SELAMAT DATANG Dr. JEFRI SITORUS, M.Kes semoga sukses memimpin KKP Kelas I Medan------------------------ Kami Mengabdikan diri Bagi Nusa dan Bangsa untuk memutus mata rantai penularan penyakit Antar Negara di Pintu Masuk Negara (Pelabuhan Laut, Bandar Udara dan Pos Lintas Batas Darat=PLBD) ------

Disease Outbreak News

Tuesday, December 28, 2010

22 Orang Tewas Akibat Infeksi Flu Babi di Sri Lanka

Kathmandu - Wabah flu Babi melanda Sri Lanka. Sebanyak 22 orang tewas akibat terinfeksi flu babi.

Flu Babi di Sri Lanka telah menewaskan 22 orang dari 300 yang terinfeksi virus flu babi selama ini. Data resmi menunjukkan bahwa 22 orang yang terinfeksi dengan virus H1N1/flu babi telah meninggal sejak 25 Oktober.

"Influenza mempengaruhi paru-paru masyarakat dan memicu sebuah ketegangan radang paru-paru. Hujan deras dan cuaca dingin membantu menyebarkan virus," kata pemerintah epidemiologi Sudath Peiris.

Seperti dikutip dari news.com.au, Selasa (28/12/2010), pemerintah setempat mendesak masyarakat untuk menghindari tempat-tempat keramaian dan memerintahkan mereka mengelola kamar telepon umum untuk mendisinfeksi, setidaknya delapan kali sehari.

Organisasi Kesehatan Dunia WHO menyatakan bahwa pandemi flu babi terjadi setelah bulan Agustus, lebih dari setahun setelah penyebaran virus baru di seluruh dunia, memicu panik dan membunuh ribuan orang.

Sumber : http://www.detiknews.com/

Monday, December 27, 2010

Kasus Malaria Meluas

Jakarta, Kompas - Penyakit malaria masih menjadi ancaman serius di Indonesia dan kasusnya semakin meluas di masyarakat. Hal ini tecermin dari menurunnya persentase rumah tangga yang bebas dari penyakit malaria.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, 91,8 persen rumah tangga bebas malaria. Namun, berdasarkan Riskesdas 2010, rumah tangga bebas malaria turun menjadi

71,6 persen yang artinya malaria semakin meluas. Rumah tangga bebas malaria tertinggi menurut Riskesdas 2010 di Provinsi Yogyakarta (85,5 persen) dan terendah di Provinsi Papua Barat (22,8 persen).

”Yang banyak meningkat ialah pada rumah tangga dengan satu penderita malaria. Terjadi peningkatan sekitar 12 persen,” ujar Didik Budijanto, peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Surabaya, pekan lalu, dalam acara Simposium Nasional VI Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kementerian Kesehatan bertajuk ”Merajut Karya Ilmiah, Peduli Kesehatan Bangsa”.

Dia mengatakan, dengan tingkat analisis rumah tangga, bukan pada individu, dapat diketahui kesehatan sebuah rumah tangga yang sangat penting sebagai basis kesehatan masyarakat secara umum. ”Keberadaan penyakit, seperti malaria, menunjukkan rumah tangga dan lingkungan yang belum sesuai harapan,” ujarnya.

Tidak hanya malaria, terjadi juga penurunan rumah tangga bebas tuberkulosis paru dari 96,6 persen (tahun 2007) menjadi 90,4 persen pada 2010. Status malaria dan tuberkulosis termasuk penyakit yang menjadi indikator status kesehatan rumah tangga di Indonesia. Dalam mengatasi penyakit, termasuk malaria, tindakan pencegahan menjadi sangat penting.

Hal senada terungkap dalam penelitian yang dilakukan Made Asri Budisuari dan Astridya Paramita dari Puslitbang Sistem Kebijakan kesehatan, Badan Litbangkes, mengenai ”Analisis Hubungan Penyakit Malaria dan Pencegahan Malaria di Indonesia”. Penelitian itu merupakan analisis lanjut berdasarkan data Riskesdas tahun 2010 guna mendapatkan gambaran perilaku pencegahan malaria yang meliputi karakteristik responden, keadaan wilayah, dan status sosial ekonomi. Salah satu sebab suburnya penyakit malaria di Indonesia ialah iklim dan lingkungan yang mendukung berkembangnya nyamuk Anopheles.

Dalam studi itu disimpulkan, penderita malaria paling banyak berusia 5-14 tahun, laki-laki, tinggal di pedesaan, berpendidikan tamat SD/MI, tidak bekerja atau bersekolah, dan memiliki tingkat pengeluaran per kapita rendah. Selain itu diperoleh fakta, mereka yang memiliki perilaku pencegahan baik ternyata lebih sedikit yang terkena malaria dibandingkan dengan mereka yang kurang baik perilaku pencegahannya.

Para peneliti tersebut menyarankan pengelolaan lingkungan yang sehat untuk mencegah perkembangbiakan vektor nyamuk. Selain itu, diperlukan pula pelayanan kesehatan, antara lain rapid diagnostic test (RDT) dan perilaku pencegahan, seperti pemakaian kelambu berinsektisida, penyemprotan, dan pemberantasan sarang nyamuk. Untuk memberantas malaria perlu dilakukan kerja sama lintas sektor.(INE)

http://health.kompas.com/

Travel Notices - CDC Travelers' Health

MANTAN-MANTAN KEPALA KKP MEDAN