SELAMAT DATANG Dr. JEFRI SITORUS, M.Kes semoga sukses memimpin KKP Kelas I Medan------------------------ Kami Mengabdikan diri Bagi Nusa dan Bangsa untuk memutus mata rantai penularan penyakit Antar Negara di Pintu Masuk Negara (Pelabuhan Laut, Bandar Udara dan Pos Lintas Batas Darat=PLBD) ------

Disease Outbreak News

Thursday, December 31, 2009

Flu Babi, Virus Paling Heboh di 2009

Jakarta, Tahun 2009 menorehkan catatan kesehatan paling heboh sejagat karena munculnya virus H1N1 atau flu babi. Penetapan pandemi flu babi oleh WHO sempat membingungkan dan membuat kepanikan di seluruh dunia. Pandemi virus H1N1 terjadi di 200 negara dengan menelan korban jiwa sepanjang 2009 lebih dari 11.500 orang.
Meskipun virus ini kalah ganas dibandingkan virus H5N1 (flu burung) tapi korban yang meningal lebih banyak karena kondisi tubuh pasien yang terkena flu babi umumnya menderita penyakit lain.Pusat pengendalian dan pencegahan penyakit Amerika Serikat (CDC) mendeteksi adanya kasus flu babi pada bulan April 2009.
Dalam beberapa waktu virus H1N1 ini telah menjadi pandemi yang luas dan membuat kepanikan di sebagian besar negara bagian Amerika serta beberapa negara lain di dunia. Masker wajah dan cairan pembersih tangan habis terjual di hampir semua toko.
Berdasarkan data dari CDC, virus H1N1 ini tidak seperti virus flu musiman. Karena virus ini bisa menyebabkan kematian jika didukung oleh adanya faktor risiko lain, seperti kegemukan, adanya infeksi kedua dari bakteri atau memiliki penyakit yang dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. Virus H1N1 ini lebih banyak menyerang anak-anak dan orang dewasa muda.
Seperti dikutip dari CNN, Kamis (31/12/2009) beberapa negara sempat membuat peraturan sebagai upaya pencegahan terhadap meluasnya penyebaran virus H1N1 di negaranya. Seperti Meksiko memrintahkan semua sekolah dan kantor-kantor yang tidak terlalu penting untuk meliburkan karyawannya.
Sedangkan pemerintah Mesir memerintahkan agar semua babi disembelih, walaupun mengonsumsi daging babi tidak akan menyebarkan virus H1N1. Di beberapa negara bahkan sudah memasang alat detektor suhu tubuh di setiap bandara untuk mendeteksi orang asing yang masuk dengan suhu tubuh di atas 38,5 derajat celsius. Ini juga berlaku di Indonesia yakni di bandara Soekarno-Hatta dan bandara Ngurah Rai, Bali.Pada bulan Juni 2009, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengeluarkan penyataan waspada dengan tingkat tertinggi. Hal ini didasarkan pada virus H1N1 yang telah menyebar ke beberapa negara di dunia dan dianggap sebagai pandemi global.
Suatu penyakit disebut mengalami pandemi global jika terjadi hampir di seluruh negara di dunia dan merupakan jenis penyakit terbaru sehingga tubuh manusia belum memiliki daya tahan untuk melawannya.
Tapi kepanikan yang terjadi ini sempat mereda setelah badan kesehatan menentukan bahwa virus H1N1 tidak lebih berbahaya dibandingkan dengan virus flu biasa. Banyaknya orang yang meninggal akibat memiliki faktor risiko lain yang dapat memperberat penyakitnya. Diperkirakan sekitar 95 persen pasien virus H1N1 bisa sembuh dengan sendirinya.
Virus H1N1 baru dinyatakan masuk ke Indonesia pada bulan Juni 2009, setelah 2 orang pasien dinyatakan terinfeksi virus H1N1. Kedua pasien tersebut dirawat di RSPI Sulianti Saroso dan RS Sanglah Denpasar, Bali.
Saat ini telah dibuat vaksin untuk mencegah penyebaran virus H1N1, WHO sendiri mengungkapkan bahwa persediaan vaksin ini masih berlebih dan ada kemungkinan bisa diberikan ke beberapa negara berkembang. Selain itu, salah satu cara pencegahan virus H1N1 yang paling efektif adalah dengan melakukan pola hidup sehat serta rajin mencuci tangan dengan menggunakan sabun.
Tapi kepala organisasi kesehatan dunia (WHO) memperingatkan seluruh dunia bahwa pandemi ini belum berakhir, karena virus H1N1 masih bisa bermutasi. Ditambahkannya masih terlalu cepat dan dini untuk mengatakan bahwa pandemi virus influenza ini telah benar-benar berakhir. Karena para ahli masih harus terus memantau pandemi ini selama 6 sampai 12 bulan ke depan untuk melihat apakah virus ini bisa bermutasi menjadi jenis (strain) yang lebih berbahaya atau tidak.
Sumber : Vera Farah Bararah - detikHealth

Wednesday, December 30, 2009

WHO: Pendemi Flu Babi Belum Tamat, Virus Bisa Bermutasi

Jakarta, Pandemi virus H1N1 (swine flu) yang terjadi di tahun 2009 telah menimbulkan banyak korban. Tapi kepala organisasi kesehatan dunia (WHO) memperingatkan seluruh dunia bahwa pandemi ini belum berakhir, karena virus H1N1 masih bisa bermutasi.

Direktur WHO Dr Margaret Chan mengungkapkan sampai saat ini masih menjadi hal yang penting untuk tetap berjaga-jaga terhadap virus H1N1, meskipun tanda-tanda puncak dari penyakit ini berada di Amerika Utara dan negara bagian Eropa.

"Virus H1N1 ini masih aktif di beberapa negara termasuk India dan Mesir. Diperkirakan lebih dari 11.500 orang meninggal dan 200 negara terkena pandemi flu babi," ujar Dr Chan, seperti dikutip dari BBC, Rabu (30/12/2009).

Ditambahkannya masih terlalu cepat dan dini untuk mengatakan bahwa pandemi virus influenza ini telah benar-benar berakhir. Karena para ahli masih harus terus memantau pandemi ini selama 6 sampai 12 bulan ke depan untuk melihat apakah virus ini bisa bermutasi menjadi jenis (strain) yang lebih berbahaya atau tidak.

Diperlukan waktu setidaknya 2 tahun untuk mengetahui apakah pandemi ini sudah benar-benar berakhir atau tidak. "Kami akan terus mengawasi virus ini dengan lebih tajam seperti mata elang, meskipun kami beruntung karena pandemi yang terjadi sudah lebih ringan dibandingkan dengan apa yang kami perkirakan," ungkapnya.

Jutaan orang diyakini telah benar-benar pulih setelah tertular virus H1N1 dengan menunjukkan beberapa gejala, dan juga permintaan vaksinasi flu babi di beberapa negara Eropa sudah lebih rendah dari sebelumnya. Kini WHO akan menyelidiki apakah vaksin yang berlebih ini bisa dikirim ke negara-negara berkembang.

Dr Chan mengatakan meskipun saat ini beberapa negara telah siap untuk menghadapi wabah penyakit yang terjadi secara global, tapi orang-orang masih harus waspada terhadap bahaya dari virus H5N1 (flu burung).

"Virus flu burung ini jika bermutasi bisa bersifat lebih toksik (beracun) serta mematikan daripada flu babi, tapi banyak negara yang tidak siap dengan adanya wabah virus ini. Lebih tepatnya dunia belum siap untuk menghadapi pandemi yang disebabkan oleh virus H5N1 (flu burung)," ungkap Dr Chan.

Sumber : Vera Farah Bararah - detikHealth (ver/ir)

WHO chief: A/H1N1 pandemic still going on

GENEVA, Dec. 29 (Xinhua) -- The A/H1N1 pandemic is still continuing and it's too early to declare a victory over the disease, World Health Organization Director-General Margaret Chan said Tuesday.

"It is too soon to say that we have passed the peak of the H1N1flu pandemic on a worldwide scale... Winter is still long," Chan told the Swiss newspaper Le Temps in an interview.

Although the pandemic has reached its peak in some nations in the northern hemisphere, such as the United States and Canada, that is not the case with all countries, she said.

"I think we must remain prudent and observe the evolution of the pandemic in the course of the next six to 12 months before crying victory," she added.

At least 11,516 people worldwide have been killed by the A/H1N1influenza since the disease first emerged in April, the WHO said last week.

The reported number of fatal cases probably has been underestimated because many deaths were never tested or recognized as influenza related, the WHO said.

Inilah Prioritas Pembangunan Sektor Kesehatan 2010-2014

JAKARTA, KOMPAS.com — Pembangunan sektor kesehatan tahun 2010-2014 diprioritaskan pada peningkatan kesehatan ibu, bayi, dan balita; perbaikan status gizi; pengendalian penyakit menular dan tak menular; serta penyehatan lingkungan.
"Salah satu program yang jadi prioritas pembangunan kesehatan adalah revitalisasi posyandu," ucap Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (29/12/2009).
Hari ini, ibu negara Ani Yudhoyono didampingi Menkes mengunjungi Posyandu Matahari II RW 10, Kelurahan Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur. Dalam kunjungan, ibu negara memberikan arahan kepada kader posyandu.
Selain prioritas di atas, prioritas pembangunan kesehatan lain yaitu pengembangan sumber daya manusia, peningkatan ketersediaan, keterjangkauan dan pemerataan mutu obat, serta pengawasan obat dan makanan.

Selain itu, ada pula pengembangan sistem Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). "Penanggulangan bencana dan krisis kesehatan," ucap Menkes.Perkembangan posyandu, menurut Menkes, menunjukkan peningkatan.
'Jumlah posyandu di seluruh Indonesia pada tahun 2004 sekitar 232.000 unit atau naik menjadi 267.000 unit pada tahun 2007. Jumlah balita yang ditimbang meningkat dari 43 persen menjadi 75 persen.
"Angka kematian ibu turun menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup," paparnya.
Sumber : Antara Online

Wednesday, December 23, 2009

Gawat, Virus Flu Burung di Indonesia Sudah Bermutasi

Jakarta, Virus Avian Influenza H5N1 (flu burung) telah ada di di Indonesia lebih dari lima tahun. Belum selesai penanganannya, sudah muncul virus baru H1N1 (flu babi) yang menimbulkan pandemik.

Alhasil, Avian Influenza mulai terlupakan. Padahal tanpa banyak orang tahu, telah terjadi mutasi pada virus flu burung di Indonesia. Menariknya adalah virus yang mengalami mutasi berasal dari unggas yang rutin diberi vaksin.

Dengan adanya mutasi ini ditakutkan efek dan penanganannya harus berbeda lagi pada manusia. Penanganan vaksin sebelumnya sudah terbukti tidak mempan lagi pada unggas.

Hal tersebut dipaparkan oleh drh. Ni Luh Putu Indi Dharmayanti, MSi dalam sidang disertasinya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ketika ditemui detikhealth, Selasa (22/12/2009), di FKUI Salemba Jakarta.

Menurut dokter hewan yang meraih gelar doktornya dengan IPK 3,97 tersebut, jika Indonesia masih menggunakan strategi vaksin lama untuk menangani flu burung maka harus ada evaluasi dan up date vaksin tersebut secara rutin minimal setiap 2 tahun sekali.

"Kebijakan pemerintah harus dievaluasi terutama di sektor peternakan karena dari sektor itulah virus berasal dan bermutasi," kata doktor kelahiran Banyuwangi 1972. Indi saat ini bekerja sebagai peneliti muda di Departemen Virologi Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor.

Dalam studinya, Indi mengisolasi 20 virus Avian Influenza (AI) subtipe H5N1 asal unggas yang berasal dari tahun 2003 hingga 2008, baik yang sudah divaksin maupun yang belum divaksin.

Hasil isolasi tersebut menunjukkan bahwa unggas yang divaksin justru mengalami mutasi sekitar 6-7 persen setiap tahunnya. Studi yang dilakukan Dr Indi juga menunjukkan 62,58 persen virus AI asal Indonesia mengalami mutasi pada proteinnya.

Virus-virus AI yang muncul pada tahun 2007-2008 pun diketahui lebih resisten terhadap amantadin dibanding virus pada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan vaksin yang ada di Indonesia selama ini kurang tepat.

"Kebijakan pemerintah Indonesia yang menggunakan vaksin isolat lokal kemudian beralih menjadi H5N2 dalam menanggulangi AI pada unggas sebaiknya dikaji ulang," kritik doktor yang pernah mendapatkan penghargaan dari Microbiology Indonesia Society sebagai The 2nd Best Paper Award 2009.

Penggunaan vaksinasi sebagai salah satu dari sembilan strategi pengendalian penyakit flu burung di sektor peternakan ternyata menghadapi berbagai kendala. Konsekuensinya adalah risiko munculnya virus baru karena tekanan imunologis akibat vaksinasi.

Diharapkan dengan adanya studi ini, pemerintah bisa lebih perhatian lagi terhadap monitoring dan update vaksin Avian Influenza. Karena jika terus bermutasi kemungkinan akan menghasilkan virus yang lebih ganas dan menelan korban jiwa yang tidak sedikit.

"Para pengambil kebijakan di atas sebaiknya mendengarkan ilmuwan dan jangan banyak bermain politik saja. Saya tahu jatuh bangunnya istri saya dalam menyelesaikan studi ini. Tapi saya bangga karena istri saya bisa memberi sesuatu yang sangat bermanfaat untuk Indonesia," kata sang suami yang merupakan sarjana peternakan, Sutanto Arso Birowo, SPt.

Indi yang juga seorang ibu dari satu orang anak ini mendapatkan hadiah gelar doktornya tepat di hari ibu. Prestasi yang ia capai menandakan bahwa seorang ibu selain bisa mengurus suami dan anak-anaknya, juga bisa menyumbangkan ilmunya untuk kemajuan bangsa dan negara.(fah/ir)

Sumber : Nurul Ulfah - detikHealth

Monday, December 21, 2009

WHO says pandemic not over yet, monitoring to continue

GENEVA, Dec. (Xinhua) -- The A/H1N1 pandemic was not over yet and it remained uncertain how the situation would evolve in the next few months, the World Health Orgnization (WHO) warned on Thursday.

"At this time we believe it is still too early to say that the pandemic is over. We are monitoring the situation carefully," said Dr Keiji Fukuda, the WHO's special adviser on pandemic influenza.

Addressing a telephone press conference, Fukuda said high levels of pandemic activity or infections were still continuing in many different countries, including France, Switzerland, Russia and Kazakstan.

He said the pandemic activity had clearly peaked and was on the way down in North America and some parts of Europe, but the peaking had occurred "extraordinarily early".

It remained unknown whether a new wave of infections would occur in the later winter or early spring months, he said.

"The pandemic is really a global event. The WHO will continue to monitor the situation in all parts of the world," Fukuda said.

He added that the WHO would continue to provide all possible support to countries that were particularly vulnerable in the face of pandemic infections.

Source : www.chinaview.cn

 

Tuesday, December 15, 2009

Yankes Haji Alami Kemajuan yang Signifikan

14 Dec 2009
Sampai hari ke – 52 (12/12/09) pelayanan kesehatan ibadah haji, mengalami kemajuan yang signifikan. Kemajuan itu dapat dilihat menurunnya kematian jemaah haji dan menurunnya kejadian luar biasa (KLB). Jumlah jamaah haji Indonesia yang wafat sebanyak 251 orang atau turun 39,81% pada periode yang sama dibandingkan tahun lalu sebanyak 417 orang. Kasus kejadian luar biasa (KLB) penyakit juga menurun dari 8 kasus pada tahun lalu menjadi 1 kasus pada tahun ini.

Sampai hari ke – 52 (12/12/09) pelayanan kesehatan ibadah haji, mengalami kemajuan yang signifikan. Kemajuan itu dapat dilihat menurunnya kematian jemaah haji dan menurunnya kejadian luar biasa (KLB). Jumlah jamaah haji Indonesia yang wafat sebanyak 251 orang atau turun 39,81% pada periode yang sama dibandingkan tahun lalu sebanyak 417 orang. Kasus kejadian luar biasa (KLB) penyakit juga menurun dari 8 kasus pada tahun lalu menjadi 1 kasus pada tahun ini.

Hal itu disampaikan Sesjen Depkes yang juga Ketua Tim Wasdal Yankes Haji 1430 H/2009, dr Sjafii Ahmad, MPH, tentang perkembangan penyelenggaraan pelayanan kesehatan haji sampai hari ke-52 tanggal 12 Desember 2009.

Menurut indikator WHO, menurunnya kematian dan KLB dalam situasi matra seperti dalam penyelenggaraan ibadah haji menunjukkan adanya perbaikan yang signifikan dalam pelayanan kesehatan haji.

Membaiknya indikator kesehatan, tambah Sesjen Depkes tidak terlepas dari kerja sama dan kerja keras semua pihak yang terkait dalam penyelenggaraan ibadah haji mulai dari Puskesmas, Pemkab/Kota, Pemprov, petugas di embarkasi/debarkasi, petugas Kloter maupun non Kloter, Departemen Agama, Deplu serta Pemerintah Arab Saudi.

Selain itu, juga kerja sama antar jemaah dengan petugas kesehatan di lapangan mulai sebelum keberangkatan, dalam perjalanan, selama di Arab Saudi sampai kepulangan jemaah ke tanah air.

Dari data itu, tercatat 195 orang jamaah haji Indonesia meninggal dunia di Makkah, 26 orang di Madinah, 12 orang di Mina, 12 orang di Jeddah, 3 orang di Arafah dan 3 orang di perjalanan. Dari jumlah itu, 140 orang jamaah yang meninggal adalah pria dan 111 orang wanita.

Para jamaah haji yang wafat ini, 82 orang di sejumlah Rumah Sakit Arab Saudi, 66 orang di pemondokan, 57 orang meninggal dunia di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI), 18 orang di perjalanan, 12 orang di sektor BPHI, 8 orang di mesjid, 7 orang di bandara dan satu orang di pesawat.


Jenis Kelamin

Berdasarkan Usia

Penyebab Kematian

Laki-2 : 140

Wanita : 111

<>

40 – 49 : 25

50 – 59 : 50

> 60 : 174

1. Penyakit sistem sirkulasi

156

2. Penyakit sistem pernapasan

80

3. Penyakit gangguan mental dan perilaku

5

4. Penyakit infeksi dan parasit

2

5. Penyakit sistem syaraf

2

6. Penyakit sistem genitourinaty

2

7. Penyakit sistem otot dan jaringan

1

8. Penyakit sistem pencernaan

1

9. Endokrin nutrisi dan mental

1

10. Penyakit darah dan organ pembuluh darah

1


Sumber : www.depkes.go.id

Friday, December 11, 2009

Flu Babi Tewaskan Puluhan Ribu Orang di AS

CHICAGO--MI: Wabah flu babi telah menewaskan 10 ribu orang Amerika, termasuk 1.100 anak kecil dan 7.500 orang dewasa. Penyakit ini menyerang dari dari enam orang di Amerika Serikat sejak muncul April lalu.

"Apa yang telah kami saksikan selama berbulan-bulan ialah ini adalah flu yang jauh lebih berat bagi orang yang lebih muda," kata Dr. Thosmas Frieden, Direktur Pusat Pencegahan dan Pemantauan Penyakit AS (CDC), Kamis (10/12).

Ia memperkirakan antara April dan November, terdapat hampir 50 juta kasus influenza H1N1 di Amerika Serikat, kebanyakan pada orang dewasa muda dan anak-anak. Ada lebih dari dua kali lipat perkiraan CDC pada November mengenai 22 juta orang Amerika.

Frieden mengatakan lebih dari 200 ribu orang Amerika telah dirawat di rumah sakit. "15 persen dari seluruh orang di negeri ini telah tertular influenza H1N1, atau sekitar satu dalam enam orang. Itu masih membuat kebanyakan orang masih tak tertular dan tetap rentan terhadap influenza H1N1," katanya.

Ia mengatakan pasokan vaksin H1N1 terus bertambah. 85 juta dosis vaksin telah tersedia untuk dibagikan sejauh ini, sementara 12 juta dosis lagi ditambahkan pekan ini. Jumlah itu naik dari 73 juta dolsis satu pekan lalu, tapi masih kurang jauh daripada yang telah diharapkan sampai pekan ini.

Meskipun begitu, Frieden mengatakan pasokan vaksin telah cukup tersedia sehingga negara bagian mulai dapat membagikan vaksin tersebut kepada masyarakat umum. Ia mendesak masyarakat agar tidak merasa puas dan tetap meminta vaksin, meskipun ada laporan bahwa gelombang influenza H1N1 saat mulai reda.

"Ini tetap menjadi jendela kesempatan yang baik untuk diberi vaksin," katanya. "Vaksinasi tetap menjadi tindakan yang paling penting yang dapat anda lakukan untuk melindungi diri anda dan keluarga anda dari influenza H1N1," jelasnya. (Ant/OL-06)

Sumber : Media Indonesia OL

Thursday, December 10, 2009

Kematian Jemaah Haji Turun 35,77 %

Sampai hari ke – 46 (7/12/09) penyelenggaraan ibadah haji, jumlah jamaah haji Indonesia yang wafat (meninggal dunia ) sebanyak 210 orang. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun tahun 2008 atau musim haji 1429 hijriah, angkanya menurun 35,77 % , yaitu dari 327 orang. Menurunnya angka kematian jemaah haji merupakan indikator semakin baiknya pelayanan kesehatan.

Demikian laporan yang diterima Pusat Komunikasi Publik dari laporan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Departemen Agama Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja Makkah, Senin (7/12/2009) pukul 10.00 Waktu Arab Saudi.

Dari data itu, tercatat 163 orang jamaah haji Indonesia meninggal dunia di Makkah, 23 orang di Madinah, 12 orang di Mina, 7 orang di Jeddah, 3 orang di Arafah dan 2 orang di perjalanan. Dari jumlah itu, 119 orang jamaah yang meninggal adalah pria dan 91 orang wanita. Berdasarkan umur, kurang 40 tahun 1 orang, usia 40-49 tahun 21 orang, usia 50-59 tahun 43 orang dan usia diatas usia 60 tahun 145 orang.

Para jamaah haji yang wafat ini, 68 orang di sejumlah Rumah Sakit Arab Saudi, 53 orang di pemondokan, 48 orang meninggal dunia di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI), 17 orang di perjalanan, 9 orang di sektor BPHI, 8 orang di mesjid, 6 orang di bandara dan satu orang di pesawat.

Penyebab kematian terbanyak adalah penyakit Infeksi dan parasit, disusul penyakit neoplasma, penyakit darah dan organ pembuluh darah, penyakit endokrin nutrisi dan penyakit gangguan mental dan perilaku.

Tahun ini jumlah jemaah haji Indonesia mencapai 209.819 orang. Dari jumlah itu, sudah 31.295 jemaah haji Indonesia pulang ke tanah air.

Sumber : http://www.depkes.go.id


WHO: Rokok Membunuh 5 Juta Orang Tiap Tahun

KOMPAS.com — Sudah jelas tembakau bukan sahabat kita. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam pernyataannya, Rabu(09/12/2009), menyatakan, setiap tahunnya 5 juta orang meninggal akibat rokok. Angka ini akan terus bertambah bila pemimpin negara belum punya kemauan melindungi rakyatnya dari bahaya rokok.

Dalam laporan terbaru mengenai penggunaan dan pengendalian tembakau, PBB mengatakan, hampir 95 persen dari populasi global tidak terlindungi oleh Undang-Undang Pelarangan Rokok. WHO juga menyebutkan, lebih dari 600.000 perokok pasif meninggal tiap tahunnya.

Laporan tersebut menyebutkan berbagai strategi yang bisa diambil oleh pembuat kebijakan di tiap negara untuk menekan jumlah perokok, misalnya meregulasi produksi, promosi, dan pemasaran rokok serta meningkatkan pajak produk rokok. Langkah-langkah itu termasuk dalam enam paket strategi yang dikeluarkan WHO tahun lalu, tetapi kurang dari 10 persen dari populasi dunia yang terlindungi dari bahaya rokok.

"Masyarakat butuh tindakan lebih, bukan hanya diberi tahu bahwa rokok berbahaya untuk kesehatan. Mereka butuh implentasi nyata dari WHO Framework Convention yang dilakukan oleh pemerintahnya masing-masing," kata Douglas Bettcher, Direktur WHO Tobacco-Free Initiative.

Saat ini tembakau adalah penyebab utama kematian yang dapat dicegah di dunia. WHO memperkirakan bila masih banyak negara yang tidak mengambil tindakan drastis, 8 miliar orang akan mati karena penyakit-penyakit yang berkaitan dengan tembakau pada 2030, terutama penduduk dari negara berkembang.

Sumber : http://kesehatan.kompas.com/

Logam Berat Picu Gangguan Mental

KOMPAS.com - Akumulasi logam berat dalam tubuh manusia akan menimbulkan berbagai dampak yang membahayakan kesehatan, salah satunya adalah depresi dan serangan panik (panic disorder).

Para ahli menganalisa informasi dari hasil survei National Health and Nutrition Examination, Amerika Serikat tahun 1997-2004, yang melibatkan 1.987 orang dewasa berusia 20-39 tahun. Dari seluruh responden, 6,7 persen menderita depresi mayor, sebanyak 2,2 persen memiliki gejala serangan panik, dan 2,4 persen mengalami gejala kecemasan. Setelah diteliti, jumlah logam berat dalam darah mereka mencapai 1,61 mikrogram per desiliter.

Sebanyak 20 persen dari responden yang memiliki kadar timbal atau logam berat cukup tinggi (2,11 mikrogram per desiliter) risikonya mengalami depresi dua kali lebih tinggi. Mereka juga lima kali berisiko menderita serangan panik dibanding dengan responden yang kadar timbalnya lebih rendah (0,7 mikrogram per desiliter).

"Pencemaran logam berat mungkin berkontribusi pada terjadinya gangguan mental, bahkan meski kadar pencemarannya masih tergolong rendah atau tidak berisiko," kata Maryse F.Bouchard peneliti dari Universitas Monteral dan Harvard School of Public Health. Para ahli menduga, logam berat mungkin menimbulkan gangguan pada otak yang menimbulkan gangguan mental.

Sebelumnya berbagai penelitian telah mengingatkan bahaya logam berat bagi kesehatan, di antaranya adalah kerapuhan tulang, rusaknya kelenjar reproduksi, kanker, kerusakan otak, serta keracunan akut pada sistem saraf pusat.

Udara yang tercemar juga akan menyebabkan penyakit saluran pernapasan akut, hipertensi, terganggunya fungsi ginjal, menurunnya kecerdasan anak, serta risiko keguguran pada ibu hamil.

  • Sumber : http://kesehatan.kompas.com/healthconcerns

Thursday, December 3, 2009

China reports fast rise of A/H1N1 flu deaths

BEIJING, Dec. 2 (Xinhua) -- The Chinese mainland saw a faster increase of deaths from the A/H1N1 influenza in the past weeks, according to the Ministry of Health.

A total of 74 deaths were reported in the week from Nov. 23 to 29, said a notice issued on the ministry's website Wednesday. Reported deaths in the previous two weeks were 28 and 51 respectively.

About 91 percent of all the flu cases reported last week were of the A/H1N1 strain, compared with 89.8 percent in the previous week, the notice said.

The ministry advised the public to keep warm in the cold weather, wash hands frequently and keep rooms ventilated.

As of Monday, more than 27 million people nationwide had been inoculated with China-made A/H1N1 vaccine, according to the ministry.

Four deaths had been reported after vaccination and three had been confirmed irrelevant to the vaccines, while cause of the other is not clear yet, the ministry said.

Source : www.chinaview.cn

Monday, November 30, 2009

WHO: Korban Flu H1N1 Sudah 7.826 Orang

Jenewa (ANTARA News/Xinhua-OANA) - Sedikitnya 7.826 orang di seluruh dunia tewas karena influenza A/H1N1 sejak virus flu baru itu ditemukan April lalu, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam pembaruan data terakhirnya Jumat.
Dari semua korban tewas itu, 5.360 orang terjadi Amerika, 738 di Asia Timur Laut dan paling tidak 650 orang di Eropa.Tiga kawasan WHO lainnya, yakni Pasifik Barat, Laut Tengah Timur dan Afrika masing-masing dilaporkan 644, 330 dan 104 orang menemui ajal karena virus yang juga dikenal sebagai flu babi itu.
WHO, yang mengumumkan flu A/H1N1 sebagai wabah pada Juni lalu, mengatakan bahwa sejauh ini lebih dari 207 negara dan kawasan luar negeri atau masyarakat telah melaporkan kasus yang telah dikonfirmasikan laboratorium , mencapai total lebih dari 622.482 jiwa.
Namun kasus ini masih dianggap jauh lebih rendah dibanding jumlah kasus yang sebenarnya terjadi, karena banyak negara berhenti melakukan pengujian dan pelaporan kasus perorangan di negerinya.
Pada saat ini, aktivitas wabah masih tinggi terutama di sebagian besar negara di belahan bumi utara, namun mulai rendah di belahan bumi selatan, kata WHO.
Namun ada tanda-tanda bahwa aktivitas penyakit itu memuncak di Amerika Serikat, dan jumlahnya terbatas di negara-negara Eropa. "Tapi secara keseluruhan hingga kini, pihaknya masih terlalu dini untuk mengatakan apakah kita menyaksikan puncak aktivitas virus itu di belahan bumi utara," menurut Dr. Keiji Fukuda, pakar flu terkenal WHO.
"Kami perkirakan aktivitas virus itu terus berlanjut setidaknya beberapa pekan di belahan bumi utara, sebelum kita saksikan penurunannya," kata Fukuda kepada para wartawan Kamis lalu.

Anjing Juga Terserang Flu Babi

Beijing - Flu babi ternyata tidak hanya menjangkiti manusia maupun babi. Anjing pun ternyata dapat terserang penyakit mematikan tersebut.

"Virus flu babi 99 persen identik terdeteksi pada dua anjing yang juga beredar pada tubuh manusia," demikan berita yang dilansir oleh news.com.au seperti dikutip dari kantor berita AFP, Senin (30/11/2009).

Menurut Informasi yang diperoleh dari petugas peternakan di Beijing China, anjing tersebut terkena virus setelah sebelumnya melakukan kontak dengan manusia yang terjangkit virus flu babi. Kemudian anjing yang terkena virus flu babi tersebut menularkan pada anjing yang berada di dekatnya.

"Anjing juga dapat membuat anjing yang ada di dekatnya terjangkit virus flu babi setelah dia terkena virus flu babi," terang seorang petugas kesehatan di China.

Sepuluh hari sebelumnya, dikabarkan empat ekor babi di Propinsi Heilongjiang, China didiagnosa terkena virus flu babi. Selain itu di sejumlah negara di benua Amerika juga melaporkan adanya hewan yang terjangkit virus flu babi.

Seperti di kawasan, Iowa Amerika Serikat seorang kucing dikabarkan terkena virus flu babi. Kejadian ini merupakan hal baru yang ada didunia, dimana virus flu babi menjangkiti populitas hewan sejenis kucing.

Sumber : http://m.detik.com

Saturday, November 28, 2009

Mutasi Virus Flu Babi Menyebar Luas

PARIS--MI: Pejabat Kementerian Kesehatan Prancis menyatakan mutasi virus flu babi menyebar di Eropa. Sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan kenaikan kematian akibat penyakit itu lebih dari 1.000 dalam satu pekan.

Dua pasien yang terinfeksi virus yang bermutasi yang baru-baru ini juga dideteksi di Norwegia telah meninggal di Prancis, kata Lembaga Pengawasan Kesehatan pemerintah (InVS) dalam satu pernyataan.

"Mutasi ini dapat meningkatkan kemampuan virus tersebut guna mempengaruhi saluran pernafasan dan, terutama, jaringan paru-paru," demikian antara lain isi pernyataan itu. "... Salah seorang pasien ini, mutasi ini disertai oleh mutasi lain yang diketahui memberi perlawanan terhadap oseltamivir," katanya.

Pernyataan tersebut merujuk kepada obat utama yang kini digunakan untuk mengobati flu babi A/H1N1, dengan menggunakan nama Tamiflu.

Kasus tersebut adalah rangkaian pertama virus yang tahan obat yang ditemukan di Prancis di antara 1.200 rangkaian yang telah dianalisis para ahli di Paris, kata InVS, yang menambahkan, "Keefektifan vaksin yang tersedia saat ini tidak dipertanyakan."

Kedua pasien itu tak berkaitan dan telah dirawat di dua kota berbeda di Prancis, katanya.

WHO menyatakan korban tewas telah mencapai sedikitnya 7.836 di seluruh dunia sejak virus flu babi A/H1N1 pertama kali ditemukan pada April.

Jumlah kematian yang dilaporkan ke lembaga kesehatan PBB tersebut memperlihatkan kenaikan tajam di Amerika, tempat 5.360 kematian kini telah dicatat dibandingkan sebanyak 4.806 satu pekan sebelumnya.

Namun Eropa juga melaporkan peningkatan dengan sedikitnya 650 kematian, kenaikan 300 kematian atau 85 persen dari data yang dikirim satu pekan sebelumnya.

"Pertanyaannya ialah apakah mutasi ini kembali menunjukkan bahwa ada perubahan mendasar yang sedang berlangsung pada virus itu --apakah terjadi perubahan menuju kondisi yang lebih buruk dalam hal parahnya penyakit tersebut," kata Keiji Fukuda, penasihat khusus WHO mengenai wabah influenza.

"Jawabannya saat ini ialah kami tidak yakin," kata Fukuda, menyusul tersiarnya laporan dari China, Jepang, Norwegia, Ukraina dan Amerika Serikat.

Namun ia menyatakan mutasi biasa terjadi pada virus influenza. "Jika setiap mutasi dilaporkan, maka itu akan seperti melaporkan perubahan cuaca," katanya.

"Apa yang sedang kami upayakan ketika kami melihat laporan mengenai mutasi ialah mengidentifikasi apakah mutasi ini mengarah kepada beberapa jenis perubahan dalam gambaran klinik --apakah semua itu mengakibatkan penyakit yang lebih atau kurang parah?"

"Kami juga sedang berusaha melihat apakah virus ini meningkat di luar sana karena itu akan menunjukkan perubahan epidemiologi," katanya.

China, Kamis (26/11) menyatakan negara tersebut telah menemukan delapan orang yang terserang versi virus babi yang bermutasi, sementara Norwegia pekan sebelumnya, menyatakan negara itu telah mendeteksi satu kasus.

Fukuda juga mengatakan lembaga kesehatan PBB tersebut juga sedang meneliti kasus tahan terhadap Tamiflu yang dilaporkan di Inggris dan Amerika Serikat, tapi menyatakan semua itu berkaitan dengan orang yang sudah menjalani pengobatan karena penyakit lain atau yang memang memiliki
masalah kesehatan.

Oleh karena itu, badan kesehatan tersebut mempertahankan penilaiannya bahwa Tamiflu, yang dihasilkan oleh pembuat obat Swiss, Roche, tetap "efektif" sebagai obat bagi flu babi, tapi "kami memang harus berhati-hati pada orang yang sangat rentan ini".

Sumber : MediaIndonesia.com Online

Wednesday, November 25, 2009

25 Juta Meninggal akibat HIV, 60 Juta Terinfeksi

GENEVA, KOMPAS.com — Hingga saat ini, setidaknya 60 juta orang terinfeksi HIV dan 25 juta meninggal akibat kasus yang berkaitan dengan virus mematikan ini, demikian disampaikan UNAIDS dalam paparan data terbarunya, Selasa kemarin, (24/11).

Ketika program pencegahan telah membantu menekan tingkat infeksi sebesar 17 persen selama lebih dari delapan tahun, total penderita HIV terus bertambah pada 2008. Pada akhir 2008, sebanyak 33,4 juta jiwa atau lebih dari 20 persen orang menderita penyakit ini jika dibandingkan dengan tahun 2000.

"Penambahan populasi penderita HIV yang terus meningkat menggambarkan efek kombinasi dari tingginya infeksi HIV baru dan dampak dari terapi ARV," ujar UNAIDS dalam laporan tahunannya.

Sub-Sahara Afrika tetap merupakan daerah yang paling terpengaruh karena menjadi rumah bagi 67 persen atau 22,4 juta dari yang saat ini hidup dengan virus HIV. Sementara itu, di Asia Selatan dan Tenggara, ada 3,8 juta orang sudah terinfeksi, tambah UNAIDS. Angka perbandingan Eropa Timur dan Asia Tengah adalah 1,5 juta.

UNAIDS mencermati, di wilayah-wilayah ini epidemi sedang mengalami "transisi yang signifikan". Walau epidemi di Asia masih terkonsentrasi di antara kelompok berisiko tinggi, seperti pekerja seks, pengguna narkoba, dan kaum homoseks, kini mulai berekspansi ke kelompok populasi risiko rendah.

Di Eropa Timur dan Asia Tengah, epidemi ditandai terutama oleh penularan melalui pengguna narkoba. Namun, kini mulai bergeser ke penularan lewat hubungan seksual yang signifikan.

Sumber : Kompas.com Online

Penyakit Tuberkolosis Masih Jadi Ancaman

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyakit Tuberkulosis (TBC) masih terus menjadi ancaman di Indonesia. Sekitar 80.000 orang terancam meninggal setiap tahunnya karena penyakit tersebut.

Kepala Seksi Standarisasi dan Kemitraan Subdit Tuberkulosis Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan, Nadia, mengatakan, Selasa (24/11), jumlah penderita baru tuberkulosis (Tb) dalam satu tahun berdasarkan survei tahun 2004 sekitar 538.000 orang.

Angkanya diperkirakan tidak jauh berbeda dari tahun ke tahun karena tuberkulosis (Tb) sangat mudah menular dan jumlah penduduk terus meningkat, ujarnya di sela acara Workshop Nasional tentang Hak dan Kewajiban Pasien Tb.

Terlebih lagi dengan terus bertambahnya jumlah kasus HIV/AIDS. Dalam kondisi tubuh rentan, tuberkulosis menjadi ancaman utama bagi orang dengan HIV/AIDS. Sebagian besar dari mereka kemudian juga menderita tuberkulosis.

Ketua Umum Perkumpulan Pasien dan Masyarakat Peduli Tuberkulosis Indonesia (PAMALI), Retnowati WD Tuti mengatakan, stigma merupakan kendala dalam advokasi pemberantasan tuberkulosis. Penderita tuberkulosis takut dan malu sehingga enggan berobat. Apalagi orang dengan HIV/AIDS yang kemudian menderita tuberkulosis. Beban penyakit maupun stigma yang mereka tanggung lebih berat.

Sumber : Kompas.com Online

Tuesday, November 24, 2009

WHO: 33,4 Juta Orang Terinfeksi Virus AIDS

Hong Kong (ANTARA News/Reuters) - Diperkirakan 33,4 juta orang di seluruh dunia terinfeksi virus AIDS, menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Program Gabungan Perserikatan Bangsa Bangsa tentang HIV/AIDS (UNAIDS).

Angka itu berarti meningkat dari 33 juta orang yang terinfeksi AIDS pada 2007.

Namun laporan tersebut menambahkan, bahwa penambahan itu berasal dari orang-orang yang hidupnya bertahan agak lama karena mendapatkan obat-obat HIV.

"Jumlah kematian berkaitan dengan AIDS juga menurun lebih dari 10 persen dibanding lima tahun lalu, pada saat banyak orang bisa memperpanjang hidupnya dengan pengobatan," katanya.

Sumber : Antara Online

Sunday, November 22, 2009

Empat Jamaah Haji Tewas Akibat Flu Babi

Jakarta - Pemerintah Kerajaan Arab Saudi menyebutkan empat orang jemaah haji telah meninggal karena virus H1N1 (flu babi), hanya beberapa hari sebelum puncak haji yaitu wukuf di Arafah.

Empat jamaah haji itu adalah dua pria warga negara India dan Sudan, dua lainnya adalah wanita warga negara Maroko dan Nigeria. Tiga di antara mereka berusia di atas 75 tahun dan satu orang wanita berusia 17 tahun.

"Mereka tidak mendapatkan vaksin (flu babi)," ujar Juru Bicara Kementerian Kesehatan Khaled al-Marghlani seperti dilansir AFP, Minggu (22/11/2009).

Diperkirakan 2,5 juta orang muslim melakukan ibadah haji tahun ini, menjadikan peristiwa ini sebagai kumpulan manusia paling besar pasca merebaknya flu babi April lalu. Kematian jemaah haji ini adalah yang pertama kalinya di Makkah dan Madinah sejak pecahnya isu flu babi.

Sebelumnya Pemerintah Saudi menyatakan ada sekitar 20 kasus suspect flu H1N1 (flu babi) pada calon jamaah haji (calhaj) dari seluruh dunia.

Sumber : Detikcom Online

Saturday, November 21, 2009

20 Kasus Flu H1N1, Calhaj Indonesia Bebas Virus

Jakarta - Pemerintah Kerajaan Arab Saudi menyatakan ada sekitar 20 kasus suspect flu H1N1 (flu babi) pada calon jamaah haji (calhaj) di seluruh dunia. Namun Calhaj Indonesia tak termasuk di dalamnya.

"Calon jamaah haji Indonesia tidak terkena virus H1N1 tersebut," Ketua Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia (PPIH) dr Barita Sitompul, Sabtu (20/11/2009).

Namun menurut Barita, memang ada tiga calhaj Indonesia yang diduga terjangkit virus H1N1. Hal itu diketahui saat ketiganya tertangkap kamera pemindai panas tubuh di bandara debarkasi (Jeddah dan Madinah).

"Namun setelah diobservasi di Rumah Sakit King Saud Jeddah, ketiganya dinyatakan negatif," kata Barita.

Ketiga calhaj itu, lanjut Barita, hanya mengalami influensa karena kelelahan akibat panjangnya penerbangan dari tanah air menuju tanah suci.

Menteri Kesehatan Arab Saudi Dr Abdullah Al-Rabeeah seperti yang dilansir Arabnews.com mengatakan, ada dua belas orang dari 20 susfect flu H1N1 yang masih dirawat.

"Selebihnya masih diobservasi," kata Dr Abdullah Al-Rabeeah, Jum'at (19/11/2009).

Abdullah menjelaskan bahwa untuk mengantisipasi kemungkinan merebaknya wabah flu H1N1, dirnya telah menunjuk 80 konsultan.

Abdullah pun menjamin akan menyediakan 1,5 juta dosis vaksin H1N1 bagi calon jamaah haji. Abdullah pun kini tengah menyiapkan layanan kesehatan bagi calhaj.

"Kami akan lakukan tindakan antisipasi (precautionary action) untuk melindungi calhaj dari berbagai penyakit termasuk flu babi," katanya.

Saat ini Laboratorium Robotic, Kognitif dan Biometic (BCR) telah dioperasikan di Mina dan Mekkah untuk mendeteksi virus flu H1N1. Pihaknya juga telah membangun 14 Rumah Sakit di Mekkah dengan kapasitas 2.782 tempat tidur, termasuk 244 tempat tidur di ruang perawatan intensif dan 287 di ruang rawat darurat.

Tidak hanya itu, ada 35 pusat kesehatan permanen di Mekkah, sembilan pusat kesehatan selama musim haji di ruas jalan bebas hambatan Mekkah-Madinah, dan empat lagi di kawasan Masjidil Haram.

28 pusat kesehatan akan dioperasikan Mina, 46 di Padang Arafah dan 6 di Muzdalifah. Sebelumnya, pemerintah Arab Saudi melansir setidaknya ada 62 orang tewas di Arab Saudi akibat terinfeksi virus H1N1 dari sekitar 7.000 orang yang terduga terinfeksi, namun 95 persen diantara mereka dilaporkan sembuh total.

(zal/gus)

Sumber : M. Rizal Maslan - detikNews

Friday, November 20, 2009

Saudi Temukan 20 Kasus Flu Babi pada Jemaah Haji

Jakarta (ANTARA News) - Duapuluh kasus flu babi (H1N1) dilaporkan telah ditemukan di kalangan jemaah calon haji dari seluruh penjuru dunia yang berdatangan di tanah suci untuk menunaikan rukun Islam kelima sejak Oktober lalu, kata Menteri Kesehatan Arab Saudi Dr. Abdullah Al-Rabeeah seperti dikutip Arabnews.com, Jumat.

"Dua belas orang diantara mereka masih dirawat, selebihnya masih diobservasi," terangnya.

Menkes Arab itu tak menyebutkan asal kebangsaan pasien, namun ketika dikonfirmasi Ketua Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia (PPIH) dr. Barita Sitompul, dia memastikan tidak ada seorang pun calon haji Indonesia yang terbukti mengidap virus H1N1.

Dia mengaku, memang ada tiga calon haji Indonesia yang tertangkap kamera pemindai panas tubuh yang dipasang di bandara debarkasi (Jeddah dan Madinah), namun setelah diobservasi di Rumah Sakit King Saud Jeddah yang dirujuk untuk menangani kasus-kasus H1N1, ketiganya dinyatakan negatif dari infeksi penyakit pandemi itu.

Ketiganya, lanjut dr. Barita, hanya terkena influenza karena kelelahan akibat panjangnya penerbangan dari Tanah Air menuju Tanah Suci.

Menkes Arab itu selanjutnya mengatakan, untuk mengantisipasi kemugkinan merebaknya wabah flu babi khususnya pada saat musim haji, dia telah menunjuk 80 konsultan untuk menangani pusat kesehatan intensif yang dikelola pakar-pakar pengawasan penyakit menular Arab Saudi dan Amerika Serikat.

Ia juga menjamin tersedianya l,5 juta dosis vaksin H1N1 diperuntukkan bagi jemaah calon haji, dan sehari sebelumnya pihaknya melakukan koordinasi guna membahas persiapan layanan kesehatan yang akan diberikan pada calon haji.

"Kami akan melakukan tindakan antisipasi (precautionary action) untuk melindungi calon haji dari berbagai penyakit termasuk flu babi," tandasnya seraya menambahkan, sebuah laboratorium Robotic, Cognitif dan Biometic (BCR) telah dioperasikan di Mina dan Mekah untuk mendeteksi virus flu babi.

Kementerian Kesehatan Arab, lanjutnya, juga telah membangun 14 Rumah Sakit di Mekah berkapasitas 2.782 tempat tidur, termasuk 244 tempat tidur di ruang perawatan intensif dan 287 di ruang rawat darurat.

Selain itu masih ada 35 pusat kesehatan permanen di Mekah, sembilan pusat kesehatan selama musim haji di ruas jalan bebas hambatan Mekah - Madinah dan empat lagi di kawasan Masjidl Haram.

Dua puluh delapan pusat kesehatan akan dioperasikan di Mina, 46 di Padang Arafah dan enam di Muzdalifah. Lebih 2,5 juta ummat Islam sedunia diperkirakan akan "tumplek" pada acara rangkaian puncak ritual ibadah haji (Wukuf di Padang Arafah dan melontar jumrah di Mina mulai 9 - 12 Zulhijah (26-30 November).

Kementerian Arab Saudi merekrut 10.000 tenaga kesehatan termasuk 100 dokter, 60 di antaranya dokter ahli penyakit menular dari manca negara dan 147 perawat untuk menangani unit layanan darurat dan intensif di pusat-pusat kesehatan selama musim haji 1430H.

Sebanyak 62 orang tewas di Arab Saudi akibat terinfeksi virus H1N1 dari sekitar 7.000 orang yang terduga terinfeksi, namun 95 persen diantara mereka dilaporkan sembuh total.

Sumber : Antara Online

Tuesday, November 17, 2009

Vaksin H1N1 Diproduksi Tahun Depan

Selasa, 17 November 2009 | 07:33 WIB
SURABAYA, KOMPAS.com - Avian Influenza Research Centre Bio Safety Level-3 Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, meluncurkan bakal vaksin H1N1 dan H5N1, Senin (16/11) di Surabaya. Vaksin H1N1 akan mulai diproduksi November 2010 oleh PT Bio Farma.

Pada acara peluncuran, Rektor Unair Prof Fasich menyerahkan bakal vaksin (seed vaccine) H1N1 dan H5N1 kepada Wakil Presiden Boediono, yang menyerahkannya kepada Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih dan meneruskannya kepada Direktur Utama PT Bio Farma Iskandar.

Menurut Iskandar, bakal vaksin H1N1 akan diuji klinis (clinical trial) pada manusia pada Maret 2010. Produksi dan distribusi vaksin H1N1 dilakukan November 2010 untuk 20 juta dosis vaksin atau sepersepuluh jumlah penduduk Indonesia.

Karena jumlah produksi terbatas, kata Endang, vaksin diprioritaskan bagi kelompok masyarakat yang rentan terhadap avian influenza (AI), seperti perawat dan petugas laboratorium.

Vaksin H5N1 akan diproduksi sesuai kebijakan pemerintah. Jika terjadi pandemi dan pemerintah meminta produksi vaksin H5N1, PT Bio Farma akan memproduksi karena teknologi untuk produksi kedua vaksin itu sama.

Kepala Laboratorium Avian Influenza Tropical Disease Center (TDC) Unair Chaerul Anwar Nidom menjelaskan, jika terjadi mutasi virus H1N1 atau H5N1, strain virus yang digunakan sebagai bakal vaksin akan diganti. ”Keterbukaan informasi atas kejadian infeksi avian influenza sangat diperlukan,” kata Nidom.

Iskandar mengatakan, nilai proyek pengembangan laboratorium dan fasilitas produksi vaksin H1N1 dan H5N1 di Kampus C Unair, Mulyorejo, Surabaya, sekitar Rp 1,3 triliun. Fasilitas produksi berkapasitas 20 juta vaksin per tahun. Proyek dilaksanakan empat tahun, 2008-2011.

Nidom menambahkan, penelitian virus H5N1 untuk dijadikan vaksin sudah dilakukan sejak 2006. Untuk uji tantang (pengujian calon vaksin pada hewan) H5N1 menunggu sampel virus dari Departemen Kesehatan sampai 13 Agustus 2009. Saat itu TDC Unair mendapat enam tipe virus H5N1.

Penelitian H1N1 lebih mudah karena TDC Unair bisa mendapat banyak sampel virus dari klinik. Setelah diuji tantang, bakal vaksin siap diuji klinis dan mulai diproduksi massal.

Penelitian virus AI dan bakal vaksinnya dilakukan di laboratorium seluas 224 meter persegi bernama Avian Influenza Research Centre Bio Safety Level-3 (BSL-3). Selain terbesar di Asia, kata Nidom, laboratorium ini unik karena ada ruang uji coba pada 30 monyet (Maccaca fascicularis). Penelitian di laboratorium sangat komprehensif.

Peluncuran bakal vaksin ini, menurut Boediono, adalah wujud kemandirian Indonesia. Sebagai warga dunia, Indonesia harus aktif menangani serangan penyakit menular yang sangat cepat menyebar. Apalagi, sebagai negara tropis, Indonesia sangat rentan sebagai tempat berbiak strain dan mutasi virus baru.

Karena di garis depan peperangan melawan penyakit menular, lanjutnya, Indonesia punya kesempatan menguasai teknologinya. Karena itu, Indonesia sebaiknya tak menggantungkan diri pada laboratorium di luar negeri. ”Indonesia juga berkewajiban membagi pengetahuan kepada dunia sebab wabah penyakit menular adalah masalah dunia, tetapi dalam kerangka saling menguntungkan,” katanya.

Sumber : http//www.compas.com/

Monday, November 16, 2009

Penderita HIV/AIDS Tahun 2010 Capai 130.000 Orang

Bandarlampung (ANTARA News) - Jumlah penderita HIV/AIDS di seluruh kabupaten/kota di Indonesia pada 2010 diperkirakan mencapai 93 ribu sampai 130 ribu orang.

Menurut "National Trainer Care, Support and Treatment IMAI-HIV/AIDS", dr Ronald Jonathan MSc, pada seminar dua hari "Global Diseases 2nd Continuing Professional Development" di Bandarlampung, Sabtu dan Minggu, angka itu diperoleh berdasarkan perkiraan pengaduan penderita terinfeksi HIV/AIDS ke sejumlah rumah sakit, yang berjumlah tidak lebih dari sepersepuluh korban terinfeksi keseluruhan.

"Perkiraan saya, jumlah kasus terinfeksi HIV/AIDS hingga 2010 akan mencapai antara 93 ribu hingga 130 ribu kasus, dan prinsip fenomena gunung es yang berlaku mengatakan, jumlah penderita HIV/AIDS yang tampak hanyalah 5-10 persen dari jumlah keseluruhan," katanya.

Sementara itu, dia menambahkan, jumlah penderita HIV/AIDS di seluruh Indonesia sejak 1980-an hingga September 2009 yang terdata oleh Departemen Kesehatan mencapai 18.442 penderita, dengan perbandingan jumlah penderita laki-laki dan perempuan sebesar tiga berbanding satu.

"Sudah ada pergeseran pola penyebaran, kini penyeberan terbesar terjadi lewat hubungan seks, bukan lagi penggunaan jarum suntik," ujarnya.

Dia menerangkan, hampir 50 persen dari penyebaran virus HIV/AIDS terjadi melalui hubungan seksual,dan melalui jarum suntik (pada pengguna narkoba) mencapai 40,7 persen berdasarkan riset terhadap jumlah total penderita.

Sementara itu, penyebaran virus HIV/AIDS pada gay, waria dan transgender hanya mencapai 3-4 persen dari jumlah total penderita.

Rentan usia tertinggi penderita HIV/AIDS hingga saat ini masih tetap berada pada usia produktif yaitu 20-39 tahun.

Khusus untuk Provinsi Lampung, jumlah penderita HIV/AIDS di provinsi itu mencapai 188 penderita, dengan 42 orang penderita yang meninggal.

"Untuk jumlah penderita HIV/AIDS, Lampung berada pada posisi 17 dari 33 provinsi, artinya jumlah penderita di provinsi itu masih cukup banyak," kata dia.

Dia mengingatkan, penyadaran dan pendampingan terhadap penderita HIV/AIDS perlu terus ditingkatkan, agar jumlah mereka dapat diminimalkan.

"Minimal kita dapat memberikan konseling dan bimbingan terhadap mereka tentang pentingnya kesadaran untuk mau berobat secara teratur, dan menyebarkan hal itu kepada penderita lainnya," kata dia.

Khusus untuk konseling, dia mengingatkan kepada pendamping agar membicarakan langsung hal-hal tersebut dengan penderita, bukan dengan keluarganya.

"Saya ingatkan ada pola konseling yang salah, yaitu mengajak bicara keluarga penderita, karena nanti urusannya akan lebih repot, lebih baik anda langsung berbicara dengan penderita," katanya.

Sumber : Antara OL

Friday, November 13, 2009

WHO Akan Terima Jutaan Vaksin Flu Babi

PBB, New York (ANTARA News) - Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi kesehatan dunia, WHO, akan menerima sumbangan 50 juta dosis vaksin flu babi (H1N1) dari GlaxoSmithKline, salah satu raksasa perusahaan obat-obatan.

Menurut keterangan yang dilansir Markas Besar PBB di New York, Selasa waktu setempat, vaksin sumbangan itu akan disebarkan ke 95 negara berkembang yang ada dalam daftar WHO.

Namun dalam keterangan itu tidak dicantumkan negara-negara mana saja yang masuk dalam daftar 95 negara yang bisa memperoleh vaksin sumbangan GlaxoSmithKline.

Berdasarkan perjanjian antara WHO dengan pihak GlaxoSmithKline, WHO akan menerima pengiriman pertama vaksin tersebut akhir November 2009.

WHO, menurut PBB, berupaya mengamankan cukup banyak vaksin guna memenuhi kebutuhan 10 persen populasi di negara-negara berkembang.

Pekan lalu, WHO memperingatkan bahwa dunia belum mengalami puncak musim flu, yang akan terjadi antara Januari dan Februari diman pada bulan-bulan ini kasus flu babi mungkin akan bertambah.

Badan dunia itu juga menekankan bahwa kendati ada kekhawatiran tentang efek samping, vaksin tersebut masih menjadi alat terbaik dan tersedia untuk memerangi virus flu babi.

Hingga 1 November, flu babi telah menewaskan 6.000 manusia di berbagai belahan dunia. Pada saat yang sama, sudah lebih dari 482.000 kasus flu babi yang ditemukan dan dipastikan harus diperiksa laboratorium.

Sumber : Antara On line

Thursday, November 12, 2009

Peringati Hari Kesehatan Nasional ke-45, Menkes Serukan Sinergi untuk Menyehatkan Lingkungan

12 Nov 2009


Menteri Kesehatan RI dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DR. PH. mengajak seluruh jajaran kesehatan, masyarakat, sektor usaha dan komponen bangsa untuk saling bersinergi dalam meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan. Hal ini disampaikan Menkes dalam pidatonya di hadapan seluruh jajaran Departemen Kesehatan pada apel Peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-45 (12/11), yang pada tahun ini mengusung tema ”Lingkungan Sehat Rakyat Sehat”.

Menurut Menkes, kesehatan lingkungan yang ditandai dengan ketersediaan dan akses air bersih, akses sanitasi, pengendalian polusi udara dan perilaku hidup bersih dan sehat, masih menjadi tantangan yang cukup besar di bidang kesehatan. Padahal kesehatan lingkungan berkaitan erat dengan kesehatan ibu dan anak, status gizi masyarakat serta pencegahan penyakit menular, yang merupakan penentu status kesehatan masyarakat dan berdampak pada kualitas bangsa.

Mengutip hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 yang dilakukan Depkes, Menkes mengatakan bahwa 24,8% rumah tangga masih tidak menggunakan fasilitas buang air besar, dan 32,5% tidak memiliki saluran pembuangan air limbah. Sementara yang cukup positif adalah 57,7% rumah tangga di Indonesia memiliki akses air bersih dan 63,3% rumah tangga memiliki akses sanitasi yang baik.

”Dalam momentum peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-45 tahun 2009 ini, kita harus berupaya secara terus-menerus untuk melakukan peningkatan dan perbaikan dalam meningkatkan lingkungan sehat seperti yang sudah ditargetkan dalam program 100 hari bidang kesehatan. Salah satu indikator kinerja Depkes yaitu pada Januari 2010 harus mencapai sarana air minum sebanyak 1.379 lokasi dan peningkatan sanitasi di 61 lokasi. Sedangkan indikator kinerja pada tahun 2014 bidang kesehatan lingkungan yaitu tercapainya program air bersih yang menjangkau 67% penduduk dan peningkatan sanitasi dasar berkualitas baik untuk 75% penduduk. Dengan demikian, penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan karena lingkungan yang tidak sehat seperti diare, ISPA, TBC, malaria, frambusia, demam berdarah dan flu burung diharapkan akan menurun.” kata Menkes.

Menkes menambahkan, upaya peningkatan kualitas dan kesehatan lingkungan mencakup penyediaan kebutuhan akan ketersediaan air minum dan sanitasi; peningkatan perilaku higienis; pengembangan kabupaten/kota sehat; pengendalian bahan berbahaya dan logam berat; penanganan limbah rumah tangga, industri dan institusi pelayanan kesehatan, seperti Rumah Sakit dan Puskesmas serta penanganan kedaruratan lingkungan dalam situasi bencana. Upaya-upaya tersebut dan upaya membuat rakyat sehat, lanjut Menkes, tidak mungkin dilaksanakan oleh bidang kesehatan secara sendirian dan untuk itu memerlukan dukungan dan sinergi dari masyarakat, jajaran kesehatan, sektor swasta dan dunia usaha, serta berbagai komponen bangsa.

Bagi masyarakat luas, Menkes menyerukan pentingnya perilaku sehat. Menkes menyampaikan bahwa lingkungan sehat merupakan cermin perilaku sehat, yang menunjukkan kemandirian masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatannya, yang dengan dukungan pelayanan kesehatan yang bermutu dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia yang optimal.

Bagi jajaran kesehatan, Menkes menghimbau agar setiap jajaran kesehatan di lapangan memiliki prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat. ”Kita perlu mengembangkan paradigma baru di jajaran kesehatan, jika masyarakat sebelumnya ditempatkan sebagai obyek pelayanan kesehatan, saat ini mereka harus didorong dan diberdayakan untuk mampu sebagai subyek dan mampu secara mandiri dalam menjamin terpenuhinya kebutuhan kesehatan yang berkesinambungan. Jajaran kesehatan juga diharapkan dapat mengembangkan berbagai prakarsa dalam membangun lingkungan sehat dengan melibatkan masyarakat seperti kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat dan pengembangan wilayah/kawasan sehat.”

Bagi masyarakat, sektor swasta dan dunia usaha, Menkes menekankan perlunya kemitraan dalam mencegah dan menyelesaikan masalah kesehatan disamping keterlibatan provider kesehatan dan lintas sektor. Berbagai komponen bangsa diharapkan dapat membentuk aliansi-aliansi gerakan masyarakat sehat untuk berperan aktif dalam mencegah dan mengatasi berbagai masalah kesehatan, dan siap menjadi barisan terdepan sebagai modal kekuatan bangsa untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta menjadikan kualitas bangsa yang bermartabat.

Usai memimpin apel, Menkes meluncurkan Aksi Simpati Kebersihan Lingkungan di lima wilayah DKI Jakarta yang ditandai dengan pelepasan mobil pelayanan kesehatan. Selain itu, Hari Kesehatan Nasional ke-45 tahun 2009 dirayakan dengan berbagai acara hingga bulan Desember 2009 meliputi pemberian penghargaan atas pengabdian PNS di lingkungan Depkes RI, institus/perorangan yang berjasa di bidang kesehatan tingkat nasional, penyerahan secara simbolis Kartu Jamkesmas bagi Panti Jompo dan Panti Asuhan, penghargaan kompetisi jurnalistik, penghargaan lomba perpustakaan kesehatan, pameran foto, penyerahan mobil unit promosi kesehatan ke seluruh Indonesia, pameran pembangunan kesehatan, pemeriksaan kualitas air bagi masyarakat di 10 regional, dan berbagai acara yang dilaksanakan di tingkat daerah mulai dari provinsi hingga kabupaten/kota.

Sumber: http://www.depkes.go.id

Biofarma Bangun Pabrik Vaksin Flu

Kamis, 12 November 2009

BANDUNG, KOMPAS.com — Sebagai upaya kesiapsiagaan dalam menghadapi pandemik flu burung dan influenza A-H1N1, Departemen Kesehatan menunjuk PT Biofarma (Persero) untuk memproduksi vaksin bagi kedua virus tersebut. Rencananya, pembangunan fasilitas fisik dalam proyek itu dimulai pada 16 November 2009.

Selain pembangunan pabrik vaksin, PT Biofarma juga akan membangun fasilitas peternakan ayam steril seluas 5.145 meter persegi di kawasan Cisarua, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Fasilitas tersebut akan menghasilkan telur steril sebagai media penanaman bibit virus flu burung yang akan dijadikan vaksin.

Presiden Direktur PT Biofarma Iskandar mengatakan, pemerintah menganggarkan Rp 1,3 triliun untuk pembangunan dua fasilitas fisik dan riset tersebut. Proyek yang dicanangkan tahun 2008 itu ditargetkan selesai dalam empat tahun.

”Untuk pembangunan fisiknya ditargetkan rampung November 2010,” katanya seusai bertemu dengan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Rabu (11/11) di Bandung.

Iskandar menjelaskan, pembangunan fasilitas produksi vaksin tersebut didasari atas kebutuhan vaksin flu di dunia yang saat ini masih tinggi. Kapasitas produksi vaksin flu di dunia masih sekitar 300 juta dosis per tahun dan terkonsentrasi di Eropa, Amerika Utara, Australia, dan Jepang. Jika timbul pandemi, produksi vaksin hanya mampu mencukupi 10 persen kebutuhan dunia.

Hingga saat ini tidak ada satu pun produsen di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, yang memproduksi vaksin flu sendiri. Negara-negara di kawasan ini terancam tidak memiliki vaksin ketika timbul pandemi flu.

Padahal Indonesia termasuk rawan pandemik flu burung. Data Biofarma menyebutkan, sejak kasus flu burung di Indonesia dilaporkan pertama kali tahun 2005 hingga sekarang tercatat ada 141 kasus dengan angka kematian 115 kasus (81,6 persen).

Pembangunan pabrik vaksin flu di Indonesia diharapkan bisa memperbesar cadangan vaksin flu dunia. Kapasitas produksi vaksin flu Biofarma ditargetkan 20 juta dosis vaksin per tahun.

Gubernur Jawa Barat meminta PT Biofarma agar berkomitmen dengan mendahulukan cadangan vaksin flu bagi warga Jawa Barat. Sepanjang tahun 2009 di Jawa Barat tercatat ada 99 kasus influenza A-H1N1, yakni tertinggi nomor empat dari total 25 daerah di Indonesia yang terjangkiti flu tersebut.

Sumber: http://www.kompas.com/read/xml/2009/11/12/07472617/Biofarma.Bangun.Pabrik.Vaksin.Flu


Wednesday, November 11, 2009

Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang

Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2004). Sedangkan hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%.

Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS, DTM&H saat membuka Seminar dalam rangka memperingati Hari Diabetes Sedunia 2009, 5 November 2009 di Jakarta.

Prof. Tjandra Yoga mengatakan berdasarkan hasil Riskesdas 2007 prevalensi nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15 tahun diperkotaan 5,7%. Prevalensi nasional Obesitas umum pada penduduk usia ≥ 15 tahun sebesar 10.3% dan sebanyak 12 provinsi memiliki prevalensi diatas nasional, prevalensi nasional Obesitas sentral pada penduduk Usia ≥ 15 tahun sebesar 18,8 % dan sebanyak 17 provinsi memiliki prevalensi diatas nasional. Sedangkan prevalensi TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) pada penduduk usia >15 tahun di perkotaan adalah 10.2% dan sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi diatas prevalensi nasional. Prevalensi kurang makan buah dan sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi kurang aktifitas fisik pada penduduk >10 tahun sebesar 48,2%. Disebutkan pula bahwa prevalensi merokok setiap hari pada penduduk >10 tahun sebesar 23,7% dan prevalensi minum beralkohol dalam satu bulan terakhir adalah 4,6%.

Dalam sambutannya Prof. Tjandra Yoga menjelaskan, Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin.Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah. Penyakit ini membutuhkan perhatian dan perawatan medis dalam waktu lama baik untuk mencegah komplikasi maupun perawatan sakit.

Diabetes Melitus terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama DM yang disebabkan keturunan dan tipe kedua disebabkan life style atau gaya hidup. Secara umum, hampir 80 % prevalensi diabetes melitus adalah DM tipe 2. Ini berarti gaya hidup/life style yang tidak sehat menjadi pemicu utama meningkatnya prevalensi DM. Bila dicermati, penduduk dengan obes mempunyai risiko terkena DM lebih besar dari penduduk yang tidak obes.

WHO merekomendasikan bahwa strategi yang efektif perlu dilakukan secara terintegrasi, berbasis masyarakat melalui kerjasama lintas program dan lintas sektor termasuk swasta. Dengan demikian pengembangan kemitraan dengan berbagai unsur di masyarakat dan lintas sektor yang terkait dengan DM di setiap wilayah merupakan kegiatan yang penting dilakukan. Oleh karena itu, pemahaman faktor risiko DM sangat penting diketahui, dimengerti dan dapat dikendalikan oleh para pemegang program, pendidik, edukator maupun kader kesehatan di masyarakat sekitarnya.

Tujuan program pengendalian DM di Indonesia adalah terselenggaranya pengendalian faktor risiko untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian yang disebabkan DM. Pengendalian DM lebih diprioritaskan pada pencegahan dini melalui upaya pencegahan faktor risiko DM yaitu upaya promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif, jelas Prof. Tjandra Yoga.

Prof. Tjandra Yoga menambahkan bahwa pada Sidang Umum Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) dalam press release tanggal 20 Desember 2006 telah mengeluarkan Resolusi Nomor 61/225 yang mendeklarasikan bahwa epidemic Diabetes Melitus merupakan ancaman global dan serius sebagai salah satu penyakit tidak menular yang menitik-beratkan pada pencegahan dan pelayanan diabetes di seluruh dunia. Sidang ini juga menetapkan tanggal 14 Nopember sebagai Hari Diabetes Se-Dunia (World Diabetes Day) yang dimulai tahun 2007. .

Oleh karena itu, program Pengendalian Diabetes Melitus dilaksanakan dengan prioritas upaya preventif dan promotif, dengan tidak mengabaikan upaya kuratif. Serta dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh antara Pemerintah, Masyarakat dan Swasta (LP, LS, Profesi, LSM, Perguruan Tinggi).

Sedangkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1575 tahun 2005, telah dibentuk Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular yang mempunyai tugas pokok memandirikan masyarakat untuk hidup sehat melalui pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular, khususnya penyakit DM yang mempunyai faktor risiko bersama.

Sumber : Depkes RI On Line

Jumlah Kasus AIDS Menjadi 8 Kali Lipat dalam Kurun 5 Tahun

Rabu, 11 November 2009

JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus AIDS meningkat selama lima tahun terakhir. Jumlah kasus menjadi delapan kali lipat, yakni dari 2.684 kasus pada tahun 2004 menjadi 17.699 kasus pada pertengahan 2009.

Penanganan HIV/AIDS bagian dari program 100 hari Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih untuk pengendalian penyakit menular, yang dipaparkan dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR yang berlangsung 9 dan 10 November 2009.

Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) merupakan penurunan daya tahan tubuh seseorang yang disebabkan human immuno deficiency virus (HIV). Rasio penderita antara laki-laki dan perempuan adalah tiga berbanding satu. Virus tersebut merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang mengakibatkan menurunnya, bahkan, hilangnya daya tahan tubuh.

Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang mengalami epidemi HIV/AIDS dengan prevalensi meningkat tajam. Sejumlah upaya dilakukan, tetapi belum menunjukkan penurunan. Proporsi kasus tertinggi pada kelompok umur produktif 20-29 tahun (50,07 persen) dan 30-39 tahun. Kasus AIDS terbanyak di Jawa Barat, DKI Jakarta, Papua, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Kepulauan Riau.

Menkes Endang mengatakan, penanggulangan HIV/AIDS memerhatikan nilai-nilai agama dan budaya serta norma kemasyarakatan. Selain itu, terdapat upaya terpadu peningkatan perilaku hidup sehat, pencegahan penyakit, pengobatan dan perawatan berdasarkan fakta ilmiah, serta dukungan terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

Selain itu, disiapkan reagent HIV untuk pengamanan darah (950.000 tes), surveilans (200.000 tes), dan diagnostik (1 juta tes). Saat ini jumlah layanan voluntary, counseling, and testing telah tersebar di 190 rumah sakit, 14 rumah sakit jiwa, 119 puskesmas, 115 lembaga swadaya masyarakat, dan 30 lembaga pemasyarakatan.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Tjandra Yoga Adhitama mengatakan bahwa kesulitan menahan laju peningkatan penularan HIV/AIDS, antara lain, karena terkait berbagai faktor, seperti perilaku, keyakinan, norma, budaya, dan masalah sosial. Untuk menahan laju penularan, dibutuhkan peran masyarakat secara luas.

Dalam paparan di DPR, disebutkan upaya pencegahan yang efektif memutuskan rantai penularan HIV pada kelompok berisiko tertentu, antara lain, dengan promosi alat atau jarum suntik steril serta terapi rumatan metadon. Lainnya ialah promosi kondom terutama di lokalisasi.

”Untuk persoalan di hilir atau bagi orang dengan HIV/AIDS dengan penyediaan ARV,” ujar Tjandra. Untuk ODHA, telah ada penyediaan antiretroviral (ARV) secara berkesinambungan. Dalam program 100 hari, disediakan ARV untuk 16.000 ODHA.

Sementara itu, di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, sebanyak 34 kasus HIV/AIDS ditemukan selama dua tahun terakhir. Dua di antaranya balita berusia dua tahun dan dua bulan. Kedua balita tersebut positif mengidap HIV karena tertular ibunya.

Berdasarkan data Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kabupaten Tegal, dari 34 pengidap HIV/AIDS, 13 orang meninggal dunia, sementara tujuh lain hingga saat ini masih mendapatkan terapi ARV.

Petugas Penyuluh HIV/AIDS PKBI Kabupaten Tegal, Panji Adi, mengatakan, kasus-kasus HIV/AIDS tersebut ditemukan dari hasil voluntary, counseling, and testing.

Sumber : Kompas OL


Tuesday, November 10, 2009

Pemerintah Siapkan Rancangan Jaminan Kesehatan Semesta

Jakarta (ANTARA News) - Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan, pihaknya sedang menyiapkan rancangan sistem jaminan kesehatan semesta yang akan mencakup seluruh populasi.

"Kami sedang membuat `roadmap` Jaminan Kesehatan Semesta 2014," katanya saat melakukan rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI di Jakarta, Senin, yang dipimpin Ketua Komisi IX Ribka Tjiptaning Proletariati.

Dalam rapat dengar pendapat yang dihadiri 46 anggota komisi itu Endang mengatakan, penyusunan rancangan sistem jaminan kesehatan semesta ditargetkan selesai dalam 100 hari kerja pertamanya.

"Sekarang masih meminta masukan dari para ahli dari universitas dan organisasi profesi terkait untuk menyusun ini," katanya.

Dia sebelumnya mengatakan, Jamkesmas secara bertahap akan dikelola menggunakan sistem asuransi kesehatan.

Asuransi kesehatan, katanya, akan menjangkau seluruh populasi, tidak hanya masyarakat miskin saja.

"Premi masyarakat miskin tetap ditanggung pemerintah, yang bekerja (ditanggung) oleh perusahaan, yang mampu bayar sendiri," katanya.

Anggota Komisi IX dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Surya Chandra Surapaty mengatakan, pemerintah harus menyelenggarakan jaminan kesehatan dengan sistem yang sesuai dengan undang-undang nomor 40 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional.

Menurut undang-undang, ia menjelaskan, pengelolaan jaminan kesehatan nasional harus dilakukan oleh badan nirlaba. Lembaga yang dibentuk oleh pemerintah tersebut, kata dia, sekaligus berfungsi sebagai pengelola dana wali amanah.

Kerangka itu sebenarnya sudah diatur dalam undang-undang sistem jaminan sosial nasional, namun hingga kini belum bisa dilaksanakan karena Dewan Jaminan Sosial Nasional belum menyelesaikan pembuatan peraturan pendukungnya, yakni undang-undang tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Peraturan lain yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan SJSN seperti peraturan pemerintah tentang penerima bantuan iuran dan peraturan pemerintah tentang jaminan kesehatan juga belum selesai.

Menurut undang-undang, semua peraturan pendukung pelaksanaan SJSN seharusnya selesai akhir Oktober 2009 dan SJSN sudah bisa dilaksanakan November 2009.

Sumber : Antara OL

Friday, November 6, 2009

Presiden Minta Paradigma Sektor Kesehatan Diubah

Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, paradigma pelayanan kesehatan bagi masyarakat diubah dari upaya pengobatan menjadi pencegahan.

"Kita ingin ubah paradigma dari pengobatan gratis menjadi sehat gratis. Jadi peran Puskesmas, Posyandu, pekan imunisasi, KB dan pemberantasan penyakit akan ditingkatkan. Tidak menunggu jatuh sakit baru diobati, tapi meningkatkan kesehatan masyarakat," kata Presiden usai Sidang Kabinet di Kantor Presiden Jakarta, Kamis.

Meski perubahan paradigma tersebut dilakukan, Presiden mengatakan pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang sakit akan terus dilakukan termasuk bantuan bagi masyarakat miskin.

"Tentu ada kantong-kantong daerah rawan penyakit seperti demam berdarah, Tuberkolosis dan HIV yang tetap diperhatikan. Sehat itu gratis dalam arti bagi tidak mampu dan sangat miskin kita dorong agar sehat," katanya.

Di bidang pendidikan, Presiden menegaskan pada 100 hari mendatang akan dirumuskan mekanisme "link and match" antara dunia pendidikan dengan dunia kerja sehingga lulusan lembaga pendidikan formal siap kerja dan tidak kesulitan mendapatkan pekerjaan.

"Target 100 hari adalah cegah `missed match`, banyak di berbagai provinsi yang dihasilkan perguruan tinggi lulusannya tidak klop dengan pasar tenaga kerja. Ini tidak boleh terjadi, dalam 100 hari kita rumuskan mekanismenya," paparnya.

Sektor penanggulangan bencana, dalam 100 hari mendatang Presiden meminta agar telah dibentuk semacam pasukan atau tenaga yang siaga setiap waktu di kirim bila bencana terjadi.

Pasukan atau tim tersebut terdiri dari medis, PMI, ahli komunikasi, TNI dan Polri. Tim itu akan didukung oleh angkutan udara seperti Hercules dan jenis lainnya untuk segera melakukan langkah tanggap darurat segera setelah bencana terjadi.

"Saya ingin dalam 100 hari bukan hanya standard prosedur saja, bukan hanya siapa yang siaga tapi betul betul sudah berjalan. Satu di barat, di timur dan bahkan bencana sering di negeri kita mulai 2011 penambahan pesawat angkut Hercules dan sejenis serta helikopter untuk angkut logistik," kata Kepala Negara.

Sumber : Antara On Line

Wednesday, November 4, 2009

Pneumonia Pembunuh Anak Nomor Satu di Dunia

Bandung (ANTARA News) -
Pneumonia adalah pembunuh anak nomor satu yang terlupakan dan angka kematian anak umur dibawah lima tahun (balita) akibat penyakit itu lebih tinggi dibandingkan total kematian karena AIDS, malaria dan campak."WHO mencatat sekitar seperlima kematian balita disebabkan oleh pneumonia, penyakit ini ialah pembunuh anak nomor wahid yang dilupakan atau major forgotten killer of children," kata Dirjen Pengendalian Penyakit dan Lingkungan Depkes, Tjandra Yoga Aditaman pada Peringatan Hari Pneumonia Dunia di Gedung FK Unpad Bandung, Senin.
Hingga saat ini pneumonia atau radang paru akut merupakan penyabab kematian utama pada balita.Setiap tahunnya, kata Tjandra, lebih dari 2 juta balita meninggal dunia karena penyakit pneumonia dan ini merupakan seperlima bagian dari 9 juta anak balita yang meninggal dunia setiap tahunnya."Angka kematian karena pneumonia melebihi angka kematian akibat AIDS, campak, malaria atau gabungan ketiganya. Di WHO saja belum ada ruang khusus pneumonia. Makanya pneumonia disebut pembunuh anak no wahid yang dilupakan," katanya.
Oleh karena itu, terhitung mulai 2 November 2009 ini, Badan Kesehatan Dunia atau WHO menetapkan hari ini sebagai World Pneumonia Day (Hari Pneumonia Dunia) di seluruh dunia.
Di Indonesia sendiri, kata Tjandra, peringatan Hari Pneumonia Dunia dilakukan dengan menggelar seminar nasional dengan tajuk "Figth Pneumonia-Save a Child", yang diperuntukkan bagi 340 tenaga kesehatan dari seluruh Indonesia.
Dalam acara tersebut, Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr Badriul Hegar SpAK, menyatakan, tujuan dari pencanangan Hari Pneunomia Sedunia ialah untuk menumbuhkan kesadaran semua pihak baik pemerintah dan masyarakat tentang pneumonia."Pneumonia, merupakan masalah kesehatan masyarakat, khususnya balita yang memerlukan perhatian bersama dari semua pihak supaya angka kesakitan dan kematiannya dapat menurun," kata Dr Badriul.
Menurutnya, perlu penanganan yang komprehensif untuk memberantas penyakit pneumonia yang meliputi aspek perlindungan, pencegahan dan terapi.Pneumonia ialah penyakit radang infeksi akut yang menganai paru. Pneumonia disebabkan oleh kuman (mikroba, jasad renik) yang masuk ke dalam baru, berbiak, dan menimbulkan kerusakan jaringan paru.
Sumber : Antara OL

Inilah Program 100 Hari Menkes

JAKARTA, KOMPAS.com —

Di sela-sela kunjungannya ke RS Hasan Sadikin dan RS Paru-paru HA Rotinsuli, Bandung, Senin (2/11), Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih menyebutkan empat program dalam program 100 harinya.
Keempat program itu adalah:1. Pemenuhan hak setiap individu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan program jaminan kesehatan masyarakat dan sebagainya.2. Peningkatan kesehatan masyarakat melalui percepatan dan pencapaian target Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), yaitu mengurangi angka kematian bayi, angka kematian ibu melahirkan, dan sebagainya.3. Pencegahan dan penularan menyakit menular dan akibat bencana.4. Pemerataan dan distribusi tenaga kesehatan di daerah terpencil, kepulauan, perbatasan, dan daerah tertinggal.
Mengenai program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Menkes mengatakan bahwa pihaknya akan berusaha memberikan jaminan kesehatan kepada orang-orang miskin yang tidak terdaftar, seperti gelandangan."Hal yang menjadi problem dalam Jamkesmas adalah orang-orang yang tidak terdaftar. Dalam 100 hari ke depan, akan dibagikan kartu kepada orang-orang gelandangan, orang-orang di panti, sehingga mereka dapat jaminan untuk berobat," katanya.Selain itu, Depkes juga akan berusaha membayarkan tunggakan pembayaran Jamkesmas.
"Untuk program MDGs juga ada program sweeping balita gizi buruk. Kita punya data dari Riset Kesehatan Dasar, daerah mana saja yang ada kasus gizi buruk dan kita akan fokuskan ke daerah tersebut, dan kemudian kita rujuk ke posyandu untuk mendapatkan makanan tambahan agar gizinya tercukupi," kata Menkes.
Menkes mengatakan, pihaknya akan membentuk sebuah komite yang akan menentukan kebijakan proteksi terhadap semua sampel spesimen dan strain suatu penyakit hasil penelitian di Indonesia. "Saya akan membentuk suatu komite atau komisi nasional yang terdiri dari pakar spesialis anak, pakar spesialis dalam, virulogi, serta pakar-pakar dari universitas dan dari Depkes," kata Endang.
"Komite itu akan menjadi semacam dewan pertimbangan untuk membahas dan memutuskan tawaran penelitian yang besar-besar, bermanfaat atau tidak untuk Indonesia, apa keuntungannya untuk Indonesia, apa saja yang boleh dilakukan oleh pihak asing," katanya.Depkes juga akan membentuk komite material transfer agreement (MTA) yang memutuskan, apakah spesimen atau strain virus/bakteri hasil suatu penelitian bisa keluar dari Indonesia atau tidak. "Selain itu, ada komite MTA. Jadi, penelitian yang sudah disetujui oleh komisi nasional tersebut, kita akan lihat, apa perlu spesimen itu keluar. Sedapat mungkin, spesimen tidak keluar dari Indonesia," kata Menkes.
Sumber: Kompas OL

Tuesday, November 3, 2009

2 Vaksin Belum Masuk Program Nasional

Selasa, 3 November 2009 07:53 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com - Dua vaksin bagi penderita radang paru-paru akut yang dianjurkan Organisasi Kesehatan Dunia agar diberikan kepada anak di negara berkembang belum dimasukkan dalam program nasional imunisasi di Indonesia. Kedua vaksin itu bisa mencegah kematian 1.075.000 anak per tahun akibat radang paru-paru akut.”Dua vaksin itu adalah Haemophilus Influenzae tipe b atau Hib dan Pneumococcus atau PCV,” kata Kepala Subbagian Respirologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Cissy Kartasasmita dalam Simposium Hari Pneumonia Sedunia bertema ”Fight Pneumonia-Save a Child” di Fakultas Kedokteran Unpad, Bandung, Senin (2/11).
Cissy mengatakan, baru dua vaksin masuk program vaksinasi nasional Indonesia, yaitu campak dan pertusis. Padahal, radang paru-paru akut menyebabkan kematian 2 juta anak di dunia.Dikatakan, vaksin campak efektif meminimalkan terjadinya radang paru-paru akut, demikian juga vaksin pertusis. Menurunkan jumlah penderita campak dan pertusis berarti bisa meminimalkan kematian akibat radang paru-paru akut. Namun, tahun 2004 dilaporkan 30 juta-40 juta anak terserang campak dan 295.000-390.000 anak per tahun meninggal karena pertusis. Saat ini harga kedua vaksin itu, menurut Cissy, masih mahal.
Di negara berkembang, Hib menyelamatkan 2 juta-3 juta anak per tahun. Di negara maju, penggunaannya 92 persen, negara berkembang 42 persen, dan negara belum berkembang 8 persen.Penelitian di Gambia menyebutkan, pemberian PCV 9 menurunkan radang paru-paru akut hingga 35 persen dan jumlah kematian turun 16 persen.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengatakan, radang paru-paru akut adalah salah satu penyakit yang kerap dilupakan karena tak menyebabkan banyak kematian seperti AIDS atau flu burung. Fenomena itu, menurut Yoga, sangat disayangkan karena akan menyebabkan radang paru-paru akut menjadi pembunuh utama bayi dan anak di dunia. (CHE)
Sumber : Kompas on line

Wednesday, October 21, 2009

Kasus Babi Terkena Flu H1N1 Ditemukan di AS

(ANTARA/Ahmad Subaidi) Washington (ANTARA News) -

Menteri Pertanian AS Tom Vilsack, Senin, mengumumkan National Veterinary Services Laboratories di U.S. Department of Agriculture (USDA) telah mengkonfirmasi keberadaan virus wabah influenza H1N1 pada sampel babi yang dikumpulkan di Minnesota State Fair dan diajukan oleh University of Minnesota.
"Kami sepenuhnya melibatkan mitra dagang kami guna mengingatkan mereka bahwa beberapa organisasi internasional, termasuk Organisasi Kesehatan Hewan Dunia, telah menyatakan tak ada dasar ilmiah untuk membatasi perdagangan daging babi dan produk babi," kata Vilsack dalam satu pernyataan. "Orang tak dapat terinfeksi flu ini karena makan daging babi atau produk daging babi. Daging babi aman dimakan.
"Hasil sequens mengenai "hemagglutinin", "neuraminidase" dan "gen matriks" dari pengucilan virus tersebut cocok dengan wabah yang dilaporkan 2009 sequens virus flu babi H1N1.
Sampel yang dikumpulkan di Minnesota State Fair 2009 adalah bagian dari kesepakatan proyek penelitian kerja sama University of Iowa dan University of Minnesota, yang didanai oleh U.S. Centers for Disease Control and Prevention yang mendokumentasikan virus influenza di tempat manusia dan babi berinteraksi seperti pasar.
Infeksi babi di pasar tak menunjukkan infeksi ternak komersial karena tayangan memperlihatkan babi berada di bagian terpisah dari industri babi yang tak secara khusus menjadi tempat interaksi manusia atau hewan ternak.
USDA terus mengingatkan produsen babi di AS mengenai perlunya kesehatan yang baik, keamanan biologi dan tindakan lain yang akan menegah penularan dan penyebaran virus influenza pada ternak mereka serta mendorong mereka agar ikut dalam program pengawasan virus influenza babi oleh USDA.
Sumber : Antara OL

Monday, October 19, 2009

Penderita TB di Indonesia Peringkat Ketiga Dunia

Makassar 19/10/2009 (ANTARA News) -

Jumlah penderita Tuberculosis (TB) di Indonesia masih berada pada urutan tertinggi ketiga di dunia, yang pada umumnya disebabkan kurang diperhatikannya faktor kebersihan.

"Indonesia urutan ketiga setelah India dan China yang terbanyak angka penderita TB-nya. Penyebab utama tingginya penderita TB di Indonesia karena kebersihan kurang terjaga," kata Head of Corporate Research Novartis, Paul Herrling di Makassar, Minggu.

Menurut dia, dari hasil penelitian yang dilakukan mitra kerja Novartis di Indonesia diketahui, faktor kebersihan menjadi penyebab utama seseorang terjangkit bakteri penyebab TB.

"Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan, sempit, jorok dan kurang pencahayaan akan menjadi pemicu bakteri TB berkembang dan menjangkiti orang yang lemah kekebalan tubuhnya," katanya.

Selain faktor kebersihan yang dapat menyebabkan seseorang menderita TB, lanjutnya, gaya hidup juga dapat menjadi pemicu penyakit menular ini.

Sebagai gambaran, penderita TB juga banyak di Rusia, karena mayoritas penduduknya gemar meminum vodka, sehingga mempengaruhi berat badan dan pada akhirnya menjadi pemicu orang menderita TB.

Berkaitan dengan hal tersebut, lanjutnya, pihaknya memilih Indonesia sebagai lokasi lembaga penelitian TB yang dilaksanakan Novartis-Eijkman-Hasanuddin Clinical Research Initiative (NEHCRI) di Makassar.

"NEHCRI resmi beroperasi di Makassar pada 2007 lalu, karena sebelumnya kami sudah menimbang bahwa lokasi ini sangat representatif," ujar Herrling.

Alasannya, dalam Kawasan Tamalarena Makassar, selain terdapat kampus Universitas Hasanuddin, juga terdapat Rumah Sakit Regional Wahidin, sehingga sangat tepat jika di tengah kawasan itu dibangun lembaga penelitian yang dilengkapi dengan laboratorium yang canggih.

Sumber : ANTARA OL

Thursday, October 15, 2009

Hari Cuci Tangan Sedunia, Cuci Tangan Yuk!

Jakarta - Mungkin hanya segilintir orang yang tahu bahwa 15 Oktober yang jatuh hari ini, diperingati sebagai Hari Cuci Tangan Sedunia (HCTS). Ketidaktahuan dimaklumi, sebab pada 2009 ini HCTS baru diperingati untuk kedua kalinya.
HCTS, tentunya pakai sabun, adalah kampenye global yang dicanangkan oleh PBB dengan peserta lebih dari 70 negara di dunia sebagai upaya untuk menurunkan tingkat kematian balita dan pencegahan terhadap penyakit yang dapat berdampak pada penurunan kualitas hidup manusia.
Serangkaian kegiatan pun digelar untuk memperingati HCTS. Antara lain seperti yang akan dilakukan Departemen Kesehatan (Depkes). Dalam rilis yang diterima detikcom, Kamis (15/10/2009) Dirjen PPPL Depkes secara resmi akan melepas sekitar 500 anak SD untuk kegiatan aksi 'Langit Cerah' dalam rangka sosialisasi cuci tangan pakai sabun.
Dalam peringatan HCTS kali ini, Depkes mengambil tema 'Cuci Tangan Pakai Sabun, Cegah Penyebaran Flu Baru H1N1'. Kampanye Depkes ini akan mangambil tempat di Gedung Pusat Dakwah PP Muhammadiyah, Jl Menteng Raya, Jakpus, pukul 07.30 WIB.
Sebuah perusahaan penghasil produk sabun cuci tangan pun tak mau melewatkan kesempatan ini. Perusahaan itu akan mengadakan aksi cuci tangan serentak di 9 Kota besar di Indonesia pada pukul 10.00 WIB. 9 Kota itu adalah Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Makassar, Banjarmasin, Ambon, dan Jayapura.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, seperti yang disampaikan USAID, menyatakan kematian balita dan anak-anak Indonesia terbesar adalah akibat diare dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).
Nah, menurut penelitian, perilaku kecil seperti mencuci tangan dengan sabun dapat berdampak besar mengurangi angka kematian yang terkait dengan penyakit diare hingga hampir 50 persen. Makanya sedari sekarang, biasakan cuci tangan. Cuci tangan yuk!(lrn/ddt)
Sumber : http://m.detik.com

Reducing childhood deaths from diarrhoea

14 OCTOBER 2009 NEW YORK GENEVA --

Global campaigns to fight diarrhoea - the second deadliest illness for children – must be re-energized to prevent the deaths of millions in the developing world, UNICEF and WHO said today as they released a new report on the disease.

“It is a tragedy that diarrhoea, which is little more than an inconvenience in the developed world, kills an estimated 1. 5 million children each year,” said UNICEF Executive Director, Ann M. Veneman. "Inexpensive and effective treatments for diarrhoea exist, but in developing countries only 39 per cent of children with diarrhoea receive the recommended treatment.”

The report, Diarrhoea: why children are still dying and what can be done, lays out a seven-point plan that includes a treatment package to reduce childhood diarrhoea deaths and a prevention strategy to ensure long-term results. The seven specific points are:
1. Fluid replacement to prevent dehydration;
2. Zinc treatment;
3. Rotavirus and measles vaccinations;
4. Promotion of early and exclusive breastfeeding and vitamin A supplementation;
5. Promotion of hand washing with soap;
6. Improved water supply quantity and quality, including treatment and safe storage of
household water; and
7. Community-wide sanitation promotion.

Dr Margaret Chan, Director-General of WHO, said: "We know where children are dying of diarrhoea. We know what must be done to prevent those deaths. We must work with governments and partners to put this seven-point plan into action."
Source : www.who.int

Wednesday, October 14, 2009

Study: cell phone users at higher risk of brain tumor

BEIJING, Oct. 14 (Xinhuanet) --
Cell phone users might take more risks to come down with brain tumors, according to media reports Wednesday quoting latest research from U.S.

In earlier research, scientists did find a weak link between cell phone and brain tumors, whereas there was no clear indication of what risk the cell phone users were taking.

"We cannot make any definitive conclusions about this," said Dr. Deepa Subramaniam, director of the Brain Tumor Center at Georgetown Lombardi Comprehensive Cancer Center in Washington, D.C.

"But this study, in addition to all the previous studies, continues to leave lingering doubt as to the potential for increased risk. So, one more time, after all these years, we don't have a clear-cut answer."

However, Joel Moskowitz, the study's senior author, said that "clearly there is risk." He's director of the Center for Family and Community Health at the University of California, Berkeley, School of Public Health.

"I would not allow children to use a cell phone, or I at least would require them to use a separate headset," Moskowitz said.

"It seems fairly derelict of us as a society or as a planet to just disseminate this technology to the extent that we have without doing a whole lot more research of the potential harms and how to protect against those harms. Clearly, we need to learn a whole lot more about this technology."

Researchers found that using a mobile phone for a decade or longer resulted in an 18 percent increased risk of brain tumor likely to appear on the side where the phone was used, Moskowitz said.

Moskowitz however believed that there's also potential harm to other areas of the body -- the genitals, for example -- when the phone is carried in a pocket.

With so many people worldwide using cell phones, even a small risk could translate into many illnesses and deaths, he stressed.

"We need to do a whole lot more research because the stakes are really high and there seems to be suggestive evidence that you better be careful about this, especially in children, who have developing tissue and smaller brain and skull sizes," Moskowitz warned.

Last year, the U.S. Food and Drug Administration appealed for more research into the risks posed by long-term cell phone use, rather than the more commonly studied short-term risks. It urged that such research focuses on the health of children, pregnant women and fetuses as well
as workers subject to high occupational exposure.
Source : www.chinaview.cn

Travel Notices - CDC Travelers' Health

MANTAN-MANTAN KEPALA KKP MEDAN