SELAMAT DATANG Dr. JEFRI SITORUS, M.Kes semoga sukses memimpin KKP Kelas I Medan------------------------ Kami Mengabdikan diri Bagi Nusa dan Bangsa untuk memutus mata rantai penularan penyakit Antar Negara di Pintu Masuk Negara (Pelabuhan Laut, Bandar Udara dan Pos Lintas Batas Darat=PLBD) ------

Disease Outbreak News

Saturday, November 22, 2008

DBD, Tifus, dan Leptospirosis Memuncak Bulan Februari

Penulis : Iwan Kurniawan dan Eriez M Rizal

BANDUNG--MI: Selama musim penghujan, penyakit yang paling banyak menyerang masyarakat yaitu demam berdarah dengue (DBD), malaria, tifus (tifoid), diare serta leptospirosis. Penyebarannya akan mulai memuncak pada bulan Februari mendatang.

Hal tersebut dikatakan dr Khie Chen Lie, spesialis penyakit dalam infeksi tropis Rumah Sakit (RS) Cipto Mangunkusumo, seusai simposium First Bandung Infection Diseases, di Bandung, Jawa Barat, Jumat (21/11). "Masyarakat harus mengenali betul karena semua gejala utamanya hampir sama yaitu demam. Sehingga masuk dalam infeksi penyakit daerah tropis," ujarnya.

Ia menjelaskan infeksi DBD dan malaria biasanya tertular melalui udara, sedangkan diare, tifoid dan leptospirosis melalui air kotor. Kelima infeksi penyakit tersebut dapat mengakibatkan kematian. "Jadi, semuanya masih menjadi masalah di lingkungan kita. Terutama penyakit yang berhubungan dengan banjir sekarang ini yakni diare dan leptospirosis yang mulai meningkat. Setelah curah hujan mulai berkurang akan muncul nyamuk aides. Bila tidak dibersihkan genangan air, kasus-kasus DBD pun juga meningkat," jelasnya.

Ia mengatakan untuk mencegah wabah-wabahnya, kebersihan lingkungan perlu sekali diperhatikan. Tidak hanya pemerintah, namun juga masyarakat yang berada di lingkungannya masing-masing. "Kadang-kadang terdapat genangan di pot-pot bunga dan kaleng-kaleng bekas. Bila terlihat, segeralah dibalikan biar tidak bersarang," paparnya.

Melalui kegiatan pencegahan di masing-masing lingkungan, ucapnya, pembasmian penyakit itu dapat diminimalkan. "Dengan demikian, semaksimalnya dicegah agar tidak mewabah," gumamnya. Menurutnya, wabah DBD yang tersebar di Indonesia per tahunnya mencapai 5.000 hingga 10.000 pasien. Dan, kematiannya masih 1%. "Cukup besar yaitu 800 lebih pasien, sehingga penanganannya belum tertanggulangi," jelasnya.

Sedangkan penyakit diare, tifoid dan leptospirosis, katanya, sekitar di bawah 1%. Biasanya penyebarannya di kota-kota besar, di antaranya Bandung, Jakarta, Surabaya dan Medan. "Kuncinya untuk penyakit ini yaitu mengenali gejala sehingga tidak terlambat. Sebisanya pasien (penderita) langsung dibawah ke puskesmas atau RS terdekat untuk mendapatkan pengobatan cairan," cetusnya.

Selain itu, ia mengatakan wabah penyakit yang terjadi di musim penghujan lebih tinggi menyerang kepada anak-anak. Ketahanan daya tahan tubuh yang tidak kebal, menjadi gampang terkena. "Kemampuan mengeluh anak-anak berbeda dengan orang dewasa, sehingga ia tidak mengobrolkan derita yang dialami itu kepada orang tuanya. Dari data yang ada juga menunjukan anak-anak sangat rentan. Jadi, ketika panasnya turun akan menjadi fase-fase shok, sehingga perlu diwaspadai melalui pengecekan darah,"  jelasnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan daerah endemik tertinggi penyebaran malaria di Indonesia hampir menyeluruh. "Bisa saja di daerah pantai, rawa dan pebukitan. Untuk malaria, daerah Papua hingga Nusa Tenggara cukup tinggi penyebaran malaria tropika. Sedangkan di Sumatera dan Kalimantan lebih didominasi malaria anafeles," tandasnya.

Menanggapi program Indonesia Sehat 2020, Khie menilai program tersebut masih perlu ditingkatkan. "Saya kira program itu belum berhasil. Untuk itu, pengetahan dan perhatian kepada masyarakat harus ditingkatkan. Namun penyakit menular sangat susah dibasmi, meski di negara maju yang bersih sekalipun, tetap tidak bisa dihilangkan," pungkasnya.

Sementara itu, spesialis penyakit dalam RS Hasan Sadikin Bandung dr Backti Alisjahbana menilai penyebaran kelima penyakit itu masih menjadi langganan musim penghujan. "Untuk itu, bila terkena demam tinggi, segeralah dirujuk dan dites darahnya. Karena penyakit-penyakit ini cukup tinggi tingkat kematiannya," katanya. (IK/EM/OL-03)

17 PasienTerduga Flu Burung di Makassar Dinyatakan Negatif

Jumat, 21 2008 22:54 WIB

Penulis : Lina Herlina

MAKASSAR--MI: 17 pasien terduga flu burung yang dirawat di Rumah Sakit Regional Dr Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Sulawesi Selatan, dinyatakan tidak terjangkit virus H5N1. Itu berdasakan hasil pemeriksaan laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Departemen Kesehatan yang menyatakan sampel darah dan specimen lendir semua pasien dinyatakan negatif.

Menurut juru bicara tim penanggulangan flu burung RS Regional Dr Wahidin Sudirohusodo Khalid Saleh, Jumat (21/11), hasil pemeriksaan dari sampel darah dan lendir pasien suspect ini diterima pihak Rumah Sakit Wahidin dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel, Kamis (20/11). Setelah menerima hasil laboratorium tersebut,   lima dari 17 pasien terduga flu burung tersebut dipulangkan karena kondisinya sudah membaik. Mereka adalah Annisa, 6, Firdaus, 6, Hasnawati, 34, Rahmawati, 2 dan Fauzi Ibnu Hajar, 3 bulan.

Selebihnya belum dipulangkan karena masih menunggu keputusan pemulangan dari dokter yang menanganinya  dari awal, karena menunggu kondisinysa lebih membaik. Mereka adalah Nur Awalia, 3,6, Nur Fadillah, 4 bulan, Salman, 6, Irwan, 6, Saleha, 2, Rohani, 60, Ilham, 2, Alif, 3, Desi, 5, Eki Reskiani, 5 bulan, Hartati, 26, Nuraeni, 31.

Pasien yang semuanya berasal dari Jalan Pate'ne, Kampung Tangki Jangang, Kelurahan Sudiang, Kecamatan Biringkanayya, Makassar, Sulawesi Selatan. Sempat dirawat intensif selama 10 hari di ruang isolasi sejak dilarikan ke Rumah Sakit sejak 12 November lalu karena merasakan gejala awal flu burung yakni demam tinggi, sesak nafas dan flu yang didahului matinya secara tiba-tiba puluhan ekor unggas di kampung warga yang ternyata positif flu burung.

"Karena para pasien dinyatakan aman berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, mereka sudah bisa pulang," kata Khalid Saleh yang juga  direktur umum dan operasional RS Wahidin Sudirohusodo, Makassar saat ditemui di Rumah Sakit.

Khalid juga menambahkan, selama penanganan pasien flu burung belum ditemukan kendala. Baik dari sisi persediaan obat-obatan maupun peralatan.  "Peralatan untuk penanganan pasien flu burung lengkap yang didrop langsung dari Departemen Kesehatan ke rumah sakit ini. Antara lain alat-alat pelindung diri, tempat tidur, alat monitor dan fentilator,"  jelasnya.

Sementara itu, dua warga Kelurahan Sudiang lainnya yakni Iqbal, 6, dan Karmila, 4 juga sempat dilarikan ke RS Wahidin Sudirohusodo, Selasa (18/11) karena menderita demam tinggi. "Setelah dirawat beberapa hari dokter memvonis Karmila terserang gejala demam berdarah dan Iqbal hanya terserang flu biasa karena perubahan cuaca. Kami langsung bawa ke rumah sakit karena petugas di Puskesmas langsung beri rujukan tanpa memeriksa terlebih dahulu setelah tahu ada ayam mati. Tapi hari ini sudah bisa pulang," tutur Nurtati, 27, ibu dari Iqbal. (LN/OL-03)

Tuesday, November 18, 2008

BPOM Targetkan Bersihkan Obat Berbahaya Sebulan

Senin, 17 2008 11:34 WIB

Setelah merazia dan menarik 22 item obat tradisional dan suplemen obat kuat berbahan kimia obat keras, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) menargetkan dalam satu bulan ke depan semua produk itu harus bersih dari pasaran.

"BPOM tidak akan berhenti dan terus-menerus melakukan razia obat ini di pasaran. Kita tarik dan nanti kita akan lakukan pemusnahan," kata Ketua BOPM, Husniah Rubiana Thamrin Akib di Jakarta, Senin (17/11).

Husniah mengungkapkan, razia akan digelar kembali setelah BPOM menginstruksikan menarik 22 obat kuat pada Jumat 14 November lalu, karena obat tradisional dan suplemen tersebut mengandung bahan kimia obat keras.

"Ini untuk melindungi masyarakat agar tidak membeli obat yang tidak terdaftar di BPOM maupun dengan resep dokter. Kita tidak mau disalahkan kembali seperti kasus susu formula bayi beberapa bulan yang lalu," ujarnya.

Sementara itu, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen BPOM Ruslan Aspan mengatakan, razia ini akan dilaksanakan di seluruh Indonesia, karena obat tradisional maupun suplemen lebih banyak beredar di toko obat, walaupun apotek juga ada yang menjual obat kuat itu.

"Kita harapkan dalam waktu satu bulan, produk yang tercantum dalam Public Warning No.KH.00.01.43.5847 tanggal 14 November 2008, bersih di pasaran. Kita mengharapkan masyarakat tidak mengkonsumsi lagi, kalau ragu bisa menghubungi BPOM," lanjutnya.

Ruslan mengatakan, pihaknya akan segera menarik produk-produk itu, seperti yang sudah banyak beredar di pasaran yaitu, tripoten mengandung Tadalafil serta Maca Gold yang mengandung Sildenafil Sitrat yang dapat menyebabkan kematian. (Ant/OL-01)

Sumber : MIOL http://www.mediaindonesia.com/index.php?ar_id=NDQ0NjE=

Sunday, November 16, 2008

Dugaan Cluster Flu Burung Terjadi di Makassar

Penulis : Cornelius Eko (Media Indonesia)
Berdasarkan kumpulan sejumlah data yang masuk, untuk sementara waktu pihak Departemen Kesehatan menyimpulkan kecil kemungkinan 17 pasien suspect flu burung (Avian Influenza/AI) yang kini dirawat di ruang isolasi Rumah Sakit Regional Dr Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Sulawesi Selatan terindikasi positif menderita flu burung.

"Data yang masuk memang masih sepotong-potong. Tapi dapat disimpulkan pasien tidak mengalami leukopeni (penurunan jumlah sel darah putih), terang Plh. Direktur Jenderal Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes Tjandra Yoga Aditama pada Media Indonesia, Kamis (13/11).

Menurut Tjandra, 70% pasien positif flu burung mempunyai ciri-ciri terkena leukopeni. Umumnya penderita positif flu burung kandungan jumlah sel darah putih drop hingga berada dibawah kisaran 5000 ml akibat terinfeksi virus H5N1.

Disamping leukopeni, gejala klinis yang umumnya ada pada pasien positif adalah gejala panas, sesak nafas, thrombositopeni (penurunan jumlah sel darah dalam darah) dan pneumonia (infeksi paru-paru yang menimbulkan masalah respirasi).

Kendati demikian Tjandra tidak menampik terdapat faktor resiko berupa matinya sejumlah unggas pada lingkungan korban. "Faktor risiko (dekat dengan unggas mati) memang ada. Tapi belum ada laporan unggas yang mati terpapar H5N1 atau tidak," imbuhnya.

Namun secara keseluruhan, Tjandra mengaku informasi yang diterima Depkes masih samar. Imbasnya, sulit bagi instansi ini menentukan status korban. Hingga saat ini, sample dari 17 penderita belum bisa dikirim ke laboratorium pusat rujukan flu burung di Lembaga Eijkman dan laboratorium Badan Litbangkes Depkes di Jakarta. "Baru siang tadi tim diterjunkan ke sana," tuturnya.

Berdasarkan kesepakatan, status pasien positif flu burung hanya bisa diumumkan secara resmi setelah melewati pemeriksaan pemeriksaan RT-PCR ke-dua laboratorium itu. Seandainya ke-17 orang tersebut positif flu burung, maka bisa dipastikan ini merupakan kasus cluster (flu burung berkelompok) terbesar di dunia. Sebelumnya kasus cluster terbanyak terjadi di Karo, Sumatra Utara yang terjadi pada 9 orang yang berdekatan. Semakin banyak kejadian cluster, maka dapat diindikasikan kasus flu burung antarmanusia makin dekat. (Tlc/OL-03)

Sumber : http://www.mediaindonesia.com/index.php?ar_id=NDM3NTA=

Travel Notices - CDC Travelers' Health

MANTAN-MANTAN KEPALA KKP MEDAN