DBD, Tifus, dan Leptospirosis Memuncak Bulan Februari
Penulis : Iwan Kurniawan dan Eriez M Rizal BANDUNG--MI: Selama musim penghujan, penyakit yang paling banyak menyerang masyarakat yaitu demam berdarah dengue (DBD), malaria, tifus (tifoid), diare serta leptospirosis. Penyebarannya akan mulai memuncak pada bulan Februari mendatang.
Hal tersebut dikatakan dr Khie Chen Lie, spesialis penyakit dalam infeksi tropis Rumah Sakit (RS) Cipto Mangunkusumo, seusai simposium First Bandung Infection Diseases, di Bandung, Jawa Barat, Jumat (21/11). "Masyarakat harus mengenali betul karena semua gejala utamanya hampir sama yaitu demam. Sehingga masuk dalam infeksi penyakit daerah tropis," ujarnya.
Ia menjelaskan infeksi DBD dan malaria biasanya tertular melalui udara, sedangkan diare, tifoid dan leptospirosis melalui air kotor. Kelima infeksi penyakit tersebut dapat mengakibatkan kematian. "Jadi, semuanya masih menjadi masalah di lingkungan kita. Terutama penyakit yang berhubungan dengan banjir sekarang ini yakni diare dan leptospirosis yang mulai meningkat. Setelah curah hujan mulai berkurang akan muncul nyamuk aides. Bila tidak dibersihkan genangan air, kasus-kasus DBD pun juga meningkat," jelasnya.
Ia mengatakan untuk mencegah wabah-wabahnya, kebersihan lingkungan perlu sekali diperhatikan. Tidak hanya pemerintah, namun juga masyarakat yang berada di lingkungannya masing-masing. "Kadang-kadang terdapat genangan di pot-pot bunga dan kaleng-kaleng bekas. Bila terlihat, segeralah dibalikan biar tidak bersarang," paparnya.
Melalui kegiatan pencegahan di masing-masing lingkungan, ucapnya, pembasmian penyakit itu dapat diminimalkan. "Dengan demikian, semaksimalnya dicegah agar tidak mewabah," gumamnya. Menurutnya, wabah DBD yang tersebar di Indonesia per tahunnya mencapai 5.000 hingga 10.000 pasien. Dan, kematiannya masih 1%. "Cukup besar yaitu 800 lebih pasien, sehingga penanganannya belum tertanggulangi," jelasnya.
Sedangkan penyakit diare, tifoid dan leptospirosis, katanya, sekitar di bawah 1%. Biasanya penyebarannya di kota-kota besar, di antaranya Bandung, Jakarta, Surabaya dan Medan. "Kuncinya untuk penyakit ini yaitu mengenali gejala sehingga tidak terlambat. Sebisanya pasien (penderita) langsung dibawah ke puskesmas atau RS terdekat untuk mendapatkan pengobatan cairan," cetusnya.
Selain itu, ia mengatakan wabah penyakit yang terjadi di musim penghujan lebih tinggi menyerang kepada anak-anak. Ketahanan daya tahan tubuh yang tidak kebal, menjadi gampang terkena. "Kemampuan mengeluh anak-anak berbeda dengan orang dewasa, sehingga ia tidak mengobrolkan derita yang dialami itu kepada orang tuanya. Dari data yang ada juga menunjukan anak-anak sangat rentan. Jadi, ketika panasnya turun akan menjadi fase-fase shok, sehingga perlu diwaspadai melalui pengecekan darah," jelasnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan daerah endemik tertinggi penyebaran malaria di Indonesia hampir menyeluruh. "Bisa saja di daerah pantai, rawa dan pebukitan. Untuk malaria, daerah Papua hingga Nusa Tenggara cukup tinggi penyebaran malaria tropika. Sedangkan di Sumatera dan Kalimantan lebih didominasi malaria anafeles," tandasnya.
Menanggapi program Indonesia Sehat 2020, Khie menilai program tersebut masih perlu ditingkatkan. "Saya kira program itu belum berhasil. Untuk itu, pengetahan dan perhatian kepada masyarakat harus ditingkatkan. Namun penyakit menular sangat susah dibasmi, meski di negara maju yang bersih sekalipun, tetap tidak bisa dihilangkan," pungkasnya.
Sementara itu, spesialis penyakit dalam RS Hasan Sadikin Bandung dr Backti Alisjahbana menilai penyebaran kelima penyakit itu masih menjadi langganan musim penghujan. "Untuk itu, bila terkena demam tinggi, segeralah dirujuk dan dites darahnya. Karena penyakit-penyakit ini cukup tinggi tingkat kematiannya," katanya. (IK/EM/OL-03)