Disease Outbreak News
Friday, May 14, 2010
Tuesday, May 11, 2010
Harapan Baru Pengembangan Vaksin AIDS
Senin, 10 Mei 2010 10:42 WIB
NEWYORK, KOMPAS.com - Para ilmuwan di Amerika Serikat mengklaim bahwa mereka telah mulai memahami suatu mekanisme perlindungan alami yang dimiliki tubuh seseorang terhadap HIV. Penemuan yang dipublikasikan dalam jurnal Nature ini menjadi kabar baik, karena dapat memberi petunjuk baru bagi terciptanya sejenis vaksin AIDS yang efektif di masa depan.
di
14:12
Diposkan oleh
IBS
Monday, May 3, 2010
Virus Purba yang Terjebak Dalam Es
di
08:17
Diposkan oleh
IBS
Friday, April 30, 2010
7TH INTERNATIONAL MINISTERIAL CONFERENCE DI HANOI BAHAS KESEHATAN MANUSIA, HEWAN DAN LINGKUNGAN
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama mewakili Menteri Kesehatan menghadiri pertemuan 7th International Ministerial Conference on “Animal and Pandemic Influenza: The Way Forward”, di Hanoi, Vietnam tanggal 20-21 April 2010. Pertemuan dibuka Deputi Perdana Menteri Vietnam. Dari Asean, selain dari Indonesia juga hadir Menteri Kesehatan Vietnam, Brunei, Laos dan Myanmar. Delegasi RI (Delri) terdiri dari Kementerian Kesehatan diwakili Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Dirjen Peternakan dan Deputi 3 Menko Kesra.
Saat pra pertemuan teknis pejabat tinggi, Direktur Kesehatan Hewan Kementerian menyampaikan presentasi mewakili delegasi RI. Pertemuan ini antara lain membahas pengalaman Indonesia dalam menanggulangi penyakit Flu Burung (H5N1) berguna bagi penanganan berbagai penyakit/ pandemic yang akan datang. Momentum ini perlu terus dijaga, demikian juga political commitment dan pendanaan. Juga pentingnya kerjasama intersektoral, keterlibatan sektor swasta dan kerjasama antar negara serta penggunaan istilah One Health sebagai pengganti One World One Health (OWOH) yang meliputi 3 sektor yaitu Human Health, Animal Health and Environmental Health.
Di sela-sela pertemuan, dr. Thandra Yoga Aditama melakukan pertemuan dengan CAREID –Canada untuk menjajagi kemungkinan kerjasama dalam bentuk pendampingan teknis dan pelatihan di bidang surveilans dan outbreak response, kesiapan menghadapi pandemic dan jejaring kerja laboratorium. Kegiatan ini dilakukan di lima Negara Asean yaitu Indonesia, Laos, Kamboja, Vietnam dan Filipina.
Menurut dr. Tjandra Yoga, pembicaran lebih lanjut dengan CAREID-Canada akan dilanjutkan di Kedutaan Besar Canada di Jakarta, meliputi aspek kerjasamadan materi yang mungkin dicakup oleh Direktorat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemkes RI.
Sumber : www.depkes.go.id
di
15:55
Diposkan oleh
IBS
Wednesday, April 28, 2010
Setahun Epidemi H1N1 : Pelajaran Berharga dari Flu Babi
Setahun lalu, dunia dihebohkan dengan epidemi virus H1N1 atau yang lebih dikenal dengan flu babi. Setahun perjalanannya, apakah dunia mendapatkan pelajaran?
Setahun lalu, Kepala Pengawasan Flu di Pusat Kendali dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), Lyn Finelli, mengumpulkan timnya dan mengatakan agar mereka bersiap menghadapi yang terburuk.
Finelly berkata, epidemi flu sedang terbentuk yang disebabkan oleh virus yang belum pernah dilihat manusia sebelumnya. Ia menyebutkan, petugas kesehatan di Meksiko sudah mulai tertular.
“Kami semua ketakutan, karena mengetahui dengan pasti seperti apa dampak virus mematikan lainnya seperti SARS dan Ebola. Ketika petugas kesehatan juga jatuh sakit, maka kita akan tahu seperti apa penularan dan berbahanya sebuah virus,” paparnya, kemarin.
Setahun berlalu, sejak para ahli melacak keberadaan virus H1N1. Penyakit ini sudah mencapai titik tertingginya dan telah turun sejak itu. CDC dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengatasinya, sejak mulai menyebar dari Meksiko, ke Amerika dan bahkan menyebrang ke Eropa.
“Rencana dan persiapan memang sempurna, hingga virus memodifikasi dirinya dan beradaptasi dengan kondisi baru,” kata plt Direkrut CDC Richard Besser. Hal ini diamini Kepala Persiapan Flu CDC, Stephen Redd, yang mencontohkan penyebaran flu burung (H5N1).
Virus itu terbentuk pertama di Hong Kong pada 1997. Kemudian menyebar melalui burung ke Mesir, Indonesia dan Vietnam. Pandemi H1N1 berasal dari babi dan tak ada yang mengetahui secara persis bagaimana terbentuknya, serta secara cepat menyebar dari manusia ke manusia di Meksiko.
H1N1 sekian lama menyebar dari babi ke babi, namun berevolusi selama 10 tahun hingga akhirnya menjangkiti seorang yang dekat dengan peternakan babi di negara itu. Tak ada yang tahu bagaimana evolusi virus itu terjadi, maupun lokasinya.
WHO sempat menaikkan status kewaspadaan virus H1N1 ke level 5 atau setingkat di bawah level tertinggi (epidemi). Flu babi langsung menjadi sebuah berita besar.
Hingga Selasa (27/4), berdasarkan penghitungan situs flucount.org, terdapat 1.483.520 kasus H1N1 dengan 25.174 kematian. Negara yang paling banyak mencatatkan kasus flu babi adalah Jerman dengan 222.006 kasus. Kemudian Portugal, 166.922 kasus dan China, 120.940 kasus.
Lalu apakah dunia sudah belajar dari kasus H1N1 sepanjang tahun lalu? Ada beberapa yang bisa dipetik. Seperti penggunaan warning yang harus lebih diwaspadai lagi.
Jika tidak tepat sasaran, malah menebarkan kepanikan ke seluruh dunia yang sama sekali tak ada gunanya. Keputusan WHO bisa dibilang sedikit berlebihan, meski tujuannya untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat.
Namun begitu, ada baiknya bereaksi berlebihan ketimbang kurang siaga. Seperti para ahli yang menyadari sifat virus yang sulit ditebak, mereka langsung mempersiapkan vaksin H1N1. Sehingga potensi mematikan pada virus itu berkurang.
Demikian pula sikap pemerintah yang agak sedikit pelit terhadap vaksin. Ketika rakyat yang panik menjerit minta vaksin kepada pemerintah, tak ada yang memperolehnya jika tak benar-benar terdesak. Hal ini sangat baik untuk manajemen stok dan mengendalikan rakyat.
Merebaknya flu babi juga membuat masyarakat waspada dengan perawatan binatang yang menjadi asal-usulnya. Manfaatnya terlihat, karena jumlah virus yang berkembang biak juga menurun.
Terpenting, semua menyadari bahwa pemerintah tak bisa melakukan ini sendiri. Peran serta rakyat sangat penting untuk mencegah terjadinya pandemi. Terutama di masa seperti ini, ketika musim panas tiba dan siklus flu segera dimulai. [mdr]
Sumber : INILAH.COM
di
12:39
Diposkan oleh
Masrip Sarumpaet
Malaria Jadi Ancaman Terbesar Bagi Masyarakat Indonesia
di
11:49
Diposkan oleh
IBS
Benarkah Virus Demam Berdarah Bermutasi?
Jakarta, 27/4/2010
di
08:53
Diposkan oleh
IBS
Tuesday, March 30, 2010
Hari Kesehatan Sedunia Bertema "Urbanisasi dan Kesehatan"
di
17:27
Diposkan oleh
IBS
Pembentukan Komnas Zoonosis Disepakati
di
16:38
Diposkan oleh
IBS
TBC Tewaskan 1,3 Juta Jiwa per Tahun
di
16:28
Diposkan oleh
IBS
Thursday, March 18, 2010
Peningkatan Suhu Udara Picu Sebaran Penyakit Tropis
di
16:44
Diposkan oleh
IBS
Thursday, March 11, 2010
Penyakit Zoonosis Kian Jadi Perhatian
Henry Walke selaku Kepala Program Kantor Koordinasi dan Pengembangan Kesehatan Dunia dan Kesehatan Masyarakat pada Centers for Disease Control and Prevention (CDC) AS mengatakan, Selasa (9/3/2010), sekitar 60 persen penyakit infeksi yang baru muncul merupakan penyakit zoonosis.
Dia mengatakan, penyakit zoonosis semakin menjadi ancaman, terutama di negara berpopulasi besar, beragam, dan mempunyai keragaman satwa, termasuk satwa liar.
Sejumlah faktor pemicu penularan penyakit, antara lain, adalah perubahan lingkungan hidup yang menyebabkan semakin dekat jarak hewan dengan manusia. Faktor lainnya ialah domestikasi hewan, termasuk untuk hewan eksotik. Akibatnya, penyakit yang tadinya berdiam di hewan berpindah ke manusia. Sejumlah kasus seperti terjadinya flu burung, rabies, dan ebola merupakan contoh yang menyebabkan berbagai masalah serius dan terjadi di sejumlah negara.
”Sebagian besar penyelidikan penyakit yang dilakukan CDC kemudian mengarah ke kasus zoonosis,” ujar Henry dalam kegiatan Crisis and Risk Emergency Communication di Atlanta, Selasa.
Untuk pengendalian berbagai penyakit tersebut dibutuhkan infrastruktur kesehatan publik yang baik, antara lain perangkat surveilans atau pemantauan penyakit. CDC sendiri memberikan bantuan teknis berdasarkan permintaan dari negara yang bersangkutan. Bantuan yang diberikan biasanya merupakan bantuan teknis dan tenaga ahli spesifik untuk penyakit tertentu.
Semakin giat
Direktur Global Disease Detection Operations Center CDC Ray Arthur mengatakan, program pendeteksian dan investigasi penyakit semakin giat dilakukan, terutama setelah munculnya kasus SARS di berbagai belahan dunia. Lewat pendeteksian itu, semakin banyak patogen baru yang ditemukan, yakni setidaknya lima patogen baru tahun 2003 hingga menjadi sekitar 30 patogen baru sampai dengan tahun 2008.
Director Division of Viral and Rickettsial Disease National Center for Zoonotic Vector-Borne and Enteric Disease CDC Steve Monroe mengatakan, patogen itu tidak selalu baru sama sekali. Dapat terjadi selama ini patogen sudah ada, tetapi tidak dikenali. Hal itu karena patogen terisolasi di tubuh hewan atau para penderitanya terpencil.
”Umumnya, patogen baru diketahui kemudian setelah terjadi peningkatan kasus di populasi,” ujarnya.
Untuk menemukan patogen baru tersebut, mereka membangun sistem, salah satunya ialah pengumpulan berita dari ribuan media di seluruh dunia. Media skrining tersebut menjadi peringatan awal adanya penyakit.
Jika kasus dinilai cukup signifikan, diturunkan tim guna menyelidiki kasus tersebut. CDC mempunyai sekitar 18 perwakilan di seluruh dunia. Di beberapa negara mereka sedang menyelidiki virus polio liar, HIV, dan flu burung (H5N1).
Ray menambahkan, tantangan dalam menangani penyakit-penyakit yang bersifat global, antara lain, adalah ketidakmampuan pihak berwenang di lokasi kejadian untuk mendeteksi dengan tepat. Selain itu, para pemimpin juga enggan melaporkan kasus yang dialaminya kepada komunitas global.
Sumber: http://kesehatan.kompas.com/read/2010/03/11/08050189/Penyakit.Zoonosis.Kian.Jadi.Perhatian
di
09:00
Diposkan oleh
ike a
Thursday, March 4, 2010
BPOM akan Terapkan Sistem Pengawasan Keamanan Pangan
di
14:27
Diposkan oleh
IBS
Sunday, February 21, 2010
Prof. Tjandra Yoga Aditama Terpilih Menjadi Ketua Pertemuan Regional Ketiga International Health Regulations
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp(K), MARS, DTM&H, DTCE, Dirjen P2PL Kementerian Kesehatan yang juga merupakan International Health Regulations (IHR) focal points for Indonesia terpilih menjadi ketua/chair person pada 3rd Regional Meeting of National IHR Focal Points tanggal (15/02/2010) di Dhaka, Bangladesh.
IHR merupakan instrumen hukum internasional yang mengikat 194 negara di seluruh dunia, termasuk semua negara anggota WHO. Tujuannya adalah untuk membantu masyarakat internasional mencegah dan merespon terhadap risiko kesehatan masyarakat akut yang memiliki potensi untuk melintas batas dan mengancam orang di seluruh dunia.
IHR yang mulai berlaku pada tanggal 15 Juni 2007, mensyaratkan negara-negara untuk melaporkan wabah penyakit tertentu dan peristiwa kesehatan publik ke WHO. Dibentuk berdasarkan pengalaman unik WHO dalam surveilans penyakit global, kewaspadaan dan tanggapan, IHR menentukan hak dan kewajiban negara-negara untuk melaporkan peristiwa kesehatan publik, dan menetapkan sejumlah prosedur yang harus diikuti WHO dalam bekerja untuk menegakkan keamanan kesehatan publik global .
Menurut Prof. Tjandra, IHR mengatur secara umum pencegahan penyebaran penyakit secara internasional. Pada 5 Juni 2007 IHR (2005) sudah diundangkan oleh WHO dan dalam waktu 5 tahun negara-negara dapat melakukan capacity strengthening untuk melaksanakannya.
Kegiatan dalam IHR antara lain dilakukan melalui Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), dimana Indonesia memiliki 48 KKP dengan lebih dari 2000 pegawai. Kegiatan lainnya adalah surveiilans dan rapid response. Surveillans adalah pengamatan terus menerus tentang data berbagai penyakit menular yang telah dijalankan di Indonesia melalui District Surveillance Officer (DSO), disamping juga melalui sistem pencatatan dan pelaporan yang ada. Rapid response menunjukkan upaya yang dilakukan segera setelah ada dugaan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB), antara lain dengan pengiriman Team Gerak Cepat – TGC (Rapid Response Team-RRT), baik dari kabupaten yang mungkin didukung oleh TGC provinsi dan bahkan TGC pemerintah pusat maupun organisasi internasional seperti WHO misalnya, ujar Prof. Tjandra
Selain itu, untuk peraturan perundang-undangan Indonesia memiliki UU Wabah 1984 dan sekarang sedang disiapkan draft terakhir UU Karantina. Untuk kerjasama dalam pelaksanaan IHR maka Kementerian Kesejatan bekerjasama dengan Kementerian Perhubungan, Kementerian Pertanian, Badan POM, Badan Pengawas Tenaga Nuklir dan lain-lain. Kegiatan penting lain dalam IHR meliputi pemeriksaan laboratorium untuk memastikan diagnosis penyakit menular, kegiatan komunikasi rIsiko, pengorganisasian, pemberdayaan sumber daya manusia dan penganggaran, ujar Prof. Tjandra.
Sumber : www.depkes.go.id
di
17:58
Diposkan oleh
Masrip Sarumpaet
Tuesday, February 9, 2010
Indonesia Terima Bantuan 3,5 Juta Dosin Vaksin H1N1
JAKARTA--MI: Bantuan vaksin influenza A H1N1 dari lembaga kesehatan dunia, World Health Organization (WHO), dipastikan bakal tiba pada tahun ini di Tanah Air. Diperkirakan, Indonesia akan menerima 3,5 juta dosis vaksin.
di
17:29
Diposkan oleh
IBS
Wednesday, January 27, 2010
WHO Dukung Inisiatif RI untuk mendirikan WHO Collaborative Centre di Indonesia
“Saya mendukung inisiatif RI untuk mendirikan WHO Collaborating Centre Influenza di Indonesia, dan akan memberikan bantuan untuk mewujudkan inisiatif tersebut” demikian ditegaskan oleh Direktur Jenderal World Health Organization (WHO), Dr. Margaret Chan, dalam pertemuannya dengan Menteri Kesehatan RI, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH di sela-sela Sidang Executive Board ke-126 WHO di Jenewa,Swiss, tanggal 18 Januari 2010.
Dirjen WHO juga mendukung pembentukan WHO Collaborating Centre untuk Disaster Management di Indonesia. Saat ini telah dibentuk 9 Pusat Disaster Management (Regional Pusat Penanggulangan Krisis), yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara, dan 2 Sub Regional di Sumatera Barat dan Papua. Dirjen WHO memuji kapasitas Indonesia dalam manajemen bencana sehingga dapat menjadi pusat pelatihan bagi negara-negara lain.
Pertemuan bilateral antara Menkes RI dengan Dirjen WHO tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan di hari pertama Sidang ke-126 Executive Board WHO yang akan berlangsung hingga tanggal 23 Januari 2010. Selain pertemuan dengan Dirjen WHO, Menkes RI juga telah menyelenggarakan pertemuan bilateral dengan Menteri Kesehatan India dan Brunei Darussalam dalam rangka membicarakan upaya-upaya memperkuat kerjasama kesehatan bilateral.
Executive Board merupakan badan eksekutif WHO yang beranggotakan 34 negara anggota WHO, termasuk Indonesia . Menkes RI telah berhasil terpilih sebagai salah satu Wakil Ketua bersama dengan Korea Selatan , Oman dan Paraguay . Sidang EB-WHO yang saat ini dipimpin oleh Uganda dimandatkan untuk menyusun keputusan dan kebijakan yang akan dibahas dan ditetapkan oleh World Health Assembly (WHA), serta memberikan arahan kepada Dirjen WHO dalam melaksanakan keputusan-keputusan WHA.
Dalam Sidang ke-126 EB-WHO ini, selain terus memperjuangkan kelanjutan pembentukan Framework Virus Sharing dan Benefits Sharing, Indonesia juga berinisiatif untuk mengajukan rancangan resolusi mengenai “the Improvement of Health through Safe and Environmentally Sound Waste Management”. Pengajuan rancangan resolusi tersebut merupakan upaya Indonesia untuk menindaklanjuti keputusan “Bali Declaration on Waste Management for Human Health and Livelihood” yang disepakati pada Sidang ke-9 COP to the Basel Convention di Bali, bulan Juni 2008.
Sumber : www.depkes.go.id
di
11:16
Diposkan oleh
IBS
Tuesday, January 26, 2010
Usul Indonesia Akan Dibahas Sidang Kesehatan Dunia
di
13:26
Diposkan oleh
IBS
Wednesday, January 20, 2010
WHO says A/H1N1 pandemic real, not fake
GENEVA, Jan. 2010 -- The World Health Organization (WHO)on Thursday rejected allegations that the A/H1N1 pandemic is "fake", stressing that it has not overplayed the risks of this new influenza.
"The world is going through a real pandemic. The description of it as fake is both wrong and irresponsible," said Dr. Keiji Fukuda, the U.N. agency's top pandemic expert, at a telephone press conference.
Fukuda stressed that the WHO has been balanced in providing information to the public about the pandemic, and it "has not underplayed or overplayed the risks of the pandemic."
"The WHO has reached out to all parties who could help to reduce the harms of the pandemic. We did take very great care to make sure that its advice received and not unduely influenced by commercial or non-public health interests," he said.
So far about 13,000 people worldwide has been killed directly by the H1N1 flu virus, which first emerged in April, 2009 in North America, but this is only the laboratory-confirmed number, and the real number could be much higher, said Fukuda.
Source : www.chinaview.cn
di
12:25
Diposkan oleh
IBS
Thursday, January 7, 2010
Dua Bahan Kimia yang Paling Berbahaya
Sumber : www.detikhealth.com Nurul Ulfah -
di
15:55
Diposkan oleh
IBS
Tuesday, January 5, 2010
Flu Babi Tewaskan 12.220 Orang di Seluruh Dunia
di
16:27
Diposkan oleh
IBS