Disease Outbreak News
Thursday, December 31, 2009
Wednesday, December 30, 2009
WHO: Pendemi Flu Babi Belum Tamat, Virus Bisa Bermutasi
Direktur WHO Dr Margaret Chan mengungkapkan sampai saat ini masih menjadi hal yang penting untuk tetap berjaga-jaga terhadap virus H1N1, meskipun tanda-tanda puncak dari penyakit ini berada di Amerika Utara dan negara bagian Eropa.
"Virus H1N1 ini masih aktif di beberapa negara termasuk India dan Mesir. Diperkirakan lebih dari 11.500 orang meninggal dan 200 negara terkena pandemi flu babi," ujar Dr Chan, seperti dikutip dari BBC, Rabu (30/12/2009).
Ditambahkannya masih terlalu cepat dan dini untuk mengatakan bahwa pandemi virus influenza ini telah benar-benar berakhir. Karena para ahli masih harus terus memantau pandemi ini selama 6 sampai 12 bulan ke depan untuk melihat apakah virus ini bisa bermutasi menjadi jenis (strain) yang lebih berbahaya atau tidak.
Diperlukan waktu setidaknya 2 tahun untuk mengetahui apakah pandemi ini sudah benar-benar berakhir atau tidak. "Kami akan terus mengawasi virus ini dengan lebih tajam seperti mata elang, meskipun kami beruntung karena pandemi yang terjadi sudah lebih ringan dibandingkan dengan apa yang kami perkirakan," ungkapnya.
Jutaan orang diyakini telah benar-benar pulih setelah tertular virus H1N1 dengan menunjukkan beberapa gejala, dan juga permintaan vaksinasi flu babi di beberapa negara Eropa sudah lebih rendah dari sebelumnya. Kini WHO akan menyelidiki apakah vaksin yang berlebih ini bisa dikirim ke negara-negara berkembang.
Dr Chan mengatakan meskipun saat ini beberapa negara telah siap untuk menghadapi wabah penyakit yang terjadi secara global, tapi orang-orang masih harus waspada terhadap bahaya dari virus H5N1 (flu burung).
"Virus flu burung ini jika bermutasi bisa bersifat lebih toksik (beracun) serta mematikan daripada flu babi, tapi banyak negara yang tidak siap dengan adanya wabah virus ini. Lebih tepatnya dunia belum siap untuk menghadapi pandemi yang disebabkan oleh virus H5N1 (flu burung)," ungkap Dr Chan.
Sumber : Vera Farah Bararah - detikHealth (ver/ir)
di 10:36 Diposkan oleh Masrip Sarumpaet
WHO chief: A/H1N1 pandemic still going on
"It is too soon to say that we have passed the peak of the H1N1flu pandemic on a worldwide scale... Winter is still long," Chan told the Swiss newspaper Le Temps in an interview.
Although the pandemic has reached its peak in some nations in the northern hemisphere, such as the United States and Canada, that is not the case with all countries, she said.
"I think we must remain prudent and observe the evolution of the pandemic in the course of the next six to 12 months before crying victory," she added.
At least 11,516 people worldwide have been killed by the A/H1N1influenza since the disease first emerged in April, the WHO said last week.
The reported number of fatal cases probably has been underestimated because many deaths were never tested or recognized as influenza related, the WHO said.
di 08:48 Diposkan oleh IBS
Inilah Prioritas Pembangunan Sektor Kesehatan 2010-2014
Selain itu, ada pula pengembangan sistem Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). "Penanggulangan bencana dan krisis kesehatan," ucap Menkes.Perkembangan posyandu, menurut Menkes, menunjukkan peningkatan.
di 08:26 Diposkan oleh IBS
Wednesday, December 23, 2009
Gawat, Virus Flu Burung di Indonesia Sudah Bermutasi
Alhasil, Avian Influenza mulai terlupakan. Padahal tanpa banyak orang tahu, telah terjadi mutasi pada virus flu burung di Indonesia. Menariknya adalah virus yang mengalami mutasi berasal dari unggas yang rutin diberi vaksin.
Dengan adanya mutasi ini ditakutkan efek dan penanganannya harus berbeda lagi pada manusia. Penanganan vaksin sebelumnya sudah terbukti tidak mempan lagi pada unggas.
Hal tersebut dipaparkan oleh drh. Ni Luh Putu Indi Dharmayanti, MSi dalam sidang disertasinya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ketika ditemui detikhealth, Selasa (22/12/2009), di FKUI Salemba Jakarta.
Menurut dokter hewan yang meraih gelar doktornya dengan IPK 3,97 tersebut, jika Indonesia masih menggunakan strategi vaksin lama untuk menangani flu burung maka harus ada evaluasi dan up date vaksin tersebut secara rutin minimal setiap 2 tahun sekali.
"Kebijakan pemerintah harus dievaluasi terutama di sektor peternakan karena dari sektor itulah virus berasal dan bermutasi," kata doktor kelahiran Banyuwangi 1972. Indi saat ini bekerja sebagai peneliti muda di Departemen Virologi Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor.
Dalam studinya, Indi mengisolasi 20 virus Avian Influenza (AI) subtipe H5N1 asal unggas yang berasal dari tahun 2003 hingga 2008, baik yang sudah divaksin maupun yang belum divaksin.
Hasil isolasi tersebut menunjukkan bahwa unggas yang divaksin justru mengalami mutasi sekitar 6-7 persen setiap tahunnya. Studi yang dilakukan Dr Indi juga menunjukkan 62,58 persen virus AI asal Indonesia mengalami mutasi pada proteinnya.
Virus-virus AI yang muncul pada tahun 2007-2008 pun diketahui lebih resisten terhadap amantadin dibanding virus pada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan vaksin yang ada di Indonesia selama ini kurang tepat.
"Kebijakan pemerintah Indonesia yang menggunakan vaksin isolat lokal kemudian beralih menjadi H5N2 dalam menanggulangi AI pada unggas sebaiknya dikaji ulang," kritik doktor yang pernah mendapatkan penghargaan dari Microbiology Indonesia Society sebagai The 2nd Best Paper Award 2009.
Penggunaan vaksinasi sebagai salah satu dari sembilan strategi pengendalian penyakit flu burung di sektor peternakan ternyata menghadapi berbagai kendala. Konsekuensinya adalah risiko munculnya virus baru karena tekanan imunologis akibat vaksinasi.
Diharapkan dengan adanya studi ini, pemerintah bisa lebih perhatian lagi terhadap monitoring dan update vaksin Avian Influenza. Karena jika terus bermutasi kemungkinan akan menghasilkan virus yang lebih ganas dan menelan korban jiwa yang tidak sedikit.
"Para pengambil kebijakan di atas sebaiknya mendengarkan ilmuwan dan jangan banyak bermain politik saja. Saya tahu jatuh bangunnya istri saya dalam menyelesaikan studi ini. Tapi saya bangga karena istri saya bisa memberi sesuatu yang sangat bermanfaat untuk Indonesia," kata sang suami yang merupakan sarjana peternakan, Sutanto Arso Birowo, SPt.
Indi yang juga seorang ibu dari satu orang anak ini mendapatkan hadiah gelar doktornya tepat di hari ibu. Prestasi yang ia capai menandakan bahwa seorang ibu selain bisa mengurus suami dan anak-anaknya, juga bisa menyumbangkan ilmunya untuk kemajuan bangsa dan negara.(fah/ir)
Sumber : Nurul Ulfah - detikHealth
di 08:16 Diposkan oleh Masrip Sarumpaet
Monday, December 21, 2009
WHO says pandemic not over yet, monitoring to continue
"At this time we believe it is still too early to say that the pandemic is over. We are monitoring the situation carefully," said Dr Keiji Fukuda, the WHO's special adviser on pandemic influenza.
Addressing a telephone press conference, Fukuda said high levels of pandemic activity or infections were still continuing in many different countries, including France, Switzerland, Russia and Kazakstan.
He said the pandemic activity had clearly peaked and was on the way down in North America and some parts of Europe, but the peaking had occurred "extraordinarily early".
It remained unknown whether a new wave of infections would occur in the later winter or early spring months, he said.
"The pandemic is really a global event. The WHO will continue to monitor the situation in all parts of the world," Fukuda said.
He added that the WHO would continue to provide all possible support to countries that were particularly vulnerable in the face of pandemic infections.
di 08:35 Diposkan oleh IBS
Tuesday, December 15, 2009
Yankes Haji Alami Kemajuan yang Signifikan
Sampai hari ke – 52 (12/12/09) pelayanan kesehatan ibadah haji, mengalami kemajuan yang signifikan. Kemajuan itu dapat dilihat menurunnya kematian jemaah haji dan menurunnya kejadian luar biasa (KLB). Jumlah jamaah haji Indonesia yang wafat sebanyak 251 orang atau turun 39,81% pada periode yang sama dibandingkan tahun lalu sebanyak 417 orang. Kasus kejadian luar biasa (KLB) penyakit juga menurun dari 8 kasus pada tahun lalu menjadi 1 kasus pada tahun ini.
Sampai hari ke – 52 (12/12/09) pelayanan kesehatan ibadah haji, mengalami kemajuan yang signifikan. Kemajuan itu dapat dilihat menurunnya kematian jemaah haji dan menurunnya kejadian luar biasa (KLB). Jumlah jamaah haji Indonesia yang wafat sebanyak 251 orang atau turun 39,81% pada periode yang sama dibandingkan tahun lalu sebanyak 417 orang. Kasus kejadian luar biasa (KLB) penyakit juga menurun dari 8 kasus pada tahun lalu menjadi 1 kasus pada tahun ini.
Hal itu disampaikan Sesjen Depkes yang juga Ketua Tim Wasdal Yankes Haji 1430 H/2009, dr Sjafii Ahmad, MPH, tentang perkembangan penyelenggaraan pelayanan kesehatan haji sampai hari ke-52 tanggal 12 Desember 2009.
Menurut indikator WHO, menurunnya kematian dan KLB dalam situasi matra seperti dalam penyelenggaraan ibadah haji menunjukkan adanya perbaikan yang signifikan dalam pelayanan kesehatan haji.
Membaiknya indikator kesehatan, tambah Sesjen Depkes tidak terlepas dari kerja sama dan kerja keras semua pihak yang terkait dalam penyelenggaraan ibadah haji mulai dari Puskesmas, Pemkab/Kota, Pemprov, petugas di embarkasi/debarkasi, petugas Kloter maupun non Kloter, Departemen Agama, Deplu serta Pemerintah Arab Saudi.
Selain itu, juga kerja sama antar jemaah dengan petugas kesehatan di lapangan mulai sebelum keberangkatan, dalam perjalanan, selama di Arab Saudi sampai kepulangan jemaah ke tanah air.
Dari data itu, tercatat 195 orang jamaah haji Indonesia meninggal dunia di Makkah, 26 orang di Madinah, 12 orang di Mina, 12 orang di Jeddah, 3 orang di Arafah dan 3 orang di perjalanan. Dari jumlah itu, 140 orang jamaah yang meninggal adalah pria dan 111 orang wanita.
Para jamaah haji yang wafat ini, 82 orang di sejumlah Rumah Sakit Arab Saudi, 66 orang di pemondokan, 57 orang meninggal dunia di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI), 18 orang di perjalanan, 12 orang di sektor BPHI, 8 orang di mesjid, 7 orang di bandara dan satu orang di pesawat.
Jenis Kelamin | Berdasarkan Usia | Penyebab Kematian | |||||||||||||||||||||||||||||||||
Laki-2 : 140 Wanita : 111 | <> 40 – 49 : 25 50 – 59 : 50 > 60 : 174
|
|
Sumber : www.depkes.go.id
di 08:37 Diposkan oleh IBS
Friday, December 11, 2009
Flu Babi Tewaskan Puluhan Ribu Orang di AS
"Apa yang telah kami saksikan selama berbulan-bulan ialah ini adalah flu yang jauh lebih berat bagi orang yang lebih muda," kata Dr. Thosmas Frieden, Direktur Pusat Pencegahan dan Pemantauan Penyakit AS (CDC), Kamis (10/12).
Ia memperkirakan antara April dan November, terdapat hampir 50 juta kasus influenza H1N1 di Amerika Serikat, kebanyakan pada orang dewasa muda dan anak-anak. Ada lebih dari dua kali lipat perkiraan CDC pada November mengenai 22 juta orang Amerika.
Frieden mengatakan lebih dari 200 ribu orang Amerika telah dirawat di rumah sakit. "15 persen dari seluruh orang di negeri ini telah tertular influenza H1N1, atau sekitar satu dalam enam orang. Itu masih membuat kebanyakan orang masih tak tertular dan tetap rentan terhadap influenza H1N1," katanya.
Ia mengatakan pasokan vaksin H1N1 terus bertambah. 85 juta dosis vaksin telah tersedia untuk dibagikan sejauh ini, sementara 12 juta dosis lagi ditambahkan pekan ini. Jumlah itu naik dari 73 juta dolsis satu pekan lalu, tapi masih kurang jauh daripada yang telah diharapkan sampai pekan ini.
Meskipun begitu, Frieden mengatakan pasokan vaksin telah cukup tersedia sehingga negara bagian mulai dapat membagikan vaksin tersebut kepada masyarakat umum. Ia mendesak masyarakat agar tidak merasa puas dan tetap meminta vaksin, meskipun ada laporan bahwa gelombang influenza H1N1 saat mulai reda.
"Ini tetap menjadi jendela kesempatan yang baik untuk diberi vaksin," katanya. "Vaksinasi tetap menjadi tindakan yang paling penting yang dapat anda lakukan untuk melindungi diri anda dan keluarga anda dari influenza H1N1," jelasnya. (Ant/OL-06)
Sumber : Media Indonesia OL
di 10:28 Diposkan oleh Masrip Sarumpaet
Thursday, December 10, 2009
Kematian Jemaah Haji Turun 35,77 %
Demikian laporan yang diterima Pusat Komunikasi Publik dari laporan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Departemen Agama Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja Makkah, Senin (7/12/2009) pukul 10.00 Waktu Arab Saudi.
Dari data itu, tercatat 163 orang jamaah haji Indonesia meninggal dunia di Makkah, 23 orang di Madinah, 12 orang di Mina, 7 orang di Jeddah, 3 orang di Arafah dan 2 orang di perjalanan. Dari jumlah itu, 119 orang jamaah yang meninggal adalah pria dan 91 orang wanita. Berdasarkan umur, kurang 40 tahun 1 orang, usia 40-49 tahun 21 orang, usia 50-59 tahun 43 orang dan usia diatas usia 60 tahun 145 orang.
Para jamaah haji yang wafat ini, 68 orang di sejumlah Rumah Sakit Arab Saudi, 53 orang di pemondokan, 48 orang meninggal dunia di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI), 17 orang di perjalanan, 9 orang di sektor BPHI, 8 orang di mesjid, 6 orang di bandara dan satu orang di pesawat.
Penyebab kematian terbanyak adalah penyakit Infeksi dan parasit, disusul penyakit neoplasma, penyakit darah dan organ pembuluh darah, penyakit endokrin nutrisi dan penyakit gangguan mental dan perilaku.
Tahun ini jumlah jemaah haji Indonesia mencapai 209.819 orang. Dari jumlah itu, sudah 31.295 jemaah haji Indonesia pulang ke tanah air.
Sumber : http://www.depkes.go.id
di 11:43 Diposkan oleh IBS
WHO: Rokok Membunuh 5 Juta Orang Tiap Tahun
KOMPAS.com — Sudah jelas tembakau bukan sahabat kita. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam pernyataannya, Rabu(09/12/2009), menyatakan, setiap tahunnya 5 juta orang meninggal akibat rokok. Angka ini akan terus bertambah bila pemimpin negara belum punya kemauan melindungi rakyatnya dari bahaya rokok.
Dalam laporan terbaru mengenai penggunaan dan pengendalian tembakau, PBB mengatakan, hampir 95 persen dari populasi global tidak terlindungi oleh Undang-Undang Pelarangan Rokok. WHO juga menyebutkan, lebih dari 600.000 perokok pasif meninggal tiap tahunnya.
Laporan tersebut menyebutkan berbagai strategi yang bisa diambil oleh pembuat kebijakan di tiap negara untuk menekan jumlah perokok, misalnya meregulasi produksi, promosi, dan pemasaran rokok serta meningkatkan pajak produk rokok. Langkah-langkah itu termasuk dalam enam paket strategi yang dikeluarkan WHO tahun lalu, tetapi kurang dari 10 persen dari populasi dunia yang terlindungi dari bahaya rokok.
"Masyarakat butuh tindakan lebih, bukan hanya diberi tahu bahwa rokok berbahaya untuk kesehatan. Mereka butuh implentasi nyata dari WHO Framework Convention yang dilakukan oleh pemerintahnya masing-masing," kata Douglas Bettcher, Direktur WHO Tobacco-Free Initiative.
Saat ini tembakau adalah penyebab utama kematian yang dapat dicegah di dunia. WHO memperkirakan bila masih banyak negara yang tidak mengambil tindakan drastis, 8 miliar orang akan mati karena penyakit-penyakit yang berkaitan dengan tembakau pada 2030, terutama penduduk dari negara berkembang.
di 11:37 Diposkan oleh IBS
Logam Berat Picu Gangguan Mental
KOMPAS.com - Akumulasi logam berat dalam tubuh manusia akan menimbulkan berbagai dampak yang membahayakan kesehatan, salah satunya adalah depresi dan serangan panik (panic disorder).
Para ahli menganalisa informasi dari hasil survei National Health and Nutrition Examination, Amerika Serikat tahun 1997-2004, yang melibatkan 1.987 orang dewasa berusia 20-39 tahun. Dari seluruh responden, 6,7 persen menderita depresi mayor, sebanyak 2,2 persen memiliki gejala serangan panik, dan 2,4 persen mengalami gejala kecemasan. Setelah diteliti, jumlah logam berat dalam darah mereka mencapai 1,61 mikrogram per desiliter.
Sebanyak 20 persen dari responden yang memiliki kadar timbal atau logam berat cukup tinggi (2,11 mikrogram per desiliter) risikonya mengalami depresi dua kali lebih tinggi. Mereka juga lima kali berisiko menderita serangan panik dibanding dengan responden yang kadar timbalnya lebih rendah (0,7 mikrogram per desiliter).
"Pencemaran logam berat mungkin berkontribusi pada terjadinya gangguan mental, bahkan meski kadar pencemarannya masih tergolong rendah atau tidak berisiko," kata Maryse F.Bouchard peneliti dari Universitas Monteral dan Harvard School of Public Health. Para ahli menduga, logam berat mungkin menimbulkan gangguan pada otak yang menimbulkan gangguan mental.
Sebelumnya berbagai penelitian telah mengingatkan bahaya logam berat bagi kesehatan, di antaranya adalah kerapuhan tulang, rusaknya kelenjar reproduksi, kanker, kerusakan otak, serta keracunan akut pada sistem saraf pusat.
Udara yang tercemar juga akan menyebabkan penyakit saluran pernapasan akut, hipertensi, terganggunya fungsi ginjal, menurunnya kecerdasan anak, serta risiko keguguran pada ibu hamil.
- Sumber : http://kesehatan.kompas.com/healthconcerns
di 08:09 Diposkan oleh IBS
Thursday, December 3, 2009
China reports fast rise of A/H1N1 flu deaths
A total of 74 deaths were reported in the week from Nov. 23 to 29, said a notice issued on the ministry's website Wednesday. Reported deaths in the previous two weeks were 28 and 51 respectively.
About 91 percent of all the flu cases reported last week were of the A/H1N1 strain, compared with 89.8 percent in the previous week, the notice said.
The ministry advised the public to keep warm in the cold weather, wash hands frequently and keep rooms ventilated.
As of Monday, more than 27 million people nationwide had been inoculated with China-made A/H1N1 vaccine, according to the ministry.
Four deaths had been reported after vaccination and three had been confirmed irrelevant to the vaccines, while cause of the other is not clear yet, the ministry said.
di 11:31 Diposkan oleh IBS
Monday, November 30, 2009
WHO: Korban Flu H1N1 Sudah 7.826 Orang
di 09:41 Diposkan oleh IBS
Anjing Juga Terserang Flu Babi
"Virus flu babi 99 persen identik terdeteksi pada dua anjing yang juga beredar pada tubuh manusia," demikan berita yang dilansir oleh news.com.au seperti dikutip dari kantor berita AFP, Senin (30/11/2009).
Menurut Informasi yang diperoleh dari petugas peternakan di Beijing China, anjing tersebut terkena virus setelah sebelumnya melakukan kontak dengan manusia yang terjangkit virus flu babi. Kemudian anjing yang terkena virus flu babi tersebut menularkan pada anjing yang berada di dekatnya.
"Anjing juga dapat membuat anjing yang ada di dekatnya terjangkit virus flu babi setelah dia terkena virus flu babi," terang seorang petugas kesehatan di China.
Sepuluh hari sebelumnya, dikabarkan empat ekor babi di Propinsi Heilongjiang, China didiagnosa terkena virus flu babi. Selain itu di sejumlah negara di benua Amerika juga melaporkan adanya hewan yang terjangkit virus flu babi.
Seperti di kawasan, Iowa Amerika Serikat seorang kucing dikabarkan terkena virus flu babi. Kejadian ini merupakan hal baru yang ada didunia, dimana virus flu babi menjangkiti populitas hewan sejenis kucing.
Sumber : http://m.detik.com
di 08:20 Diposkan oleh IBS
Saturday, November 28, 2009
Mutasi Virus Flu Babi Menyebar Luas
Dua pasien yang terinfeksi virus yang bermutasi yang baru-baru ini juga dideteksi di Norwegia telah meninggal di Prancis, kata Lembaga Pengawasan Kesehatan pemerintah (InVS) dalam satu pernyataan.
"Mutasi ini dapat meningkatkan kemampuan virus tersebut guna mempengaruhi saluran pernafasan dan, terutama, jaringan paru-paru," demikian antara lain isi pernyataan itu. "... Salah seorang pasien ini, mutasi ini disertai oleh mutasi lain yang diketahui memberi perlawanan terhadap oseltamivir," katanya.
Pernyataan tersebut merujuk kepada obat utama yang kini digunakan untuk mengobati flu babi A/H1N1, dengan menggunakan nama Tamiflu.
Kasus tersebut adalah rangkaian pertama virus yang tahan obat yang ditemukan di Prancis di antara 1.200 rangkaian yang telah dianalisis para ahli di Paris, kata InVS, yang menambahkan, "Keefektifan vaksin yang tersedia saat ini tidak dipertanyakan."
Kedua pasien itu tak berkaitan dan telah dirawat di dua kota berbeda di Prancis, katanya.
WHO menyatakan korban tewas telah mencapai sedikitnya 7.836 di seluruh dunia sejak virus flu babi A/H1N1 pertama kali ditemukan pada April.
Jumlah kematian yang dilaporkan ke lembaga kesehatan PBB tersebut memperlihatkan kenaikan tajam di Amerika, tempat 5.360 kematian kini telah dicatat dibandingkan sebanyak 4.806 satu pekan sebelumnya.
Namun Eropa juga melaporkan peningkatan dengan sedikitnya 650 kematian, kenaikan 300 kematian atau 85 persen dari data yang dikirim satu pekan sebelumnya.
"Pertanyaannya ialah apakah mutasi ini kembali menunjukkan bahwa ada perubahan mendasar yang sedang berlangsung pada virus itu --apakah terjadi perubahan menuju kondisi yang lebih buruk dalam hal parahnya penyakit tersebut," kata Keiji Fukuda, penasihat khusus WHO mengenai wabah influenza.
"Jawabannya saat ini ialah kami tidak yakin," kata Fukuda, menyusul tersiarnya laporan dari China, Jepang, Norwegia, Ukraina dan Amerika Serikat.
Namun ia menyatakan mutasi biasa terjadi pada virus influenza. "Jika setiap mutasi dilaporkan, maka itu akan seperti melaporkan perubahan cuaca," katanya.
"Apa yang sedang kami upayakan ketika kami melihat laporan mengenai mutasi ialah mengidentifikasi apakah mutasi ini mengarah kepada beberapa jenis perubahan dalam gambaran klinik --apakah semua itu mengakibatkan penyakit yang lebih atau kurang parah?"
"Kami juga sedang berusaha melihat apakah virus ini meningkat di luar sana karena itu akan menunjukkan perubahan epidemiologi," katanya.
China, Kamis (26/11) menyatakan negara tersebut telah menemukan delapan orang yang terserang versi virus babi yang bermutasi, sementara Norwegia pekan sebelumnya, menyatakan negara itu telah mendeteksi satu kasus.
Fukuda juga mengatakan lembaga kesehatan PBB tersebut juga sedang meneliti kasus tahan terhadap Tamiflu yang dilaporkan di Inggris dan Amerika Serikat, tapi menyatakan semua itu berkaitan dengan orang yang sudah menjalani pengobatan karena penyakit lain atau yang memang memiliki
masalah kesehatan.
Oleh karena itu, badan kesehatan tersebut mempertahankan penilaiannya bahwa Tamiflu, yang dihasilkan oleh pembuat obat Swiss, Roche, tetap "efektif" sebagai obat bagi flu babi, tapi "kami memang harus berhati-hati pada orang yang sangat rentan ini".
Sumber : MediaIndonesia.com Online
di 11:10 Diposkan oleh IBS
Wednesday, November 25, 2009
25 Juta Meninggal akibat HIV, 60 Juta Terinfeksi
GENEVA, KOMPAS.com — Hingga saat ini, setidaknya 60 juta orang terinfeksi HIV dan 25 juta meninggal akibat kasus yang berkaitan dengan virus mematikan ini, demikian disampaikan UNAIDS dalam paparan data terbarunya, Selasa kemarin, (24/11).
Ketika program pencegahan telah membantu menekan tingkat infeksi sebesar 17 persen selama lebih dari delapan tahun, total penderita HIV terus bertambah pada 2008. Pada akhir 2008, sebanyak 33,4 juta jiwa atau lebih dari 20 persen orang menderita penyakit ini jika dibandingkan dengan tahun 2000.
"Penambahan populasi penderita HIV yang terus meningkat menggambarkan efek kombinasi dari tingginya infeksi HIV baru dan dampak dari terapi ARV," ujar UNAIDS dalam laporan tahunannya.
Sub-Sahara Afrika tetap merupakan daerah yang paling terpengaruh karena menjadi rumah bagi 67 persen atau 22,4 juta dari yang saat ini hidup dengan virus HIV. Sementara itu, di Asia Selatan dan Tenggara, ada 3,8 juta orang sudah terinfeksi, tambah UNAIDS. Angka perbandingan Eropa Timur dan Asia Tengah adalah 1,5 juta.
UNAIDS mencermati, di wilayah-wilayah ini epidemi sedang mengalami "transisi yang signifikan". Walau epidemi di Asia masih terkonsentrasi di antara kelompok berisiko tinggi, seperti pekerja seks, pengguna narkoba, dan kaum homoseks, kini mulai berekspansi ke kelompok populasi risiko rendah.
Di Eropa Timur dan Asia Tengah, epidemi ditandai terutama oleh penularan melalui pengguna narkoba. Namun, kini mulai bergeser ke penularan lewat hubungan seksual yang signifikan.
Sumber : Kompas.com Online
di 11:04 Diposkan oleh IBS
Penyakit Tuberkolosis Masih Jadi Ancaman
Kepala Seksi Standarisasi dan Kemitraan Subdit Tuberkulosis Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan, Nadia, mengatakan, Selasa (24/11), jumlah penderita baru tuberkulosis (Tb) dalam satu tahun berdasarkan survei tahun 2004 sekitar 538.000 orang.
Angkanya diperkirakan tidak jauh berbeda dari tahun ke tahun karena tuberkulosis (Tb) sangat mudah menular dan jumlah penduduk terus meningkat, ujarnya di sela acara Workshop Nasional tentang Hak dan Kewajiban Pasien Tb.
Terlebih lagi dengan terus bertambahnya jumlah kasus HIV/AIDS. Dalam kondisi tubuh rentan, tuberkulosis menjadi ancaman utama bagi orang dengan HIV/AIDS. Sebagian besar dari mereka kemudian juga menderita tuberkulosis.
Ketua Umum Perkumpulan Pasien dan Masyarakat Peduli Tuberkulosis Indonesia (PAMALI), Retnowati WD Tuti mengatakan, stigma merupakan kendala dalam advokasi pemberantasan tuberkulosis. Penderita tuberkulosis takut dan malu sehingga enggan berobat. Apalagi orang dengan HIV/AIDS yang kemudian menderita tuberkulosis. Beban penyakit maupun stigma yang mereka tanggung lebih berat.
Sumber : Kompas.com Online
di 11:01 Diposkan oleh IBS
Tuesday, November 24, 2009
WHO: 33,4 Juta Orang Terinfeksi Virus AIDS
Angka itu berarti meningkat dari 33 juta orang yang terinfeksi AIDS pada 2007.
Namun laporan tersebut menambahkan, bahwa penambahan itu berasal dari orang-orang yang hidupnya bertahan agak lama karena mendapatkan obat-obat HIV.
"Jumlah kematian berkaitan dengan AIDS juga menurun lebih dari 10 persen dibanding lima tahun lalu, pada saat banyak orang bisa memperpanjang hidupnya dengan pengobatan," katanya.
Sumber : Antara Online
di 17:41 Diposkan oleh IBS
Sunday, November 22, 2009
Empat Jamaah Haji Tewas Akibat Flu Babi
Empat jamaah haji itu adalah dua pria warga negara India dan Sudan, dua lainnya adalah wanita warga negara Maroko dan Nigeria. Tiga di antara mereka berusia di atas 75 tahun dan satu orang wanita berusia 17 tahun.
"Mereka tidak mendapatkan vaksin (flu babi)," ujar Juru Bicara Kementerian Kesehatan Khaled al-Marghlani seperti dilansir AFP, Minggu (22/11/2009).
Diperkirakan 2,5 juta orang muslim melakukan ibadah haji tahun ini, menjadikan peristiwa ini sebagai kumpulan manusia paling besar pasca merebaknya flu babi April lalu. Kematian jemaah haji ini adalah yang pertama kalinya di Makkah dan Madinah sejak pecahnya isu flu babi.
Sebelumnya Pemerintah Saudi menyatakan ada sekitar 20 kasus suspect flu H1N1 (flu babi) pada calon jamaah haji (calhaj) dari seluruh dunia.
Sumber : Detikcom Online
di 13:25 Diposkan oleh IBS
Saturday, November 21, 2009
20 Kasus Flu H1N1, Calhaj Indonesia Bebas Virus
"Calon jamaah haji Indonesia tidak terkena virus H1N1 tersebut," Ketua Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia (PPIH) dr Barita Sitompul, Sabtu (20/11/2009).
Namun menurut Barita, memang ada tiga calhaj Indonesia yang diduga terjangkit virus H1N1. Hal itu diketahui saat ketiganya tertangkap kamera pemindai panas tubuh di bandara debarkasi (Jeddah dan Madinah).
"Namun setelah diobservasi di Rumah Sakit King Saud Jeddah, ketiganya dinyatakan negatif," kata Barita.
Ketiga calhaj itu, lanjut Barita, hanya mengalami influensa karena kelelahan akibat panjangnya penerbangan dari tanah air menuju tanah suci.
Menteri Kesehatan Arab Saudi Dr Abdullah Al-Rabeeah seperti yang dilansir Arabnews.com mengatakan, ada dua belas orang dari 20 susfect flu H1N1 yang masih dirawat.
"Selebihnya masih diobservasi," kata Dr Abdullah Al-Rabeeah, Jum'at (19/11/2009).
Abdullah menjelaskan bahwa untuk mengantisipasi kemungkinan merebaknya wabah flu H1N1, dirnya telah menunjuk 80 konsultan.
Abdullah pun menjamin akan menyediakan 1,5 juta dosis vaksin H1N1 bagi calon jamaah haji. Abdullah pun kini tengah menyiapkan layanan kesehatan bagi calhaj.
"Kami akan lakukan tindakan antisipasi (precautionary action) untuk melindungi calhaj dari berbagai penyakit termasuk flu babi," katanya.
Saat ini Laboratorium Robotic, Kognitif dan Biometic (BCR) telah dioperasikan di Mina dan Mekkah untuk mendeteksi virus flu H1N1. Pihaknya juga telah membangun 14 Rumah Sakit di Mekkah dengan kapasitas 2.782 tempat tidur, termasuk 244 tempat tidur di ruang perawatan intensif dan 287 di ruang rawat darurat.
Tidak hanya itu, ada 35 pusat kesehatan permanen di Mekkah, sembilan pusat kesehatan selama musim haji di ruas jalan bebas hambatan Mekkah-Madinah, dan empat lagi di kawasan Masjidil Haram.
28 pusat kesehatan akan dioperasikan Mina, 46 di Padang Arafah dan 6 di Muzdalifah. Sebelumnya, pemerintah Arab Saudi melansir setidaknya ada 62 orang tewas di Arab Saudi akibat terinfeksi virus H1N1 dari sekitar 7.000 orang yang terduga terinfeksi, namun 95 persen diantara mereka dilaporkan sembuh total.
(zal/gus)
Sumber : M. Rizal Maslan - detikNews
di 16:07 Diposkan oleh Masrip Sarumpaet
Friday, November 20, 2009
Saudi Temukan 20 Kasus Flu Babi pada Jemaah Haji
"Dua belas orang diantara mereka masih dirawat, selebihnya masih diobservasi," terangnya.
Menkes Arab itu tak menyebutkan asal kebangsaan pasien, namun ketika dikonfirmasi Ketua Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia (PPIH) dr. Barita Sitompul, dia memastikan tidak ada seorang pun calon haji Indonesia yang terbukti mengidap virus H1N1.
Dia mengaku, memang ada tiga calon haji Indonesia yang tertangkap kamera pemindai panas tubuh yang dipasang di bandara debarkasi (Jeddah dan Madinah), namun setelah diobservasi di Rumah Sakit King Saud Jeddah yang dirujuk untuk menangani kasus-kasus H1N1, ketiganya dinyatakan negatif dari infeksi penyakit pandemi itu.
Ketiganya, lanjut dr. Barita, hanya terkena influenza karena kelelahan akibat panjangnya penerbangan dari Tanah Air menuju Tanah Suci.
Menkes Arab itu selanjutnya mengatakan, untuk mengantisipasi kemugkinan merebaknya wabah flu babi khususnya pada saat musim haji, dia telah menunjuk 80 konsultan untuk menangani pusat kesehatan intensif yang dikelola pakar-pakar pengawasan penyakit menular Arab Saudi dan Amerika Serikat.
Ia juga menjamin tersedianya l,5 juta dosis vaksin H1N1 diperuntukkan bagi jemaah calon haji, dan sehari sebelumnya pihaknya melakukan koordinasi guna membahas persiapan layanan kesehatan yang akan diberikan pada calon haji.
"Kami akan melakukan tindakan antisipasi (precautionary action) untuk melindungi calon haji dari berbagai penyakit termasuk flu babi," tandasnya seraya menambahkan, sebuah laboratorium Robotic, Cognitif dan Biometic (BCR) telah dioperasikan di Mina dan Mekah untuk mendeteksi virus flu babi.
Kementerian Kesehatan Arab, lanjutnya, juga telah membangun 14 Rumah Sakit di Mekah berkapasitas 2.782 tempat tidur, termasuk 244 tempat tidur di ruang perawatan intensif dan 287 di ruang rawat darurat.
Selain itu masih ada 35 pusat kesehatan permanen di Mekah, sembilan pusat kesehatan selama musim haji di ruas jalan bebas hambatan Mekah - Madinah dan empat lagi di kawasan Masjidl Haram.
Dua puluh delapan pusat kesehatan akan dioperasikan di Mina, 46 di Padang Arafah dan enam di Muzdalifah. Lebih 2,5 juta ummat Islam sedunia diperkirakan akan "tumplek" pada acara rangkaian puncak ritual ibadah haji (Wukuf di Padang Arafah dan melontar jumrah di Mina mulai 9 - 12 Zulhijah (26-30 November).
Kementerian Arab Saudi merekrut 10.000 tenaga kesehatan termasuk 100 dokter, 60 di antaranya dokter ahli penyakit menular dari manca negara dan 147 perawat untuk menangani unit layanan darurat dan intensif di pusat-pusat kesehatan selama musim haji 1430H.
Sebanyak 62 orang tewas di Arab Saudi akibat terinfeksi virus H1N1 dari sekitar 7.000 orang yang terduga terinfeksi, namun 95 persen diantara mereka dilaporkan sembuh total.
Sumber : Antara Online
di 16:06 Diposkan oleh IBS
Tuesday, November 17, 2009
Vaksin H1N1 Diproduksi Tahun Depan
Pada acara peluncuran, Rektor Unair Prof Fasich menyerahkan bakal vaksin (
Menurut Iskandar, bakal vaksin H1N1 akan diuji klinis (
Karena jumlah produksi terbatas, kata Endang, vaksin diprioritaskan bagi kelompok masyarakat yang rentan terhadap
Vaksin H5N1 akan diproduksi sesuai kebijakan pemerintah. Jika terjadi pandemi dan pemerintah meminta produksi vaksin H5N1, PT Bio Farma akan memproduksi karena teknologi untuk produksi kedua vaksin itu sama.
Kepala Laboratorium Avian Influenza Tropical Disease Center (TDC) Unair Chaerul Anwar Nidom menjelaskan, jika terjadi mutasi virus H1N1 atau H5N1,
Iskandar mengatakan, nilai proyek pengembangan laboratorium dan fasilitas produksi vaksin H1N1 dan H5N1 di Kampus C Unair, Mulyorejo, Surabaya, sekitar Rp 1,3 triliun. Fasilitas produksi berkapasitas 20 juta vaksin per tahun. Proyek dilaksanakan empat tahun, 2008-2011.
Nidom menambahkan, penelitian virus H5N1 untuk dijadikan vaksin sudah dilakukan sejak 2006. Untuk uji tantang (pengujian calon vaksin pada hewan) H5N1 menunggu sampel virus dari Departemen Kesehatan sampai 13 Agustus 2009. Saat itu TDC Unair mendapat enam tipe virus H5N1.
Penelitian H1N1 lebih mudah karena TDC Unair bisa mendapat banyak sampel virus dari klinik. Setelah diuji tantang, bakal vaksin siap diuji klinis dan mulai diproduksi massal.
Penelitian virus AI dan bakal vaksinnya dilakukan di laboratorium seluas 224 meter persegi bernama Avian Influenza Research Centre Bio Safety Level-3 (BSL-3). Selain terbesar di Asia, kata Nidom, laboratorium ini unik karena ada ruang uji coba pada 30 monyet (
Peluncuran bakal vaksin ini, menurut Boediono, adalah wujud kemandirian Indonesia. Sebagai warga dunia, Indonesia harus aktif menangani serangan penyakit menular yang sangat cepat menyebar. Apalagi, sebagai negara tropis, Indonesia sangat rentan sebagai tempat berbiak
Karena di garis depan peperangan melawan penyakit menular, lanjutnya, Indonesia punya kesempatan menguasai teknologinya. Karena itu, Indonesia sebaiknya tak menggantungkan diri pada laboratorium di luar negeri. ”Indonesia juga berkewajiban membagi pengetahuan kepada dunia sebab wabah penyakit menular adalah masalah dunia, tetapi dalam kerangka saling menguntungkan,” katanya.
Sumber : http//www.compas.com/
di 08:26 Diposkan oleh IBS
Monday, November 16, 2009
Penderita HIV/AIDS Tahun 2010 Capai 130.000 Orang
Menurut "National Trainer Care, Support and Treatment IMAI-HIV/AIDS", dr Ronald Jonathan MSc, pada seminar dua hari "Global Diseases 2nd Continuing Professional Development" di Bandarlampung, Sabtu dan Minggu, angka itu diperoleh berdasarkan perkiraan pengaduan penderita terinfeksi HIV/AIDS ke sejumlah rumah sakit, yang berjumlah tidak lebih dari sepersepuluh korban terinfeksi keseluruhan.
"Perkiraan saya, jumlah kasus terinfeksi HIV/AIDS hingga 2010 akan mencapai antara 93 ribu hingga 130 ribu kasus, dan prinsip fenomena gunung es yang berlaku mengatakan, jumlah penderita HIV/AIDS yang tampak hanyalah 5-10 persen dari jumlah keseluruhan," katanya.
Sementara itu, dia menambahkan, jumlah penderita HIV/AIDS di seluruh Indonesia sejak 1980-an hingga September 2009 yang terdata oleh Departemen Kesehatan mencapai 18.442 penderita, dengan perbandingan jumlah penderita laki-laki dan perempuan sebesar tiga berbanding satu.
"Sudah ada pergeseran pola penyebaran, kini penyeberan terbesar terjadi lewat hubungan seks, bukan lagi penggunaan jarum suntik," ujarnya.
Dia menerangkan, hampir 50 persen dari penyebaran virus HIV/AIDS terjadi melalui hubungan seksual,dan melalui jarum suntik (pada pengguna narkoba) mencapai 40,7 persen berdasarkan riset terhadap jumlah total penderita.
Sementara itu, penyebaran virus HIV/AIDS pada gay, waria dan transgender hanya mencapai 3-4 persen dari jumlah total penderita.
Rentan usia tertinggi penderita HIV/AIDS hingga saat ini masih tetap berada pada usia produktif yaitu 20-39 tahun.
Khusus untuk Provinsi Lampung, jumlah penderita HIV/AIDS di provinsi itu mencapai 188 penderita, dengan 42 orang penderita yang meninggal.
"Untuk jumlah penderita HIV/AIDS, Lampung berada pada posisi 17 dari 33 provinsi, artinya jumlah penderita di provinsi itu masih cukup banyak," kata dia.
Dia mengingatkan, penyadaran dan pendampingan terhadap penderita HIV/AIDS perlu terus ditingkatkan, agar jumlah mereka dapat diminimalkan.
"Minimal kita dapat memberikan konseling dan bimbingan terhadap mereka tentang pentingnya kesadaran untuk mau berobat secara teratur, dan menyebarkan hal itu kepada penderita lainnya," kata dia.
Khusus untuk konseling, dia mengingatkan kepada pendamping agar membicarakan langsung hal-hal tersebut dengan penderita, bukan dengan keluarganya.
"Saya ingatkan ada pola konseling yang salah, yaitu mengajak bicara keluarga penderita, karena nanti urusannya akan lebih repot, lebih baik anda langsung berbicara dengan penderita," katanya.
Sumber : Antara OL
di 10:56 Diposkan oleh IBS
Friday, November 13, 2009
WHO Akan Terima Jutaan Vaksin Flu Babi
Menurut keterangan yang dilansir Markas Besar PBB di New York, Selasa waktu setempat, vaksin sumbangan itu akan disebarkan ke 95 negara berkembang yang ada dalam daftar WHO.
Namun dalam keterangan itu tidak dicantumkan negara-negara mana saja yang masuk dalam daftar 95 negara yang bisa memperoleh vaksin sumbangan GlaxoSmithKline.
Berdasarkan perjanjian antara WHO dengan pihak GlaxoSmithKline, WHO akan menerima pengiriman pertama vaksin tersebut akhir November 2009.
WHO, menurut PBB, berupaya mengamankan cukup banyak vaksin guna memenuhi kebutuhan 10 persen populasi di negara-negara berkembang.
Pekan lalu, WHO memperingatkan bahwa dunia belum mengalami puncak musim flu, yang akan terjadi antara Januari dan Februari diman pada bulan-bulan ini kasus flu babi mungkin akan bertambah.
Badan dunia itu juga menekankan bahwa kendati ada kekhawatiran tentang efek samping, vaksin tersebut masih menjadi alat terbaik dan tersedia untuk memerangi virus flu babi.
Hingga 1 November, flu babi telah menewaskan 6.000 manusia di berbagai belahan dunia. Pada saat yang sama, sudah lebih dari 482.000 kasus flu babi yang ditemukan dan dipastikan harus diperiksa laboratorium.
Sumber : Antara On line
di 08:41 Diposkan oleh IBS
Thursday, November 12, 2009
Peringati Hari Kesehatan Nasional ke-45, Menkes Serukan Sinergi untuk Menyehatkan Lingkungan
12 Nov 2009
Menteri Kesehatan RI dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DR. PH. mengajak seluruh jajaran kesehatan, masyarakat, sektor usaha dan komponen bangsa untuk saling bersinergi dalam meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan. Hal ini disampaikan Menkes dalam pidatonya di hadapan seluruh jajaran Departemen Kesehatan pada apel Peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-45 (12/11), yang pada tahun ini mengusung tema ”Lingkungan Sehat Rakyat Sehat”.
Mengutip hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 yang dilakukan Depkes, Menkes mengatakan bahwa 24,8% rumah tangga masih tidak menggunakan fasilitas buang air besar, dan 32,5% tidak memiliki saluran pembuangan air limbah. Sementara yang cukup positif adalah 57,7% rumah tangga di Indonesia memiliki akses air bersih dan 63,3% rumah tangga memiliki akses sanitasi yang baik.
”Dalam momentum peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-45 tahun 2009 ini, kita harus berupaya secara terus-menerus untuk melakukan peningkatan dan perbaikan dalam meningkatkan lingkungan sehat seperti yang sudah ditargetkan dalam program 100 hari bidang kesehatan. Salah satu indikator kinerja Depkes yaitu pada Januari 2010 harus mencapai sarana air minum sebanyak 1.379 lokasi dan peningkatan sanitasi di 61 lokasi. Sedangkan indikator kinerja pada tahun 2014 bidang kesehatan lingkungan yaitu tercapainya program air bersih yang menjangkau 67% penduduk dan peningkatan sanitasi dasar berkualitas baik untuk 75% penduduk. Dengan demikian, penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan karena lingkungan yang tidak sehat seperti diare, ISPA, TBC, malaria, frambusia, demam berdarah dan flu burung diharapkan akan menurun.” kata Menkes.
Menkes menambahkan, upaya peningkatan kualitas dan kesehatan lingkungan mencakup penyediaan kebutuhan akan ketersediaan air minum dan sanitasi; peningkatan perilaku higienis; pengembangan kabupaten/kota sehat; pengendalian bahan berbahaya dan logam berat; penanganan limbah rumah tangga, industri dan institusi pelayanan kesehatan, seperti Rumah Sakit dan Puskesmas serta penanganan kedaruratan lingkungan dalam situasi bencana. Upaya-upaya tersebut dan upaya membuat rakyat sehat, lanjut Menkes, tidak mungkin dilaksanakan oleh bidang kesehatan secara sendirian dan untuk itu memerlukan dukungan dan sinergi dari masyarakat, jajaran kesehatan, sektor swasta dan dunia usaha, serta berbagai komponen bangsa.
Bagi masyarakat luas, Menkes menyerukan pentingnya perilaku sehat. Menkes menyampaikan bahwa lingkungan sehat merupakan cermin perilaku sehat, yang menunjukkan kemandirian masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatannya, yang dengan dukungan pelayanan kesehatan yang bermutu dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia yang optimal.
Bagi jajaran kesehatan, Menkes menghimbau agar setiap jajaran kesehatan di lapangan memiliki prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat. ”Kita perlu mengembangkan paradigma baru di jajaran kesehatan, jika masyarakat sebelumnya ditempatkan sebagai obyek pelayanan kesehatan, saat ini mereka harus didorong dan diberdayakan untuk mampu sebagai subyek dan mampu secara mandiri dalam menjamin terpenuhinya kebutuhan kesehatan yang berkesinambungan. Jajaran kesehatan juga diharapkan dapat mengembangkan berbagai prakarsa dalam membangun lingkungan sehat dengan melibatkan masyarakat seperti kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat dan pengembangan wilayah/kawasan sehat.”
Bagi masyarakat, sektor swasta dan dunia usaha, Menkes menekankan perlunya kemitraan dalam mencegah dan menyelesaikan masalah kesehatan disamping keterlibatan provider kesehatan dan lintas sektor. Berbagai komponen bangsa diharapkan dapat membentuk aliansi-aliansi gerakan masyarakat sehat untuk berperan aktif dalam mencegah dan mengatasi berbagai masalah kesehatan, dan siap menjadi barisan terdepan sebagai modal kekuatan bangsa untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta menjadikan kualitas bangsa yang bermartabat.
Usai memimpin apel, Menkes meluncurkan Aksi Simpati Kebersihan Lingkungan di lima wilayah DKI Jakarta yang ditandai dengan pelepasan mobil pelayanan kesehatan. Selain itu, Hari Kesehatan Nasional ke-45 tahun 2009 dirayakan dengan berbagai acara hingga bulan Desember 2009 meliputi pemberian penghargaan atas pengabdian PNS di lingkungan Depkes RI, institus/perorangan yang berjasa di bidang kesehatan tingkat nasional, penyerahan secara simbolis Kartu Jamkesmas bagi Panti Jompo dan Panti Asuhan, penghargaan kompetisi jurnalistik, penghargaan lomba perpustakaan kesehatan, pameran foto, penyerahan mobil unit promosi kesehatan ke seluruh Indonesia, pameran pembangunan kesehatan, pemeriksaan kualitas air bagi masyarakat di 10 regional, dan berbagai acara yang dilaksanakan di tingkat daerah mulai dari provinsi hingga kabupaten/kota.
Sumber: http://www.depkes.go.id
di 14:43 Diposkan oleh ike a
Biofarma Bangun Pabrik Vaksin Flu
Selain pembangunan pabrik vaksin, PT Biofarma juga akan membangun fasilitas peternakan ayam steril seluas 5.145 meter persegi di kawasan Cisarua, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Fasilitas tersebut akan menghasilkan telur steril sebagai media penanaman bibit virus flu burung yang akan dijadikan vaksin.
Presiden Direktur PT Biofarma Iskandar mengatakan, pemerintah menganggarkan Rp 1,3 triliun untuk pembangunan dua fasilitas fisik dan riset tersebut. Proyek yang dicanangkan tahun 2008 itu ditargetkan selesai dalam empat tahun.
”Untuk pembangunan fisiknya ditargetkan rampung November 2010,” katanya seusai bertemu dengan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Rabu (11/11) di Bandung.
Iskandar menjelaskan, pembangunan fasilitas produksi vaksin tersebut didasari atas kebutuhan vaksin flu di dunia yang saat ini masih tinggi. Kapasitas produksi vaksin flu di dunia masih sekitar 300 juta dosis per tahun dan terkonsentrasi di Eropa, Amerika Utara, Australia, dan Jepang. Jika timbul pandemi, produksi vaksin hanya mampu mencukupi 10 persen kebutuhan dunia.
Hingga saat ini tidak ada satu pun produsen di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, yang memproduksi vaksin flu sendiri. Negara-negara di kawasan ini terancam tidak memiliki vaksin ketika timbul pandemi flu.
Padahal Indonesia termasuk rawan pandemik flu burung. Data Biofarma menyebutkan, sejak kasus flu burung di Indonesia dilaporkan pertama kali tahun 2005 hingga sekarang tercatat ada 141 kasus dengan angka kematian 115 kasus (81,6 persen).
Pembangunan pabrik vaksin flu di Indonesia diharapkan bisa memperbesar cadangan vaksin flu dunia. Kapasitas produksi vaksin flu Biofarma ditargetkan 20 juta dosis vaksin per tahun.
Gubernur Jawa Barat meminta PT Biofarma agar berkomitmen dengan mendahulukan cadangan vaksin flu bagi warga Jawa Barat. Sepanjang tahun 2009 di Jawa Barat tercatat ada 99 kasus influenza A-H1N1, yakni tertinggi nomor empat dari total 25 daerah di Indonesia yang terjangkiti flu tersebut.
Sumber: http://www.kompas.com/read/xml/2009/11/12/07472617/Biofarma.Bangun.Pabrik.Vaksin.Flu
di 09:26 Diposkan oleh ike a
Wednesday, November 11, 2009
Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang
Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS, DTM&H saat membuka Seminar dalam rangka memperingati Hari Diabetes Sedunia 2009, 5 November 2009 di Jakarta.
Prof. Tjandra Yoga mengatakan berdasarkan hasil Riskesdas 2007 prevalensi nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15 tahun diperkotaan 5,7%. Prevalensi nasional Obesitas umum pada penduduk usia ≥ 15 tahun sebesar 10.3% dan sebanyak 12 provinsi memiliki prevalensi diatas nasional, prevalensi nasional Obesitas sentral pada penduduk Usia ≥ 15 tahun sebesar 18,8 % dan sebanyak 17 provinsi memiliki prevalensi diatas nasional. Sedangkan prevalensi TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) pada penduduk usia >15 tahun di perkotaan adalah 10.2% dan sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi diatas prevalensi nasional. Prevalensi kurang makan buah dan sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi kurang aktifitas fisik pada penduduk >10 tahun sebesar 48,2%. Disebutkan pula bahwa prevalensi merokok setiap hari pada penduduk >10 tahun sebesar 23,7% dan prevalensi minum beralkohol dalam satu bulan terakhir adalah 4,6%.
Dalam sambutannya Prof. Tjandra Yoga menjelaskan, Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin.Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah. Penyakit ini membutuhkan perhatian dan perawatan medis dalam waktu lama baik untuk mencegah komplikasi maupun perawatan sakit.
Diabetes Melitus terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama DM yang disebabkan keturunan dan tipe kedua disebabkan life style atau gaya hidup. Secara umum, hampir 80 % prevalensi diabetes melitus adalah DM tipe 2. Ini berarti gaya hidup/life style yang tidak sehat menjadi pemicu utama meningkatnya prevalensi DM. Bila dicermati, penduduk dengan obes mempunyai risiko terkena DM lebih besar dari penduduk yang tidak obes.
WHO merekomendasikan bahwa strategi yang efektif perlu dilakukan secara terintegrasi, berbasis masyarakat melalui kerjasama lintas program dan lintas sektor termasuk swasta. Dengan demikian pengembangan kemitraan dengan berbagai unsur di masyarakat dan lintas sektor yang terkait dengan DM di setiap wilayah merupakan kegiatan yang penting dilakukan. Oleh karena itu, pemahaman faktor risiko DM sangat penting diketahui, dimengerti dan dapat dikendalikan oleh para pemegang program, pendidik, edukator maupun kader kesehatan di masyarakat sekitarnya.
Tujuan program pengendalian DM di Indonesia adalah terselenggaranya pengendalian faktor risiko untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian yang disebabkan DM. Pengendalian DM lebih diprioritaskan pada pencegahan dini melalui upaya pencegahan faktor risiko DM yaitu upaya promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif, jelas Prof. Tjandra Yoga.
Prof. Tjandra Yoga menambahkan bahwa pada Sidang Umum Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) dalam press release tanggal 20 Desember 2006 telah mengeluarkan Resolusi Nomor 61/225 yang mendeklarasikan bahwa epidemic Diabetes Melitus merupakan ancaman global dan serius sebagai salah satu penyakit tidak menular yang menitik-beratkan pada pencegahan dan pelayanan diabetes di seluruh dunia. Sidang ini juga menetapkan tanggal 14 Nopember sebagai Hari Diabetes Se-Dunia (World Diabetes Day) yang dimulai tahun 2007. .
Oleh karena itu, program Pengendalian Diabetes Melitus dilaksanakan dengan prioritas upaya preventif dan promotif, dengan tidak mengabaikan upaya kuratif. Serta dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh antara Pemerintah, Masyarakat dan Swasta (LP, LS, Profesi, LSM, Perguruan Tinggi).
Sedangkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1575 tahun 2005, telah dibentuk Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular yang mempunyai tugas pokok memandirikan masyarakat untuk hidup sehat melalui pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular, khususnya penyakit DM yang mempunyai faktor risiko bersama.
Sumber : Depkes RI On Line
di 12:18 Diposkan oleh IBS
Jumlah Kasus AIDS Menjadi 8 Kali Lipat dalam Kurun 5 Tahun
JAKARTA, KOMPAS.com
Penanganan HIV/AIDS bagian dari program 100 hari Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih untuk pengendalian penyakit menular, yang dipaparkan dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR yang berlangsung 9 dan 10 November 2009.
Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) merupakan penurunan daya tahan tubuh seseorang yang disebabkan human immuno deficiency virus (HIV). Rasio penderita antara laki-laki dan perempuan adalah tiga berbanding satu. Virus tersebut merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang mengakibatkan menurunnya, bahkan, hilangnya daya tahan tubuh.
Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang mengalami epidemi HIV/AIDS dengan prevalensi meningkat tajam. Sejumlah upaya dilakukan, tetapi belum menunjukkan penurunan. Proporsi kasus tertinggi pada kelompok umur produktif 20-29 tahun (50,07 persen) dan 30-39 tahun. Kasus AIDS terbanyak di Jawa Barat, DKI Jakarta, Papua, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Kepulauan Riau.
Menkes Endang mengatakan, penanggulangan HIV/AIDS memerhatikan nilai-nilai agama dan budaya serta norma kemasyarakatan. Selain itu, terdapat upaya terpadu peningkatan perilaku hidup sehat, pencegahan penyakit, pengobatan dan perawatan berdasarkan fakta ilmiah, serta dukungan terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
Selain itu, disiapkan
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Tjandra Yoga Adhitama mengatakan bahwa kesulitan menahan laju peningkatan penularan HIV/AIDS, antara lain, karena terkait berbagai faktor, seperti perilaku, keyakinan, norma, budaya, dan masalah sosial. Untuk menahan laju penularan, dibutuhkan peran masyarakat secara luas.
Dalam paparan di DPR, disebutkan upaya pencegahan yang efektif memutuskan rantai penularan HIV pada kelompok berisiko tertentu, antara lain, dengan promosi alat atau jarum suntik steril serta terapi rumatan metadon. Lainnya ialah promosi kondom terutama di lokalisasi.
”Untuk persoalan di hilir atau bagi orang dengan HIV/AIDS dengan penyediaan ARV,” ujar Tjandra. Untuk ODHA, telah ada penyediaan antiretroviral (ARV) secara berkesinambungan. Dalam program 100 hari, disediakan ARV untuk 16.000 ODHA.
Sementara itu, di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, sebanyak 34 kasus HIV/AIDS ditemukan selama dua tahun terakhir. Dua di antaranya balita berusia dua tahun dan dua bulan. Kedua balita tersebut positif mengidap HIV karena tertular ibunya.
Berdasarkan data Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kabupaten Tegal, dari 34 pengidap HIV/AIDS, 13 orang meninggal dunia, sementara tujuh lain hingga saat ini masih mendapatkan terapi ARV.
Petugas Penyuluh HIV/AIDS PKBI Kabupaten Tegal, Panji Adi, mengatakan, kasus-kasus HIV/AIDS tersebut ditemukan dari hasil
Sumber : Kompas OL
di 08:55 Diposkan oleh IBS
Tuesday, November 10, 2009
Pemerintah Siapkan Rancangan Jaminan Kesehatan Semesta
"Kami sedang membuat `roadmap` Jaminan Kesehatan Semesta 2014," katanya saat melakukan rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI di Jakarta, Senin, yang dipimpin Ketua Komisi IX Ribka Tjiptaning Proletariati.
Dalam rapat dengar pendapat yang dihadiri 46 anggota komisi itu Endang mengatakan, penyusunan rancangan sistem jaminan kesehatan semesta ditargetkan selesai dalam 100 hari kerja pertamanya.
"Sekarang masih meminta masukan dari para ahli dari universitas dan organisasi profesi terkait untuk menyusun ini," katanya.
Dia sebelumnya mengatakan, Jamkesmas secara bertahap akan dikelola menggunakan sistem asuransi kesehatan.
Asuransi kesehatan, katanya, akan menjangkau seluruh populasi, tidak hanya masyarakat miskin saja.
"Premi masyarakat miskin tetap ditanggung pemerintah, yang bekerja (ditanggung) oleh perusahaan, yang mampu bayar sendiri," katanya.
Anggota Komisi IX dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Surya Chandra Surapaty mengatakan, pemerintah harus menyelenggarakan jaminan kesehatan dengan sistem yang sesuai dengan undang-undang nomor 40 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional.
Menurut undang-undang, ia menjelaskan, pengelolaan jaminan kesehatan nasional harus dilakukan oleh badan nirlaba. Lembaga yang dibentuk oleh pemerintah tersebut, kata dia, sekaligus berfungsi sebagai pengelola dana wali amanah.
Kerangka itu sebenarnya sudah diatur dalam undang-undang sistem jaminan sosial nasional, namun hingga kini belum bisa dilaksanakan karena Dewan Jaminan Sosial Nasional belum menyelesaikan pembuatan peraturan pendukungnya, yakni undang-undang tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Peraturan lain yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan SJSN seperti peraturan pemerintah tentang penerima bantuan iuran dan peraturan pemerintah tentang jaminan kesehatan juga belum selesai.
Menurut undang-undang, semua peraturan pendukung pelaksanaan SJSN seharusnya selesai akhir Oktober 2009 dan SJSN sudah bisa dilaksanakan November 2009.
Sumber : Antara OL
di 08:41 Diposkan oleh IBS
Friday, November 6, 2009
Presiden Minta Paradigma Sektor Kesehatan Diubah
"Kita ingin ubah paradigma dari pengobatan gratis menjadi sehat gratis. Jadi peran Puskesmas, Posyandu, pekan imunisasi, KB dan pemberantasan penyakit akan ditingkatkan. Tidak menunggu jatuh sakit baru diobati, tapi meningkatkan kesehatan masyarakat," kata Presiden usai Sidang Kabinet di Kantor Presiden Jakarta, Kamis.
Meski perubahan paradigma tersebut dilakukan, Presiden mengatakan pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang sakit akan terus dilakukan termasuk bantuan bagi masyarakat miskin.
"Tentu ada kantong-kantong daerah rawan penyakit seperti demam berdarah, Tuberkolosis dan HIV yang tetap diperhatikan. Sehat itu gratis dalam arti bagi tidak mampu dan sangat miskin kita dorong agar sehat," katanya.
Di bidang pendidikan, Presiden menegaskan pada 100 hari mendatang akan dirumuskan mekanisme "link and match" antara dunia pendidikan dengan dunia kerja sehingga lulusan lembaga pendidikan formal siap kerja dan tidak kesulitan mendapatkan pekerjaan.
"Target 100 hari adalah cegah `missed match`, banyak di berbagai provinsi yang dihasilkan perguruan tinggi lulusannya tidak klop dengan pasar tenaga kerja. Ini tidak boleh terjadi, dalam 100 hari kita rumuskan mekanismenya," paparnya.
Sektor penanggulangan bencana, dalam 100 hari mendatang Presiden meminta agar telah dibentuk semacam pasukan atau tenaga yang siaga setiap waktu di kirim bila bencana terjadi.
Pasukan atau tim tersebut terdiri dari medis, PMI, ahli komunikasi, TNI dan Polri. Tim itu akan didukung oleh angkutan udara seperti Hercules dan jenis lainnya untuk segera melakukan langkah tanggap darurat segera setelah bencana terjadi.
"Saya ingin dalam 100 hari bukan hanya standard prosedur saja, bukan hanya siapa yang siaga tapi betul betul sudah berjalan. Satu di barat, di timur dan bahkan bencana sering di negeri kita mulai 2011 penambahan pesawat angkut Hercules dan sejenis serta helikopter untuk angkut logistik," kata Kepala Negara.
Sumber : Antara On Line
di 15:31 Diposkan oleh IBS
Wednesday, November 4, 2009
Pneumonia Pembunuh Anak Nomor Satu di Dunia
di 10:15 Diposkan oleh IBS
Inilah Program 100 Hari Menkes
JAKARTA, KOMPAS.com —
di 09:10 Diposkan oleh IBS
Tuesday, November 3, 2009
2 Vaksin Belum Masuk Program Nasional
BANDUNG, KOMPAS.com - Dua vaksin bagi penderita radang paru-paru akut yang dianjurkan Organisasi Kesehatan Dunia agar diberikan kepada anak di negara berkembang belum dimasukkan dalam program nasional imunisasi di Indonesia. Kedua vaksin itu bisa mencegah kematian 1.075.000 anak per tahun akibat radang paru-paru akut.”Dua vaksin itu adalah Haemophilus Influenzae tipe b atau Hib dan Pneumococcus atau PCV,” kata Kepala Subbagian Respirologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Cissy Kartasasmita dalam Simposium Hari Pneumonia Sedunia bertema ”Fight Pneumonia-Save a Child” di Fakultas Kedokteran Unpad, Bandung, Senin (2/11).
di 14:35 Diposkan oleh IBS
Wednesday, October 21, 2009
Kasus Babi Terkena Flu H1N1 Ditemukan di AS
(ANTARA/Ahmad Subaidi) Washington (ANTARA News) -
di 12:06 Diposkan oleh IBS
Monday, October 19, 2009
Penderita TB di Indonesia Peringkat Ketiga Dunia
Jumlah penderita Tuberculosis (TB) di Indonesia masih berada pada urutan tertinggi ketiga di dunia, yang pada umumnya disebabkan kurang diperhatikannya faktor kebersihan.
"Indonesia urutan ketiga setelah India dan China yang terbanyak angka penderita TB-nya. Penyebab utama tingginya penderita TB di Indonesia karena kebersihan kurang terjaga," kata Head of Corporate Research Novartis, Paul Herrling di Makassar, Minggu.
Menurut dia, dari hasil penelitian yang dilakukan mitra kerja Novartis di Indonesia diketahui, faktor kebersihan menjadi penyebab utama seseorang terjangkit bakteri penyebab TB.
"Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan, sempit, jorok dan kurang pencahayaan akan menjadi pemicu bakteri TB berkembang dan menjangkiti orang yang lemah kekebalan tubuhnya," katanya.
Selain faktor kebersihan yang dapat menyebabkan seseorang menderita TB, lanjutnya, gaya hidup juga dapat menjadi pemicu penyakit menular ini.
Sebagai gambaran, penderita TB juga banyak di Rusia, karena mayoritas penduduknya gemar meminum vodka, sehingga mempengaruhi berat badan dan pada akhirnya menjadi pemicu orang menderita TB.
Berkaitan dengan hal tersebut, lanjutnya, pihaknya memilih Indonesia sebagai lokasi lembaga penelitian TB yang dilaksanakan Novartis-Eijkman-Hasanuddin Clinical Research Initiative (NEHCRI) di Makassar.
"NEHCRI resmi beroperasi di Makassar pada 2007 lalu, karena sebelumnya kami sudah menimbang bahwa lokasi ini sangat representatif," ujar Herrling.
Alasannya, dalam Kawasan Tamalarena Makassar, selain terdapat kampus Universitas Hasanuddin, juga terdapat Rumah Sakit Regional Wahidin, sehingga sangat tepat jika di tengah kawasan itu dibangun lembaga penelitian yang dilengkapi dengan laboratorium yang canggih.
Sumber : ANTARA OL
di 16:23 Diposkan oleh IBS
Thursday, October 15, 2009
Hari Cuci Tangan Sedunia, Cuci Tangan Yuk!
di 10:44 Diposkan oleh IBS
Reducing childhood deaths from diarrhoea
14 OCTOBER 2009 NEW YORK GENEVA --
“It is a tragedy that diarrhoea, which is little more than an inconvenience in the developed world, kills an estimated 1. 5 million children each year,” said UNICEF Executive Director, Ann M. Veneman. "Inexpensive and effective treatments for diarrhoea exist, but in developing countries only 39 per cent of children with diarrhoea receive the recommended treatment.”
The report, Diarrhoea: why children are still dying and what can be done, lays out a seven-point plan that includes a treatment package to reduce childhood diarrhoea deaths and a prevention strategy to ensure long-term results. The seven specific points are:
2. Zinc treatment;
3. Rotavirus and measles vaccinations;
4. Promotion of early and exclusive breastfeeding and vitamin A supplementation;
5. Promotion of hand washing with soap;
6. Improved water supply quantity and quality, including treatment and safe storage of
7. Community-wide sanitation promotion.
Dr Margaret Chan, Director-General of WHO, said: "We know where children are dying of diarrhoea. We know what must be done to prevent those deaths. We must work with governments and partners to put this seven-point plan into action."
di 09:34 Diposkan oleh IBS
Wednesday, October 14, 2009
Study: cell phone users at higher risk of brain tumor
In earlier research, scientists did find a weak link between cell phone and brain tumors, whereas there was no clear indication of what risk the cell phone users were taking.
"We cannot make any definitive conclusions about this," said Dr. Deepa Subramaniam, director of the Brain Tumor Center at Georgetown Lombardi Comprehensive Cancer Center in Washington, D.C.
"But this study, in addition to all the previous studies, continues to leave lingering doubt as to the potential for increased risk. So, one more time, after all these years, we don't have a clear-cut answer."
However, Joel Moskowitz, the study's senior author, said that "clearly there is risk." He's director of the Center for Family and Community Health at the University of California, Berkeley, School of Public Health.
"I would not allow children to use a cell phone, or I at least would require them to use a separate headset," Moskowitz said.
"It seems fairly derelict of us as a society or as a planet to just disseminate this technology to the extent that we have without doing a whole lot more research of the potential harms and how to protect against those harms. Clearly, we need to learn a whole lot more about this technology."
Researchers found that using a mobile phone for a decade or longer resulted in an 18 percent increased risk of brain tumor likely to appear on the side where the phone was used, Moskowitz said.
Moskowitz however believed that there's also potential harm to other areas of the body -- the genitals, for example -- when the phone is carried in a pocket.
With so many people worldwide using cell phones, even a small risk could translate into many illnesses and deaths, he stressed.
"We need to do a whole lot more research because the stakes are really high and there seems to be suggestive evidence that you better be careful about this, especially in children, who have developing tissue and smaller brain and skull sizes," Moskowitz warned.
Last year, the U.S. Food and Drug Administration appealed for more research into the risks posed by long-term cell phone use, rather than the more commonly studied short-term risks. It urged that such research focuses on the health of children, pregnant women and fetuses as well
di 13:59 Diposkan oleh IBS