SELAMAT DATANG Dr. JEFRI SITORUS, M.Kes semoga sukses memimpin KKP Kelas I Medan------------------------ Kami Mengabdikan diri Bagi Nusa dan Bangsa untuk memutus mata rantai penularan penyakit Antar Negara di Pintu Masuk Negara (Pelabuhan Laut, Bandar Udara dan Pos Lintas Batas Darat=PLBD) ------

Disease Outbreak News

Saturday, February 21, 2009

Susahnya Menjinakkan Anjing Gila

Penularan penyakit rabies atau penyakit anjing gila kian merebak. Bali yang selama puluhan tahun bebas rabies tak luput dari serangan virus mematikan ini.

Pemerintah Kabupaten Badung telah memvaksin 20.000 anjing peliharaan dan mengeliminasi sedikitnya 1.300 anjing liar di seluruh Badung. Vaksinasi tahap kedua akan digelar mulai awal Maret mendatang.

Kepala Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Badung I Made Badra,di Denpasar, Jumat (20/2), mengungkapkan, aparat bersama masyarakat terus menyisir desa di kawasan Badung, terutama di Kecamatan Kuta Selatan dan Kuta, memastikan jumlah anjing liar mendekati nol.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengakui, Indonesia belum berhasil mengeradikasi penyakit yang sumber penularannya dari binatang (zoonosis) itu.

Dalam lima tahun terakhir, rata-rata jumlah penduduk yang digigit anjing lebih dari 15.000 orang di 24 provinsi di Tanah Air. Jumlah penderita rabies ratusan orang per tahun dan sebagian besar meninggal dunia.

Tahun 2008, jumlah kasus gigitan anjing 14.106 orang, 9.565 orang mendapat vaksin serta obat-obatan, penderita rabies 85 orang. "Di Bali, lebih dari 1.700 kasus orang digigit anjing beberapa bulan ini," kata Tjandra.

Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor I Wayan T Wibawan memaparkan, meluasnya rabies ini disebabkan tidak terkendalinya populasi anjing liar.

"Ini terjadi karena lemahnya sistem deteksi dini dan evaluasi periodik," kata Wibawan. Di Indonesia mayoritas kasus rabies ditularkan oleh anjing. Rabies juga dapat ditularkan kucing, kelelawar, musang, dan kera.

"Survei serologi untuk mengetahui antibodi pada hewan yang menjadi sumber penularan seharusnya dilakukan periodik. Sayang ini tidak dilakukan karena belum prioritas pemerintah," ujarnya.

Pengamat masalah kesehatan hewan, Mangku Sitepu, menilai ada beberapa faktor yang mendorong meluasnya penyebaran rabies di Indonesia. Salah satunya adalah lemahnya pengendalian sumber penularan.

Di Bali, misalnya, penyebaran rabies terjadi karena masuknya anjing-anjing ras ke sana. Mobilitas penduduk ikut mendorong penyebaran rabies misalnya kedatangan nelayan dari Nusa Tenggara Timur yang endemik rabies ke Bali dengan membawa anjing.

Menurut Mangku, belakangan ini Bali makin terbuka terhadap migrasi anjing-anjing dari berbagai tempat. "Dulu anjing- anjing ras tidak boleh masuk. Sekarang penyelundupan anjing ras banyak," katanya.

Ia mengatakan, seharusnya semua anjing di daerah endemik divaksinasi antirabies. Anjing yang habis menggigit orang harus segera dibawa ke dokter hewan, diperiksa apakah terjangkit rabies atau tidak. Petugas perlu memantau anjing itu karena hewan yang rabies biasanya sakit dan mati dalam dua pekan setelah terinfeksi.

Sulit diobati

Pada manusia, rabies mengancam keselamatan jiwa penderita. Sebagian besar yang terinfeksi meninggal dunia. Angkanya 90 persen. Demikian kata Prof Herdiman Pohan, Staf Divisi Penyakit Infeksi dan Tropik Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Penyakit ini disebabkan virus rabies yang akibatkan gangguan pada susunan saraf pusat. Masa inkubasi dari satu hari sampai satu tahun. Bila luka gigitan berada di leher dan kepala, serangan kian akut. Gejalanya, demam tinggi, kejang-kejang otot, mulut berbusa, fotopobia atau takut cahaya, tingkat kesadaran menurun, dan berteriak-teriak.

Cara efektif mencegah penularan adalah menghindari gigitan anjing. Selain itu, ada vaksin untuk membentuk antibodi terhadap virus itu. Masalahnya, vaksin itu juga bisa menimbulkan efek samping berupa meningitis dan gejala seperti rabies.

Bila terkena gigitan anjing, seseorang dianjurkan segera ke rumah sakit. Luka bekas gigitan dibersihkan dengan sabun. Pemberian obat merah atau yodium tincture tak bermanfaat karena virus telah masuk dalam darah.

Jika baru terkena gigitan, pemberian vaksin antirabies diharapkan bisa membentuk antibodi yang bisa mengalahkan virus agar tidak menyebar ke saraf otak. Bila sudah parah, vaksinasi mempercepat perburukan pada pasien.

Penderita harus diisolasi karena bisa menularkan. "Belum ada obat yang bisa membunuh virus itu. Yang bisa dilakukan, mengobati gejalanya misal, memberi obat antikejang, obat mengatasi infeksi sekunder, dan obat penenang," kata Herdiman. (EVY/BEN)

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/02/21/00354189/susahnya.menjinakkan.anjing.gila

Travel Notices - CDC Travelers' Health

MANTAN-MANTAN KEPALA KKP MEDAN