialisasi pada masyarakat.

Tidak serius

Mangku Sitepu menyatakan, merebaknya kasus flu burung disebabkan pemerintah kurang memfokuskan pengendalian penyakit ini pada unggas sebagai sumber penularan. Hal ini ditandai dengan belum optimalnya pencegahan penularan AI antarunggas serta lemahnya pengawasan lalu lintas perdagangan unggas.

Ketua Pelaksana Harian Komnas FBPI Bayu Krisnamurthi menyatakan, merebaknya kembali kasus flu burung di sejumlah tempat perlu diwaspadai. ”Jika dilihat beberapa tahun terakhir ini, siklus peningkatan kasus flu burung dalam setahun hampir serupa. Kasus meningkat pada Januari hingga akhir Maret, mulai turun pada April,” kata Bayu.

Sejauh ini, lanjut Bayu, pengendalian AI terhambat oleh terbatasnya pengetahuan tentang flu burung, terutama karakter virus, model penularan virus antarunggas, dan faktor utama penyebab seseorang terinfeksi flu burung. ”Departemen Pertanian juga masih mencari vaksin mana yang paling cocok untuk unggas,” ujarnya.

Selain itu, sampai sekarang belum terbentuk sistem nasional yang menyeluruh mengenai pengendalian penyakit yang bersumber pada binatang (zoonosis).

Belum dimusnahkan

Dari Kota Depok dilaporkan, Wali Kota Depok Nur Mahmudi Isma’il belum memutuskan untuk memusnahkan unggas di lingkungan tempat tinggal Mulyanti, pasien suspek flu burung yang meninggal dunia, Minggu malam. Langkah itu baru akan dipikirkan setelah adanya hasil tes laboratorium terakhir di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, yang dijadwalkan akan keluar Senin ini.

”Kami masih menunggu sampai besok (Senin), setelah hasil tes yang ketiga diketahui,” kata Nur Mahmudi seusai melayat ke rumah duka.

Dari Padang dilaporkan, dua pasien terduga flu burung, masing-masing Etriani (29) dan Afifa (2), yang tengah dirawat di RSUP Dr M Djamil, Padang, masih menunggu satu hasil pemeriksaan paru-paru untuk memastikan keduanya terinfeksi virus flu burung atau tidak.

Sebelumnya, satu anak balita bernama Alifa Qonza (21 bulan) sudah dinyatakan positif terinfeksi virus flu burung. Hingga kini korban masih dirawat di ruang isolasi RSUP Dr M Djamil. Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Barat Rosnini Savitri, Minggu, mengatakan, tim medis di rumah sakit masih terus memantau perkembangan ketiga pasien tersebut. (ECA/EVY/MUK/THY/ART/WIE)

http://www.kompas.com/kompascetak/read.php?cnt=.xml.2008.04.07.08490317&channel=2&mn=154&idx=154

Travel Notices - CDC Travelers' Health

MANTAN-MANTAN KEPALA KKP MEDAN