SELAMAT DATANG Dr. JEFRI SITORUS, M.Kes semoga sukses memimpin KKP Kelas I Medan------------------------ Kami Mengabdikan diri Bagi Nusa dan Bangsa untuk memutus mata rantai penularan penyakit Antar Negara di Pintu Masuk Negara (Pelabuhan Laut, Bandar Udara dan Pos Lintas Batas Darat=PLBD) ------

Disease Outbreak News

Wednesday, September 24, 2008

Waspadai Produk Makanan China

Masuk RI Lewat Jalan Cincai

Jakarta - Produk makanan olahan dari China sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Makanan seperti manisan, dodol dan permen misalnya. Produk-produk itu telah masuk di Indonesia sejak ratusan tahun lalu

Karena hubungan dagang yang cukup lama antara Indonesia dan China, tak heran bila produk asal negeri tirai bambu tersebut membanjiri pasar ritel Indonesia. "Dibanding negara-negara lain, China yang paling banyak memasok produk ritelnya ke Indonesia,"kata pengamat Ritel Indonesia Handaka Santosa.
Malah belakangan, produk ritel asal China itu mulai mendesak produk ritel asal Indonesia. Pasalnya, produk-produk asal China lebih variatif dan inovatif. Di samping itu, harga produk-produk dari China harganya relatif lebih murah.
Handaka, yang merupakan bekas Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menuturkan, masyarakat banyak menggandrungi produk asal China karena harganya lebih murah dan variatif. Akhirnya, banyak produk-produk ritel dalam negeri yang kalah bersaing.
Murahnya produk-produk dari China lantaran di negeri itu, pembiayaan pabriknya lebih murah dibanding Indonesia. Untuk produk ekspornya, pengusaha China juga mendapat kredit dengan bunga yang lebih rendah.
Tapi ada faktor lain yang membuat harganya jauh lebih murah dibanding produk lokal. Penyebabnya, banyak produk China yang tidak terkena biaya. Caranya, dengan memasukan barang dengan cara selundupan. Ada juga yang masuk karena ada cincai dengan petugas.
Hasilnya, banyak produk-produk China yang tidak terdaftar di Departemen Perindustrian dan Perdagangan beredar bebas di pasaran. "Produk-produk ritel asal China banyak yang tidak terdaftar. Sehingga sangat rentan dampaknya bagi masyarakat. Karena tidak terpantau," ujar Handoko.
Selain itu, banjirnya produk ilegal ini lantaran sikap apatis aparat di seluruh pelabuhan dan bandara di Indonesia. Sebab banyak penumpang yang membawa beberapa produk dari China, dalam skala kecil, dan kemudian dijual di Indonesia. Barang-barang tentengan semacam ini banyak beredar di masyarakat tanpa melalui proses uji laboratorium.
"Harusnya petugas bandara melarang barang-barang itu masuk. Di Australia atau Singapura, kalau kedapatan membawa barang tentengan dalam jumlah besar dari luar negeri langsung dibuang dan dimusnahkan. Sehingga tidak bisa masuk ke dalam negerinya," jelasnya.
Langkah antisipasi yang dilakukan pemerintah Australia dan Singapura ini dilakukan untuk menjaga masyarakatnya dari barang-barang yang mungkin bisa membahayakan masyarakatnya.
Sedangkan di Indonesia, sejumlah produk ritel dari China banyak yang tidak terdaftar banyak beredar luas di masyarakat. Ketika produk makanan yang beredar itu disebut-sebut bisa mengganggu kesehatan, intansi terkait seperti Badan Pengawasan Obat dan makanan (BPOM) baru melakukan operasi. Padahal makanan-makanan itu sudah dikonsumsi masyarakat.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Thomas Darmawan, juga mengakui kalau banyak produk ritel asal China yang tidak terdaftar. Namun dia menolak memberikan komentar lebih jauh kenapa hal itu bisa terjadi.
"Sekarang yang jadi persoalan masalah susu yang mengandung melamine. Dan itu tidak ada di Indonesia. Jangan melebar ke masalah lain," jelas Darmawan.
Masalah lain yang dikatakan oleh Darmawan tersebut maksudnya adalah makanan-minuman olahan dari China. Alasannya, dengan mengait-ngaitkan makanan dan minuman asal China dengan susu bermelamine dampaknya akan merugikan perdagangan di Indonesia.
Saat sejumlah produk asal China yang diduga mengandung formalin dilarang edar 2007, lalu, pemerintah China China kemudian melakukan langkah balasan dengan melarang produk Indonesia terutama, produk Sea Foodnya. Sebab ikan-ikan laut dari Indonesia disebut punya kadar mercury.(ddg/iy)
Sumber : Deden Gunawan
- detikNews

Travel Notices - CDC Travelers' Health

MANTAN-MANTAN KEPALA KKP MEDAN