SELAMAT DATANG Dr. JEFRI SITORUS, M.Kes semoga sukses memimpin KKP Kelas I Medan------------------------ Kami Mengabdikan diri Bagi Nusa dan Bangsa untuk memutus mata rantai penularan penyakit Antar Negara di Pintu Masuk Negara (Pelabuhan Laut, Bandar Udara dan Pos Lintas Batas Darat=PLBD) ------

Disease Outbreak News

Wednesday, December 1, 2010

Cardiac Arrest dan Respiratory Failure Mendominasi Penyebab Wafat Jamaah Haji Indonesia

Jumlah Jamaah Haji Indonesia di Arab Saudi hingga 29 November pkl.15.48 sudah mencapai 322 jamaah wafat. Angka yang cukup besar ini bahkan melebihi angka kematian tahun 2009 yang hingga akhir masa penyelenggaraan jamaah haji tercatat 312 yang wafat. Angka 322 jamaah wafat ternyata didominasi oleh 2 penyakit terbesar yaitu Cardiac Arrest dan Respiratory Failure.

Ada 174 jamaah haji yang wafat karena Cardiac Arrest. penyakit yang disebabkan karena penyumbatan pada sekurang-kurangnya dua cabang arteri koroner ini membuat gangguan pada ritme jantung pada bilik jantung, yakni ventricles, berdenyut terlalu cepat dan tidak teratur, yakni 4 – 600 kali per menit. Sedangkan untuk kasus Respiratory Failure tercatat 65 jamaah haji yang wafat akibat penyakit ini. Kedua penyakit ini mendominasi penyebab kematian jamaah haji asal Indonesia. penyakit lain yang menyusul di belakangnya adalah Septic Shock, Shock Hypovolemic, dan Stroke Haemoragic. Ketiga penyakit ini menyebabkan kematian sebanyak 13, 8, dan 4 jamaah.

Sumber : http://www.siskohatkes.depkes.go.id

Monday, November 29, 2010

WHO: 600.000 Perokok Pasif Tewas Tiap Tahun

London (ANTARA News/Reuters) - Sekitar satu dari 100 penyebab kematian di dunia diakibatkan merokok pasif, yang diperkirakan menewaskan 600.000 orang per tahun, menurut temuan para peneliti Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat, 26/11/2010.

Dalam penelitian pertama untuk menaksir pengaruh dari merokok pasif, para pakar WHO menemukan anak-anak lebih terekspos pada asap rokok orang lain dibanding kelompok usia lainnya, dan akibatnya sekitar 165.000 diantaranya akan meninggal.

"Dua per tiga dari kematian tersebut terjadi di Afrika dan Asia selatan," kata para peneliti yang diketuai oleh Annette Pruss-Ustun dari WHO di Jenewa, yang menulis temuan itu.

Eksposur anak pada asap rokok seringnya terjadi di rumah, dan penyakit infeksi dan tembakau merupakan kombinasi mematikan bagi anak-anak, kata mereka.

Mengomentari penemuan yang ditulis pada jurnal Lancet, Heather Wipfli dan Jonathan Samet dari Universitas Southern California mengatakan banyak pengambil kebijakan mencoba memotivasi keluarga agar berhenti merokok di dalam rumah.

"Di beberapa negara, banyak rumah bebas rokok tetapi masih jauh dari umum," tulis mereka.

Para ilmuwan WHO menggunakan data dari 192 negara untuk penelitian mereka. Guna mendapat data komprehensif dari seluruh 192 negara itu, mereka harus kembali pada 2004.

Mereka menggunakan contoh matematis untuk memperkirakan kematian dan lamanya kematian dalam kesehatan baik.

Secara global, 40 persen anak-anak, 33 persen laki-laki non-perokok dan 35 persen perempuan non-perokok terekspos rokok pasif pada 2004, menurut temuan mereka.

Hasil eksposur ini diperkirakan menimbulkan 379.000 kematian akibat penyakit jantung, 165.000 infeksi pernapasan bawah, 36.900 dari asma dan 21.400 dari kanker paru-paru.

Untuk pengaruh penuh merokok, kematian ini dapat menambah dari estimasi 5,1 juta kematian per tahun pengguna aktif tembakau, kata kelompok peneliti itu.

Anak-anak

Meski kematian anak-anak umum terjadi di negara-negara miskin dan menengah, kematian pada orang dewasa tersebar di seluruh negara dengan berbagai tingkat pendapatan.

Negara-negara berpendapatan tinggi seperti Eropa, hanya 71 anak yang meninggal, sementara 35.388 kematian terjadi pada orang dewasa. Di Afrika, diperkirakan 43.375 kematian anak dibanding 9.514 kematian pada orang dewasa.

Pruss-Ustun mendesak banyak negara untuk memperkuat Kerangka Konvensi Pengendalian Tembakau milik WHO, seperti meninggikan pajak tembakau, membuat bungkus rokok yang polos dan pelarangan iklan produk tembakau.

"Pembuat kebijakan harus mengetahui bahwa menegakkan hukum bebas rokok kemungkinan akan banyak mengurangi angka kematian disebabkan dari eksposur rokok pasif dalam tahun pertama dari implementasinya, disertai dengan berkurangnya penyakit dalam sistem sosial dan kesehatan," tulisnya.

Hanya 7,4 persen penduduk dunia yang hidup dalam naungan hukum bebas rokok, dan hukum tersebut tidak selalu ditegakkan.

Tempat yang sudah diberlakukan peraturan bebas rokok, penelitian itu menunjukkan bahwa eksposur pada rokok pasif dalam tempat beresiko tinggi seperti bar dan restoran dapat dipotong hingga 90 persen, dan umumnya hingga 60 persen, kata para peneliti.

Penelitian tersebut juga menunjukkan peraturan membantu mengurangi angka rokok yang dibakar oleh perokok dan menghasilkan tingkat kesuksesan tinggi pada orang yang ingin berhenti merokok.

Sumber : http://m.antaranews.com

Thursday, November 25, 2010

Virus H1N1 jadi Wabah Musiman

LONDON--MICOM: Para ilmuwan yang mempelajari flu babi menemukan 70 anak meninggal dalam jangka waktu 9 bulan disebabkan virus H1N1.

Kasus ini termasuk angka kematian terburuk di Inggris yang melibatkan minoritas anak-anak dan orang yang bermasalah dengan kesehatan.

Liam Donaldson, Chief Medical Officer dari Inggris mengatakan di jurnal kesehatan Lancet, anak-anak dari Bangladesh dan Paskitan memiliki angka kematian lebih tinggi daripada anak-anak kulit putih di Inggris terkait penyakit serius dan kronis seperti penyakit neurologis celebral palsy.

"Mereka yang berisiko tinggi menjadi prioritas utama vaksinasi H1N1," jelas Donaldson.

Badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan pandemik virus H1N1 sampai Agustus lalu menewaskan 18.450 orang di seluruh dunia, termasuk wanita hamil dan anak muda.

Setidaknya perlu setahun setelah pandemik berakhir, kemungkinan angka tersebut akan meningkat.

Kata para ahli, virus H1N1 menjadi wabah musiman. Oleh karena itu, otoritas kesehatan akan menjalankan kampanye tahunan mencakup vaksinasi rutin.

Tim Donaldson mengatakan bahwa temuan tingkat kematian di etnis minoritas konsisten dengan laporan kaum minoritas di Amerika Serikat yang menderita penyakit berat akibat pandemik H1N1.

Sumber : http://www.mediaindonesia.com/

Friday, November 19, 2010

AS Pelajari Penyakit Menular, RI Dalami Penyakit Tidak Menular

Jakarta, Penyakit menular di Indonesia masih sangat banyak mulai dari demam berdarah, malaria, macam-macam flu, kaki gajah hingga TBC. Banyaknya penyakit menular di Indonesia membuat AS tertarik untuk mempelajarinya.

Pemerintah Indonesia dan AS telah melakukan penandatangan kerjasama saat kedatangan Presiden AS Barack Obama 9-10 November 2010.

Kerjasama ini sangat penting bagi Indonesia, terutama untuk mempelajari mengenai penyakit tidak menular yang banyak terdapat di negara adidaya tersebut sedangkan AS akan mempelajari penyakit menular di Indonesia.

"Di dalam Comprehensive Partnerships (CP) Indonesia-United State, ada penandatangan kerjasama di dalam bidang sains dan tekonologi. Bidang kesehatan adalah satu dari bagian kerjasama iptek tersebut," ujar Menteri Kesehatan RI, dr Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH, usai memimpin upacara Hari Kesehatan Nasional (HKN) di halaman Gedung Kemenkes, Jakarta, Jumat (12/11/2010).

Menurut Menkes, beberapa hal yang sudah dibicarakan antara Indonesia dan AS dalam kerjasama tersebut, antara lain tentang sister hospital, yakni rumah sakit kedua negara akan tukar menukar tenaga ahli dan pengalaman.

Juga dibicarakan kemungkinan kerjasama laboratorium untuk melakukan penelitian bersama, misalnya dengan tujuan untuk menemukan sebuah vaksin, terutama untuk penyakit kronis.

"Bentuk kerjasama ini hanyalah sebagian dari kerjasama lain. Kerjasama secara nyatanya nanti disana, misalnya dengan bagian Centers for Disease Control and Prevention (CDC) atau sama dengan Direktorat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) di Indonesia, juga badan litbang AS," lanjut Menkes.

Menurut Menkes, tidak ada poin yang diprioritaskan, karena kerjasama ini tidak hanya dengan Kemenkes, tetapi juga lembaga lain seperti perguruan tinggi di seluruh Indonesia.

Menkes mengatakan, kerjasama ini sangat penting bagi Indonesia, terutama untuk mempelajari mengenai penyakit tidak menular yang banyak terdapat di negara adidaya Amerika dan sudah terlebih dahulu melakukan penanganan.

Sedangkan untuk AS, penting untuk mempelajari penyakit di Indonesia terutama yang menular, yang mana masih sedikit ditemukan di AS.

"Kita tukar menukar atau menambah pengetahuanlah. Untuk menindak lanjutinya, dibentuk semacam working group, tapi baru sebatas pembicaraan-pembicaraan. Mudah-mudahan tahun depan sudah direalisasikan," tutup Menkes.

Sumber : Merry Wahyuningsih - detikHealth

Thursday, September 16, 2010

Menkes Lakukan Penyuntikan Pertama Vaksin Meningitis Haji

Padang, Peluncuran vaksin meningitis untuk calon haji Indonesia secara resmi ditandai dengan penyuntikan oleh Menkes di Padang, Sumatera Barat. Sementara di sejumlah wilayah lainnya, penyuntikan telah dimulai sejak 14 September 2010.
Penyuntikan pertama di Sumatera Barat dilakukan sendiri oleh Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih di Puskesmas Lubuk Buaya, Padang pada Rabu (15/9/2010). Acara itu dihadiri juga oleh Gubernur Sumatera barat dan sejumlah walikota se-Sumatera Barat.
Dalam kesempatan tersebut Menkes mengatakan bahwa adanya sertifikasi halal dari MUI untuk salah satu produk vaksin meningitis pada tahun ini patut disyukuri. Langkah MUI tersebut dinilai sebagai sebuah kemajuan dalam penyelenggaraan haji di Indonesia."Saya harap tidak ada lagi calon jemaah yang tidak mau disuntik dengan alasan tidak halal, sehingga cakupan vaksinasi bisa lebih maksimal" ungkap Menkes dalam peluncuran vaksin meningitis di puskesmas Lubuk Buaya, Padang hari Rabu (15/9/2010).
Menurut menkes, dalam pengadaan vaksin pihaknya mempertimbangkan 3 hal. Salah satunya adalah pertimbangan agama, yang telah terpenuhi dengan adanya sertifikasi halal tersebut.
Pertimbangan lainnya adalah keamanan, efektivitas dan kemanjuran vaksin ketika digunakan. Selain itu, produk vaksin yang digunakan juga harus sudah teregisterasi atau terdaftar di BPOM.Untuk tahun ini, pemerintah telah menyediakan jumlah vaksin yang cukup untuk 221 ribu calon jamaah haji. Penyuntikan dimulai sejak Selasa (14/9/2010), di 44 Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan ribuan Puskesmas diseluruh Indonesia.
Penyuntikan ditargetkan selesai pada 30 September 2010 atau kurang lebih 2 minggu sebelum keberangkatan kloter I. Penyuntikan tidak boleh dilakukan terlalu dekat denga jadwal keberangkatan, karena vaksin tersebut membutuhkan rentang waktu agar efeknya mulai bekerja.
Vaksin Menveo Men ACWY-135 buatan Novartis telah dinyatakan halal oleh MUI.

Saturday, August 28, 2010

Flu Babi Merebak di Selandia Baru

Kamis, 26 Agustus 2010 18:50 WIB

MESKI Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan bahwa pandemi global flu babi telah berakhir, Menteri Kesehatan Mark Jacobs Selandia Baru justru menyatakan penyakit yang disebabkan virus influenza subtipe H1N1 ini tengah mewabah di Selandia baru. Sejauh ini bahkan menyebabkan kematian 10 orang.

Selain itu, akibat penyakit yang sempat menjadi pandemi global pada tahun lalu ini, beberapa orang di beberapa wilayah itu juga tengah menjalani perawatan intensif di rumah sakit.

"Sejauh ini, kami telah menerima 10 laporan kematian terkait dengan flu babi," katanya. Lebih dari 500 orang juga telah dirawat di rumah sakit. Pihak laboratorium juga mengonfirmasi ke-500 orang itu terjangkit flu babi dengan 16 orang menjalani perawatan intensif.

Karena suplai vaksin yang terbatas, Jacobs mengatakan bahwa pihaknya tengah berencana meminta kiriman 35 dosis vaksin. Walau WHO telah menyatakan wabah flu babi telah mereda, virus itu tetap saja menyebar di beberapa negara. Maka itu, disarankan semua negara waspada dalam menghadapi virus tersebut.

Flu babi menginfeksi manusia setiap tahun dan biasanya ditemukan pada orang-orang yang bersentuhan dengan babi, meskipun ditemukan juga kasus-kasus penularan dari manusia ke manusia. Gejala virus ini antara lain demam, disorientasi, kekakuan pada sendi, muntah-muntah, dan kehilangan kesadaran yang berakhir pada kematian. (Pri/OL-06)
Sumber : MI Online

Wednesday, August 25, 2010

WHO Telat Cabut Status Pandemi Flu Babi

Jakarta,
Badan kesehatan dunia (WHO) mengumumkan status global pandemi flu babi (HINI) berakhir pada 10 Agustus 2010. Tapi pernyataan tersebut dinilai sudah terlambat oleh Kementerian Kesehatan RI.
Pendapat tersebut disampaikan oleh Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI, Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE, disela-sela acara buka bersama Menteri Kesehatan di kediaman Menkes, Jl. Denpasar Raya 14, Jakarta, Selasa (24/8/2010).
WHO mengumumkan bahwa H1N1 atau yang lebih dikenal dengan flu babi masih menjadi pandemi pada 3 Juni 2010. Direktur Jenderal WHO, Margaret Chan mengatakan bahwa tingkat siaga pandemi saat itu masih dalam kemungkinan tertinggi, yaitu fase 6.
Kemudian status pandemi tersebut dicabut dan disampaikan langsung oleh Margaret Chan dalam pernyataannya 10 Agustus 2010, seperti dilansir dari Reuters.Menurut Chan, pencabutan status pandemi flu babi ini didasarkan pada rekomendasi oleh para ahli influenza setelah dilakukan pengkajian dan penelitian yang mendalam.
Tapi Prof Tjandra mengatakan bahwa sebenarnya kasus flu babi ini sudah menjadi kasus flu yang biasa dan sudah tidak ada lagi kasus pandemi terjadi sejak beberapa bulan yang lalu.Menurutnya, keterlambatanan pencabutan status pandemi ini disebabkan karena Emergency Committee (yang memberi masukan bahwa H1N1 masih pandemi) masih menduga bahwa di belahan bumi selatan akan ada outbreak (penularan), itu pun beberapa bulan yang lalu.
Selain itu, pada pertemuan Menteri Kesehatan ASEAN di Singapura bulan lalu, para menteri juga sudah melaporkan kepada WHO bahwa kasus flu babi sudah menjadi kasus biasa."WHO pada saat itu masih mengatakan ingin mengumpulkan bukti, masih ada masalah atau nggak. Jadi, menurut kita malah sudah terlambat ngomong sekarang," jelas Prof Tjandra.
Berdasarkan pernyataan WHo, kasus flu babi sekarang dalam fase post-pandemi. Dan meski kasusnya masih ada, tapi sudah tidak berbahaya dan bukan merupakan masalah pandemi lagi."Sebenarnya mustinya sejak beberapa bulan yang lalu sudah dinyatakan bukan. Tapi WHO rupanya mau cari aman, betul-betul dari semua tempat tidak ada laporan yang bermakna, baru di-clear," tambah Prof Tjandra.

Monday, August 23, 2010

Virus Mematikan Ebola Bisa Segera Dibasmi

Washington,
Ancaman senjata biologis membuat Amerika gencar mendanai penemuan obat baru untuk virus-virus mematikan, antara lain Ebola. Upaya itu tidak sia-sia, sebab kini obat baru untuk virus mematikan tersebut telah siap diujikan pada manusia.
Dalam pengujian terhadap kera ekor panjang (cynomolgus monkey), obat tersebut efektif mengatasi virus Marburg hingga 90 persen. Virus ini masih satu keluarga dengan Ebola dalam kelompok filovirus (virus penyebab demam berdarah) dengan tingkat kematian 90 persen.
Dikutip dari France24, Senin (23/8/2010), obat yang dinamakan PMO (phosphorodiamidate morpholino oligomers) ini bekerja dengan menghambat replikasi (penggandaan diri) virus. Terhambatnya replikasi tersebut memberi kesempatan bagi sistem kekebalan tubuh untuk membentuk perlawanan terhadap virus. Untuk dapat diproduksi secara massal, obat ini masih harus melalui beberapa tahap pengujian.
Setelah efektivitas pada kera terbukti, kini US Food and Drug Administration (FDA) telah memberikan lampu hijau untuk menguji keamanannya pada sekelompok kecil relawan. Apabila keamanan pada manusia sudah terbukti, obat itu masih harus melalui 1 tahap lagi. Dalam kelompok relawan yang lebih besar obat itu akan diuji lagi efektivitasnya, bukan lagi pada kera melainkan manusia.
Di Afrika yang merupakan tempat virus ini berasal, penyakit Ebola banyak menyerang kelelawar pemakan buah dan primata non-manusia. Sementara pada manusia, sejak tahun 1976 WHO telah mencatat 1.850 kasus dengan korban tewas berjumlah 1.200 orang. Virus ini begitu mematikan, hingga muncul kekhawatiran penyalahgunaan sebagai senjata biologis oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Oleh karena itu sejak serangan teroris 11 September 2001, militer AS melalui Pentagon gencar mendanai pengembangan obat untuk Ebola. Penemuan PMO sebagai antivirus untuk Ebola kali ini juga tak lepas dari peran militer AS. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Medicine ini diprakarsai oleh Badan Riset Militer AS bekerja sama dengan perusahaan farmasi di Washington, AVI BioPharma.

Friday, August 20, 2010

Lima Negara Bagian Malaysia Terserang Wabah Flu Baru

TEMPO Interaktif, Kuala Lumpur - Sebanyak lima negara bagian di Malaysia terserang tujuh wabah flu baru atau influenza-like illness (ILI). Hal tersebut diketahui dari 13 kluster virus yang ditemukan pekan lalu.
Tujuh jenis wabah flu baru itu sangat erat hubungannya dengan jenis flu A atau H1N1. Menurut Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia, Mohd Ismail Merican sejak 8 hingga 14 Agustus 2010, terjadi kenaikan jumlah kasus akibat H1N1 dan variannya.
Dia mencatat, dari 51 kasus baru H1N1 yang ada pekan lalu, pada 14 Agustus kemarin naik menjadi 64 kasus, atau meningkat 25 persen. Sementara akumulasi jumlah penderita positif H1N1 di Malaysia hingga saat ini tercatat 15.584 orang, dengan 92 orang diantaranya tewas.
Sementara tentang wabah ILI, pihaknya juga mencatat jumlah penderita yang berhasil disembuhkan. "Mereka (penderita) datang beserta ciri-ciri yang serupa dengan keluhan penyakit ILI. Namun dari 563 orang pasien yang datang pada bulan ini, pekan lalu tercatat tinggal 513 orang, atau turun 8,9 persen," ungkap Merican.
Menurutnya, pekan ini sedikitnya 60 rumah sakit di lima negara bagian itu telah menerima 360 orang penderita wabah ILI. Dari jumlah itu, hanya 9,4 persen yang positif H1N1," ungkapnya.

Thursday, August 19, 2010

5 Jenis Kuman yang Kebal Antibiotik

Jakarta, Penggunaan antibiotik yang berlebihan telah menghasilkan kuman-kuman super yang sulit dibunuh dengan obat. Bukan hanya superbug yang ditemukan di India baru-baru ini saja, berbagai jenis kuman super sebenarnya sudah ada di sekitar kita. Yang terbaru adalah kuman bakteri super asal India, yang dinamakan New Delhi metallo-beta-lactamase atau NDM-1. Bakteri yang kebal terhadap antibiotik paling kuat carbapenem ini telah menyebar hingga Pakistan, bahkan telah menginfeksi 50 orang di Inggris.
Seperti dikutip dari Telegraph, Kamis (19/8/2010), NDM-1 bukanlah satu-satunya kuman yang menjadi keprihatinan para pakar mikrobiologi saat ini. Beberapa jenis kuman yang sudah ada sebelumnya juga mulai kebal terhadap antibiotika, termasuk kuman-kuman sebagai berikut.
1. Klebsiella
Bakteri ini merupakan salah satu penyebab pneumonia yang bisa membunuh korbannya hanya dalam waktu 72 jam. Biasanya ditemukan pada luka terbuka maupun luka terbakar dan dapat memicu infeksi saluran kencing maupun pernapasan.
Saat ini, 11 persen infeksi Klebsiella telah kebal terhadap semua jenis antibiotika meski sisanya masih bisa diatasi dengan carbapenem.
2. Pseudomonas
Bakteri ini hidup di tanah dan menyerang individu yang kekebalan tubuhnya lemah. Sekitar 80 persen infeksi paru-paru yang disebabkan oleh bakteri ini terjadi pada penderita luka bakar dan cystic fibrosis. Yang menjadi kekhawatiran para ahli adalah jumlah infeksinya meningkat 24 persen selama kurun waktu 2004-2008. Selain jumlah, kekebalan terhadap obat-obat antibiotik juga terus meningkat.
3. Escherichia coli
Penyebab infeksi saluran kencing dan pencernaan ini termasuk salah satu bakteri yang sulit dimatikan. Bakteri ini menghasilkan enzim, yang membuatnya terus menyesuaikan diri terhadap antibiotika.
4. Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
Salah satu bakteri yang ditakuti para ahli ini pandai bermutasi. Selain jenis MRSA yang ditemukan di rumah sakit, ada juga jenis yang ditemukan di luar rumah sakit atau dikenal sebagai 'community MRSA' dan begitu ganas karena bisa memakan jaringan paru-paru.
5. Neisseria gonorrhoeae
Pekerja seks dan pria hidung belang pasti akrab dengan penyakit gonorrhoea, yang disebabkan oleh bakteri ini. Tidak bisa dianggap remeh sebab jumlah infeksi yang tidak sembuh dengan pemberian antibiotik ciprofloxacyn terus meningkat dari 2 persen pada tahun 2002 menjadi 30 persen pada tahun ini. Kekebalan bakteri penyebab kencing nanah ini sepertinya akan terus meningkat, mengingat pengobatannya di kalangan pekerja seks (yang biasanya mengandalkan tetracycline-HCl) sering tidak terkontrol oleh tenaga kesehatan.
Sumber : AN Uyung Pramudiarja - detikHealth

WHO: Penyebaran Rokok di China Seperti Wabah SARS

Beijing, Rokok ternyata tak hanya menjadi masalah besar di Indonesia. Karena kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di China mengungkapkan bahwa penyebaran rokok sama seriusnya dengan wabah penyakit SARS yang mematikan."Prevalensi kecanduan rokok di China tergolong tinggi dan layak menjadi perhatian serius seperti halnya wabah penyakit SARS atau flu H1N1, " ujar Michael O'Leary, seperti dikutip dari AFP, Kamis (19/8/2010).
Lebih lanjut O'Leary menambahkan kondisi kronis yang saat ini terjadi di China merupakan bagian terbesar dari beban penyakit di China, dan penggunaan tembakau merupakan penyebab tunggal terbesar kematian dan penyakit yang sebenarnya bisa dicegah.
Berdasarkan data WHO didapatkan lebih dari separuh laki-laki di China merokok, dan diperkirakan terdapat 301 juta orang dewasa yang merokok di China.Selain itu sebuah media pemerintah China pada awal tahun ini melaporkan sekitar 56,8 persen dari keseluruhan dokter laki-laki di China merokok dan beberapa rumah sakit di China juga diketahui tidak bebas tembakau. Padahal rumah sakit adalah salah satu fasilitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Hal yang lebih memprihatinkan lainnya adalah pada Oktober tahun lalu hingga Mei 2010 dilakukan survei terhadap 13.354 orang di seluruh China yang mengungkapkan bahwa sekitar 70 persen orang dewasa yang tidak merokok ikut terpapar asap rokok dalam setiap minggunya.
China merupakan konsumen tembakau terbesar di dunia dan setiap tahunnya sekitar 1 juta orang di negeri tersebut meninggal dunia akibat kanker paru-paru atau penyakit jantung yang secara langsung berhubungan dengan rokok.
Karena itu mulai tahun depan beberapa pihak berwenang di China telah berjanji untuk mengeluarkan aturan mengenai larangan rokok di semua ruang dan juga tempat umum. Tapi aktivis dan para ahli justru meragukan aturan-aturan tersebut dapat diterapkan di negara dengan penegakan hukum yang lemah.
Rokok dan asap yang dihasilkan bisa memiliki dampak yang buruk bagi kesehatan, seperti menyebabkan penyakit jantung, stroke, kanker paru-paru dan impotensi pada laki-laki. Selain itu juga membuat penampilan seseorang tak sedap dipandang misalnya timbul kantung mata, gigi kuning, kerutan, penuaan dini serta perut yang lembek.
Sumber : Vera Farah Bararah - detikHealth

Thursday, August 12, 2010

Hati-hati, Bakteri Super Mengancam Dunia

Kamis, 12 Agustus 2010

LONDON, KOMPAS.com — Hati-hati. Para ahli medis di Inggris mengingatkan, ada bakteri baru yang mengancam hidup manusia. Bakteri ini tergolong super karena tahan terhadap antibiotik paling ampuh sekalipun. Belakangan, bakteri ini sudah ditemukan di sejumlah rumah sakit di Inggris.
Seperti dilansir dari BBC, para ahli medis juga menjelaskan, bakteri yang dapat membuat enzim yang dinamakan NDM-1 itu dibawa oleh pasien NHS yang sebelumnya terbang ke luar negeri seperti India dan Pakistan untuk melakukan operasi kecantikan.
Meskipun saat ini baru ditemukan sekitar 50 kasus di Inggris, para ahli khawatir bakteri ini akan menyebar secara global. Untuk penanganannya, dibutuhkan pengawasan yang ketat serta obat-obatan baru.
Infeksi serupa juga sudah ditemukan di AS, Kanada, Australia, dan Belanda. Tak heran jika kemudian peneliti internasional mengatakan bahwa NDM-1 bisa menjadi ancaman utama kesehatan global. Saat ini, infeksi bakteri sudah menyebar dari satu pasien ke pasien lainnya di rumah sakit di Inggris.
Sumber : Kompas Online

Wednesday, August 11, 2010

WHO Cabut Status Pandemi Flu Babi

New York, Badan kesehatan dunia (WHO) mengumumkan status global pandemi flu babi (HINI) berakhir karena wabahnya terus menurun dibanding tahun lalu. Dunia beruntung virus H1N1 belum bermutasi.
Pernyataan pencabutan status pandemi flu babi itu disampaikan langsung oleh Direktur Jenderal WHO, Margaret Chan dalam pernyataannya 10 Agustus 2010 seperti dilansir dari Reuters, Rabu (11/8/2010).
Meski pandemi flu babi dinyatakan berakhir namun WHO mengingatkan agar dunia tetap selalu waspada. "Kita sekarang bergeser ke periode pasca-pandemi. Virus baru H1N1 sebagian besar sudah tertangani," kata Chan.
Chan membantah anggapan yang mengatakan WHO terlalu berlebihan menetapkan status pandemi karena korban flu babi kenyataannya tak sebanyak flu burung di Asia."Itu sudah keputusan yang benar," kata Chan yang membela keputusan status pandemi yang diumumkan Juni tahun lalu itu.
Menurut Chan, pencabutan status pandemi flu babi ini didasarkan pada rekomendasi oleh para ahli influenza setelah dilakukan pengkajian dan penelitian yang mendalam."Di beberapa negara ancaman global virus H1N1 sudah jauh lebih rendah dan berbeda dibanding setahun yang lalu," kata Keiji Fukuda, pakar Flu WHO.
Ahli kesehatan di Hong Kong juga mengatakan dunia telah beruntung virus H1N1 belum bermutasi menjadi virus yang lebih mematikan karena vaksin yang dibuat berjalan efektif terhadap virus itu.Namun tetap diingatkan virus flu babi masih akan terus bersirkulasi sebagai bagian dari flu musiman di tahun-tahun mendatang, sehingga tetap diperlukan kewaspadaan semua pihak. Kelompok yang berisiko tinggi terkena flu babi seperti ibu hamil disarankan tetap harus mendapatkan vaksinasi.Virus H1N1 yang mewabah itu pertama kali muncul di Meksiko dan Amerika pada tahun 2009 yang menyebarcepat dalam 6 minggu. Kondisi itu membuat WHO mengeluarkan status pandemi pada Juni 2009.
Pengumuman status pandemi itu membuat beberapa negara maju seperti Amerika dan Eropa menyetok vaksin flu yang berlebihan hingga terbuang percuma karena kedaluwarsa.Namun belakangan motivasi WHO yang mengumumkan pandemi flu babi dinilai berlebihan karena membuat banyak negara paranoid. Bahkan WHO terus mengumumkan status pandemi dan berbahaya untuk flu babi hingga Juni 2010, meski sudah banyak ditentang pakar kesehatan.
Para kritikus mempertanyakan motivasi dari beberapa penasihat WHO yang memiliki hubungan dengan industri farmasi, dengan menyatakan flu babi sebagai pandemi atau epidemi global.Puluhan perusahaan membuat vaksin flu seperti Sanofi-Aventis, GlaxoSmithKline, Novartis, AstraZeneca, CSL dan Roche yang membuat antivirus oseltamivir yang dipasarkan sebagai Tamiflu.
Kritikus menuding kecemasan yang ada terlalu dibesar-besarkan dan akhirnya banyak membuang uang. Padahal kenyataannya, flu burung dan SARS yang menyerang Asia lebih berbahaya.
Terbukti negara seperti Amerika harus membuang sekitar 40 juta dosis vaksin flu babi (HINI) senilai US$ 260 juta atau Rp 2,34 triliun, yang semula akan digunakan untuk melindungi masyarakat AS dari flu babi terbuang sia-sia karena kedaluwarsa.
Sumber : Detik.health Online

Friday, July 23, 2010

Kementerian Kesehatan Tahan Vaksin Meningitis yang Haram

JAKARTA--MI: Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih akan menarik vaksin meningitis produksi Glaxo Smith Kline asal Belgia yang masih dinilai haram oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Penarikan tersebut sebelum digunakan untuk jemaah haji Indonesia.

"Pokoknya kami pilih yang halal. Pokoknya kami tahan, tidak kami berikan," ujar Endang di kantor Presiden, Jakarta, Kamis (22/7).

Sebagaimana diketahui MUI menetapkan vaksin produksi Novartis, Italia, dan Zheiyiang Tianjuan, Cina, sebagai vaksin yang halal. Sementara vaksin produksi Glaxo Smith Kline asal Belgia diputuskan haram dipakai karena berkaitan dengan babi.

Menkes menyatakan vaksin tersebut tidak mungkin untuk dikembalikan. Jadi, pemerintah akan melakukan negosiasi ulang dengan GSK mengenai kemungkinan mengganti dengan produk lain.

Bila dinilai untung atau rugi, lanjut Endang, sudah pasti rugi. Pengadaan vaksin tersebut telah menelan biaya Rp20 miliar. "Tapi kalau kita pakai, itu lebih rugi lagi," tukasnya.

Endang juga memastikan untuk pendistribusian ke puskesmas dan kantor cabang pelabuhan tempat penyuntikan dilakukan akan dihentikan. "Kami berikan instruksi kepada KCP untuk tidak diberikan dan saya yakin mereka baca jadi tidak akan disitribusikan," tukasnya.

Untuk vaksin baru, Menkes memastikan vaksin itu akan tiba sebelum jemaah haji diberangkatkan ke Saudi Arbia.

Sumber : Media Indonesia Online

Tuesday, July 20, 2010

Yellow fever in the Democratic Republic of the Congo

19 July 2010 -- On 25 June 2010, Medecins sans Frontieres (MSF) reported a suspected case of Yellow fever in Titule, Base Ouele district of Orientale province (northern part of the country). Between March and June, 11 other suspected cases were reported, including two deaths.

The index case was identified as a 43 year-old male farmer who presented with clinical symptoms of fever, jaundice and haematuria (blood in urine). The onset date of his illness was 15 March 2010 and he died a few days later. He had no history of yellow fever vaccination. Laboratory tests conducted by the Institut National de Recherche Médicale (INRB) in Kinshasa showed IgM positive by ELISA test and was confirmed by the regional reference laboratory for yellow fever at the Institut Pasteur in Dakar, Senegal with more specific tests (plaque reduction neutralization test or PRNT).

Following identification of the index case (the 43 year old male), an investigation is being conducted in the town inhabited by some 17,000 people for the purpose of determining the scope of the outbreak response and prepare for emergency vaccination.

The Democratic Republic of Congo (DRC) is among Africa's yellow fever endemic countries and, in 2003, introduced yellow fever vaccine in the Expanded Programme on Immunization (EPI) for all children at 9 months of age. The DRC has not yet benefitted from preventive vaccination campaigns.

Source: WHO

MUI Tetapkan Dua Vaksin Meningitis Halal

Vaksin produksi Glaxo dari Belgia masih dinyatakan haram oleh MUI.

VIVAnews - Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia Ikhwan Syam mengatakan MUI telah mengeluarkan fatwa yang menghalalkan vaksin meningitis. Namun, baru dua jenis yang sudah dihalalkan berdasarkan hasil penelitian MUI.

Kedua vaksi meningitis yang dinyatakan halal adalah vaksin produksi Novartis dari Italia dan Tian Yuan dari Cina. Sedangkan vaksin produksi Glaxo dari Belgia masih dinyatakan haram oleh MUI.

"Dua hari lalu MUI memutuskan bahwa vaksin meningitis yang digunakan untuk jamaah haji, yang selama ini haram, telah diputuskan dua vaksin halal," kata Ikhwan di Kantor Presiden, Senin 19 Juli 2010.

Saat melakukan pertemuan dengan MUI, Ikhwan melanjutkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sempat menanyakan fatwa tersebut. "Presiden menyambut baik keputusan fatwa MUI yang berkaitan, meskipun fatwa ini belum diumumkan oleh MUI. Tapi presiden sudah, dalam bahasa beliau, memperoleh bocorannya," ucap Ikhwan.

Sebelumnya, ada tiga perusahaan yang mengajukan fatwa halal MUI. Namun, vaksin meningitis produksi Glaxo dari Belgia masih dinyatakan haram karena mengandung babi. "Glaxo mengandung babi, setelah dilakukan pemeriksaan," lanjutnya.

Fatwa vaksin meningitis ini sendiri akan diterapkan pada pelaksanaan haji tahun 2010. Presiden pun mengatakan tidak akan menggunakan vaksin produksi Glaxo walaupun sudah dipesan pemerintah. "Itu bagian dari cost, tadi PreRata Penuhsiden mengatakan itu, dan pemerintah tidak akan menggunakan (Glaxo)," kata Ikhwan.

Sumber : VIVAnews

Friday, June 4, 2010

Vietnam Diserang Wabah Blue Ear

Son La, Vietnam, Penyakit Blue Ear atau yang dikenal dengan nama Porcine Reproductive & Respiratory Syndrome (PPRS) mewabah di 16 provinsi di Vietnam. Ratusan ternak babi mati akibat terkena Blue Ear. Warga mulai cemas penyakit ini menular ke manusia seperti halnya Flu Burung dan Flu Babi.
Seperti dilaporkan Departemen Kesehatan Hewan Vietnam yang dilansir dari xinhuanet, Kamis (3/6/2010) penyakit ini menyerang provinsi Hai Duong, Thai Binh, Thai Nguyen, Hung Yen, Bac Ninh, Hai Phong, Hanoi, Nam Dinh, Ha Nam, Lang Son, Nghe An, Quang Ninh, Bac Giang, Hoa Binh, Cao Bang dan yang terbaru provinsi Son La.Waktu penyebaran dari virus ini sangat cepat sekitar 4-5 bulan dan sedikitnya terdapat 90 persen ternak yang telah menjadi positif.
Virus PRRS ini bisa menginfeksi semua jenis ternak termasuk yang memiliki status kesehatan tinggi atau biasa saja dan menyerang ternak yang berada di dalam atau luar kandang.Namun masih belum dipastikan apakah virus ini juga bisa menginfeksi manusia atau tidak.
Seperti dikutip dari Thanh Nien Online, Dr Duong Van Sinh kepala ICU (Intensive Care Unit) Hue Central Hospital mengungkapkan ada sekitar 28 orang yang diduga (suspect) terinfeksi Streptococcus suis.
Salah satu hal yang menarik perhatian adalah kematian pasien laki-laki (37 tahun) dari Quang Ngai City yang diduga terinfeksi Streptococcus suis. Tapi direktur Hue Central Hospital Prof Bui Duc Phu menuturkan bahwa hasil kultur darah menunjukkan negatif terkena Streptococcus suis."Hasil negatif tidak berarti bahwa pasien tidak terinfeksi Streptococcus suis, karena ada kemungkinan hasil kultur darah ini sudah dipengaruhi kuat oleh antibiotik yang digunakan," ungkap Prof Phu.
Virus PRRS yang menyerang babi bisa meningkatkan kasus kejadian Streptococcus suis pada babi, tapi belum ada kasus yang dilaporkan adanya penularan virus ini dari hewan ke manusia.
Seperti dikutip dari Thepigsite.com, virus PRRS memiliki kemampuan untuk merusak macrophages (bagian dari sistem pertahanan tubuh) terutama yang berada di dalam paru-paru babi. Macrophages yang ada di dalam paru-paru disebut dengan alveolar macrophages yang berfungsi menyerang bakteri dan virus, tapi tidak berlaku pada virus PRRS ini.
Virus PRRS ini bisa berkembang biak di dalamnya dan memproduksi lebih banyak virus lagi sehingga mematikan fungsi macropharoges.Setelah itu virus akan bertahan disana dan tetap aktif selamanya. Kondisi ini menghilangkan bagian penting dari mekanisme pertahanan tubuh sehingga memungkinkan bakteri atau virus lain untuk berkembang biak dan menyebabkan kerusakan.

Wednesday, June 2, 2010

Kemkes Pastikan Vaksin Meningitis Bebas Unsur Babi

JAKARTA--MI: Majelis Pertimbangan Kesehatan dan Syarak (MPKS) Kementerian Kesehatan memastikan bahwa vaksin meningitis yang akan diberikan pada calon haji tidak mengandung unsur babi.

Kendati telah memastikan dan melaporkan hasil kajian ilmiah ini ke Menteri Kesehatan, untuk persoalan fatwa haram atau halal pada vaksin, MPKS menyerahkan kewenangan sepenuhnya pada Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Ketua MPKS Achmad Sanusi Tambunan mengutarakan, kendati pembuatannya melibatkan melibatkan unsur babi (porcine) guna pembiakan bibit vaksin, namun berdasarkan kajian MPKS, setelah melalui proses pencucian berkali-kali maka ketika telah menjadi produk vaksin sudah tidak lagi ditemukan unsur babi sama sekali.

"Soal fatwa kita serahkan semua ke MUI. Kita tidak mengurusi soal itu. Yang jelas dari kajian ilmiah, tidak lagi ditemukan unsur babi pada vaksin," ujar Achmad, di Jakarta, Jumat (14/5).

Achmad menjelaskan, MPKS merupakan lembaga non struktural yang bertanggung jawab pada menteri kesehatan. Terdiri dari unsur medis dan ulama, MPKS bertugas memberikan pertimbangan dan kajian kebijakan bidang kesehatan ditinjau dar hukum syarak Agma Islam kepada menteri kesehatan. Sebelum MUI terbentuk, MPKS lah yang memberi masukan kebijakan kesehatan berdasarkan telaah agama.

Pada kesempatan itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Ratna Rosita Hendardji mengatakan, pemerintah harus menyediakan vaksin meningitis untuk memenuhi kebutuhan sekitar 210 ribu orang yang hendak menunaikan ibadah haji ke Arab Saudi pada 2010. Kementrian Kesehatan sendiri telah menyiapkan dana sekitar Rp 21 miliar untuk penyediaan vaksin pada penyediaan vaksin meningitis tahun ini.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama memastikan, vaksin meningitis yang akan digunakan bagi peserta umrah dan haji adalah jenis vaksin yang sama dengan jenis vaksin yang digunakan pada tahun lalu. Kendati vaksin itu oleh MUI sebelumnya dianggap haram, namun Tjandra menegaskan vaksin jenis ini juga digunakan oleh negara-negara berpenduduk Muslim yang lain termasuk Malaysia yang sebelumnya dianggap oleh MUI telah menggunakan jenis vaksin halal.

"Sampai saat ini, belum ada perusahaan atau negara yang bisa membuat vaksin meningitis tanpa melibatkan unsur porcine," tandasnya.

Perlu diketahui, pemerintah terpaksa memfasilitasi calon haji dan umrah yang harus melakukan vaksinasi meningitis karena melalui Nota Diplomatik Dubes Arab Saudi di Jakarta No. 211/94/71/577 tanggal 1 Juni 2006 pemerintah Arab Saudi mewajibkan setiap calon haji, tenaga kerja dan umrah mendapat imunisasi meningitis sebagai syarat untuk mendapatkan visa.

Vaksinasi meningitis diperlukan untuk melindungi jamaah dari ancaman penyakit meningitis yang endemis di Arab Saudi dan menghindari penularan penyakit itu dari haji lain dari kawasan Sabuk meningitis di Afrika.

Sebelumnya, MUI mengatakan produk vaksin disebut halal jika dibuat dari bahan yang halal dengan fasilitas produksi yang bebas dari kontaminasi silang bahan haram/najis.Namun dalam fatwanya MUI juga menyebutkan bahwa jika sampai pada waktu pengadaan vaksin meningitis tiba pemerintah belum bisa mendapatkan vaksin yang bebas dari unsur babi, MUI akan membuat fatwa baru atau menganjurkan pemerintah mengacu pada fatwa yang sebelumnya sudah dikeluarkan terkait vaksin meningitis ini, yakni bahwa vaksin meningitis yang ada boleh digunakan dengan alasan kedaruratan.

Sumber :
http://www.mediaindonesia.com/read/2010/05/14/142839/71/14/Kemkes-Pastikan-Vaksin-Meningitis-Bebas-Unsur-Babi

Tuesday, June 1, 2010

PENYAKIT YANG BARU MUNCUL ANCAMAN MASA MENDATANG

Penyakit menular yang baru muncul (PMBM) atau emerging infectious diseases (EID), mempunyai potensi menimbulkan wabah, kerugian ekonomi dan kekacauan sosial yang hebat. Ancaman tersebut sekitar 70% berasal dari penyakit hewan seperti SARS, NIPAH, Flu Burung dan lain-lain. Hal ini diperberat karena bangsa Indonesia, juga menghadapi penyakit menular bersumber binatang lainnya seperti Malaria, Demam berdarah, Filariasis (kaki gajah), Rabies dan penyakit menular langsung seperti Diare, Kecacingan, Kusta dll.

Hal itu disampaikan Menkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH ketika membuka Rakernas Gerakan Nasional Peternak Sehat Ternak Sehat (PSTS) yang diselenggarakan Himpunan Masyarakat Peternak Unggas Lokal Indonesia ( HIMPULI), di Bogor (25/5). Raker diikuti sekitar 200 anggota HIMPULI dan dihadiri Menteri Pertanian, Ir. H. Suswono, MMA.


Menurut Menkes, Kesehatan merupakan hak azasi setiap insan Indonesia dan pemenuhannya merupakan tanggung jawab negara untuk mencapai masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan, yang pelaksanaannya dilakukan oleh pemerintah bersama seluruh unsur masyarakat.

“Seluruh masyarakat termasuk peternak unggas, perlu dilindungi dari berbagai penyakit terutama penyakit yang dapat menimbulkan wabah dan pandemi. Demikian pula kecelakaan di tempat kerja yang dapat timbul akibat proses kerja, alat kerja, lingkungan kerja, cara kerja yang tidak aman dan gaya hidup yang tidak sehat”, ujar Menkes.

Oleh karena itu upaya pelayanan kesehatan masyarakat, upaya penyehatan lingkungan yang telah ada di masyarakat dan upaya kesehatan terhadap ternak masyarakat yang merupakan sumber pendapatan keluarga dan ketahanan keluarga perlu dipadukan dan didorong dengan pendekatan upaya pemberdayaan masyarakat (self reliance approach), kata dr. Endang Rahayu.

Menurut Menkes, pengembangan Desa Siaga dengan kegiatan “Peternak Sehat Ternak Sehat” merupakan model upaya strategis terobosan kegiatan keterpaduan kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan dan kesehatan ternak di Desa sesuai dengan kebutuhan masyakat melalui pendekatan pemberdayaan masyakat dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat dan bantuan pemerintah.

Berkaitan dengan hal itu, Menkes menyambut baik Gerakan Peternak Sehat Ternak Sehat (GPSTS) yang merupakan kerja sama antara Kementerian Kesehatan, Kemeterian Pertanian dan HIMPULI serta sektor lainnya. ”GPSTS merupakan terobosan baru yang harus terus diperluas cakupannya ke seluruh Indonesia. Gerakan ini juga merupakan pelaksanaan konsep Satu Kesehatan untuk Indonesia sebagai bagian dari One World One Health “, ujar Menkes.

Tujuan Gerakan Nasional Peternak Sehat Ternak Sehat yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan meningkatnya produktivitas ternak. Dengan tujuan khusus mewujudkan peternakan unggas yang sehat sesuai dengan cara beternak unggas yang baik (Good Farming Practices/GFP) dan memenuhi syarat kesehatan masyarakat. Juga mewujudkan lingkungan pemukiman yang sehat, serta terselenggaranya penanganan produk hewan yang higienis.

Menurut Menkes, PSTS merupakan gerakan promosi kesehatan, kebersihan perorangan dan PHBS; deteksi dini dan respon cepat pada penyakit yang dapat menimbulkan wabah; pemberdayaan masyarakat peternak di bidang kesehatan dan UKBM; penyehatan lingkungan serta penyelamatan aspek biologis (Biosafety) dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan meningkatnya produktivitas ternak.

Menkes menyebutkan, dari 231,83 juta jiwa penduduk Indonesia (BPS, 2009), 45.24% (104,87 juta jiwa) adalah pekerja. Sebagian besar bekerja di sektor pertanian (46%), perdagangan (19%), industri (12%) dan lain lain. Sektor pertanian terdiri dari petani, nelayan, peternak dan sebagainya. Pekerja yang bergerak disektor peternakan unggas (ayam, itik dan lain-lain) menca pai 5 juta terdiri dari peternak unggas formal dan non formal yang tersebar di desa-desa.

“Kita ketahui, unggas air termasuk itik/bebek merupakan “carrier” dan sumber penularan Flu Burung pada unggas dan manusia,” terang Menkes.

Menurut hasil penyelidikan epidemiologi, faktor risiko penularan flu burung kepada manusia 47,% disebabkan karena kontak langsung dengan unggas mati mendadak. 41% karena kontak dengan lingkungan tercemar. 2% disebabkan karena pupuk dan 10 % belum diketahui. Hal ini disebabkan karena kurang pengetahuan, kesadaran masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), adanya pemeliharaan unggas yang dilepas dihalaman rumah (back yard farming) atau pengandangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti kandang di dalam rumah, menempel pada rumah atau dilingkungan pemukiman masyarakat.

Di dunia saat ini, selain beredar virus influenza musiman, bersirkulasi pula virus Influenza A Baru (H1N1) yang pernah menimbulkan pandemi tahun 2009 dan virus H5N1 yang terdapat di Mesir, China, Vietnam dan Indonesia.

“WHO dan masyarakat dunia mengkhawatirkan kemungkinan lahirnya virus influenza baru dari hasil perubahan genetik maupun melalui percampuran genetik dari 2 virus atau lebih (reassortment). Virus ini kemungkinan dapat menimbulkan wabah di banyak negara di dunia (pandemi),” papar Menkes.

Sumber : www.depkes.go.id

Friday, May 21, 2010

Ratusan Mikroba Tubuh Diidentifikasi

Kompas.com - Para ilmuwan berhasil melakukan pengkodean (decode) 178 jenis mikroba yang hidup di dalam tubuh manusia. Seperti diketahui, tubuh kita merupakan "rumah" bagi jutaan jenis mikroba. Dalam saluran cerna saja terdapat bakteri yang jumlahnya 100 kali lebih banyak di banding organisme di bagian tubuh lain.
Identifikasi terhadap mikoorganisme dalam tubuh merupakan langkah awal untuk mengetahui bagaimana populasi bakteri yang tinggal di kulit, mulut, pencernaan, bisa menyebabkan penyakit. Para ilmuwan berencana untuk mengidentifikasi genome 900 bakteri dan virus.
Hasil riset ini disebut sebagai "referensi perpustakaan" untuk mengurai berbagai hal yang belum terungkap, mengingat ada banyak flora dalam tubuh yang belum diidentifikasi. Sebagian jenis mikroba berperan penting untuk tubuh, seperti membantu proses pencernaan dan sistem imun. Namun, tak sedikit yang menyebabkan penyakit.
Proyek penelitian yang dilakukan selama lima tahun ini bertujuan memetakan jenis mikroba, gen, dan kerja mereka di tubuh. "Kami akan melanjutkan studi ini untuk mengetahui secara spesifik dampak mikroba terhadap penyakit," kata Dr.Karen Nelson, dari US Venter Institute, salah satu peneliti.
Para ahli menanggapi positif hasil riset ini. "Sel-sel mikroba ini jumlahnya melebih sel kita dengan perbandingan 10 banding 1, dan mereka memiliki jumlah gen 100 kali lebih banyak. Karena itu dengan memahami mikroba ini dalam level genetik, kita bisa mengumpulkan referensi karena mereka berpengaruh pada berbagai aspek kesehatan," kata Dr Julian Parkhil, peneliti dari Inggris.

Travel Notices - CDC Travelers' Health

MANTAN-MANTAN KEPALA KKP MEDAN