SELAMAT DATANG Dr. JEFRI SITORUS, M.Kes semoga sukses memimpin KKP Kelas I Medan------------------------ Kami Mengabdikan diri Bagi Nusa dan Bangsa untuk memutus mata rantai penularan penyakit Antar Negara di Pintu Masuk Negara (Pelabuhan Laut, Bandar Udara dan Pos Lintas Batas Darat=PLBD) ------

Disease Outbreak News

Friday, November 6, 2009

Presiden Minta Paradigma Sektor Kesehatan Diubah

Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, paradigma pelayanan kesehatan bagi masyarakat diubah dari upaya pengobatan menjadi pencegahan.

"Kita ingin ubah paradigma dari pengobatan gratis menjadi sehat gratis. Jadi peran Puskesmas, Posyandu, pekan imunisasi, KB dan pemberantasan penyakit akan ditingkatkan. Tidak menunggu jatuh sakit baru diobati, tapi meningkatkan kesehatan masyarakat," kata Presiden usai Sidang Kabinet di Kantor Presiden Jakarta, Kamis.

Meski perubahan paradigma tersebut dilakukan, Presiden mengatakan pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang sakit akan terus dilakukan termasuk bantuan bagi masyarakat miskin.

"Tentu ada kantong-kantong daerah rawan penyakit seperti demam berdarah, Tuberkolosis dan HIV yang tetap diperhatikan. Sehat itu gratis dalam arti bagi tidak mampu dan sangat miskin kita dorong agar sehat," katanya.

Di bidang pendidikan, Presiden menegaskan pada 100 hari mendatang akan dirumuskan mekanisme "link and match" antara dunia pendidikan dengan dunia kerja sehingga lulusan lembaga pendidikan formal siap kerja dan tidak kesulitan mendapatkan pekerjaan.

"Target 100 hari adalah cegah `missed match`, banyak di berbagai provinsi yang dihasilkan perguruan tinggi lulusannya tidak klop dengan pasar tenaga kerja. Ini tidak boleh terjadi, dalam 100 hari kita rumuskan mekanismenya," paparnya.

Sektor penanggulangan bencana, dalam 100 hari mendatang Presiden meminta agar telah dibentuk semacam pasukan atau tenaga yang siaga setiap waktu di kirim bila bencana terjadi.

Pasukan atau tim tersebut terdiri dari medis, PMI, ahli komunikasi, TNI dan Polri. Tim itu akan didukung oleh angkutan udara seperti Hercules dan jenis lainnya untuk segera melakukan langkah tanggap darurat segera setelah bencana terjadi.

"Saya ingin dalam 100 hari bukan hanya standard prosedur saja, bukan hanya siapa yang siaga tapi betul betul sudah berjalan. Satu di barat, di timur dan bahkan bencana sering di negeri kita mulai 2011 penambahan pesawat angkut Hercules dan sejenis serta helikopter untuk angkut logistik," kata Kepala Negara.

Sumber : Antara On Line

Wednesday, November 4, 2009

Pneumonia Pembunuh Anak Nomor Satu di Dunia

Bandung (ANTARA News) -
Pneumonia adalah pembunuh anak nomor satu yang terlupakan dan angka kematian anak umur dibawah lima tahun (balita) akibat penyakit itu lebih tinggi dibandingkan total kematian karena AIDS, malaria dan campak."WHO mencatat sekitar seperlima kematian balita disebabkan oleh pneumonia, penyakit ini ialah pembunuh anak nomor wahid yang dilupakan atau major forgotten killer of children," kata Dirjen Pengendalian Penyakit dan Lingkungan Depkes, Tjandra Yoga Aditaman pada Peringatan Hari Pneumonia Dunia di Gedung FK Unpad Bandung, Senin.
Hingga saat ini pneumonia atau radang paru akut merupakan penyabab kematian utama pada balita.Setiap tahunnya, kata Tjandra, lebih dari 2 juta balita meninggal dunia karena penyakit pneumonia dan ini merupakan seperlima bagian dari 9 juta anak balita yang meninggal dunia setiap tahunnya."Angka kematian karena pneumonia melebihi angka kematian akibat AIDS, campak, malaria atau gabungan ketiganya. Di WHO saja belum ada ruang khusus pneumonia. Makanya pneumonia disebut pembunuh anak no wahid yang dilupakan," katanya.
Oleh karena itu, terhitung mulai 2 November 2009 ini, Badan Kesehatan Dunia atau WHO menetapkan hari ini sebagai World Pneumonia Day (Hari Pneumonia Dunia) di seluruh dunia.
Di Indonesia sendiri, kata Tjandra, peringatan Hari Pneumonia Dunia dilakukan dengan menggelar seminar nasional dengan tajuk "Figth Pneumonia-Save a Child", yang diperuntukkan bagi 340 tenaga kesehatan dari seluruh Indonesia.
Dalam acara tersebut, Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr Badriul Hegar SpAK, menyatakan, tujuan dari pencanangan Hari Pneunomia Sedunia ialah untuk menumbuhkan kesadaran semua pihak baik pemerintah dan masyarakat tentang pneumonia."Pneumonia, merupakan masalah kesehatan masyarakat, khususnya balita yang memerlukan perhatian bersama dari semua pihak supaya angka kesakitan dan kematiannya dapat menurun," kata Dr Badriul.
Menurutnya, perlu penanganan yang komprehensif untuk memberantas penyakit pneumonia yang meliputi aspek perlindungan, pencegahan dan terapi.Pneumonia ialah penyakit radang infeksi akut yang menganai paru. Pneumonia disebabkan oleh kuman (mikroba, jasad renik) yang masuk ke dalam baru, berbiak, dan menimbulkan kerusakan jaringan paru.
Sumber : Antara OL

Inilah Program 100 Hari Menkes

JAKARTA, KOMPAS.com —

Di sela-sela kunjungannya ke RS Hasan Sadikin dan RS Paru-paru HA Rotinsuli, Bandung, Senin (2/11), Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih menyebutkan empat program dalam program 100 harinya.
Keempat program itu adalah:1. Pemenuhan hak setiap individu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan program jaminan kesehatan masyarakat dan sebagainya.2. Peningkatan kesehatan masyarakat melalui percepatan dan pencapaian target Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), yaitu mengurangi angka kematian bayi, angka kematian ibu melahirkan, dan sebagainya.3. Pencegahan dan penularan menyakit menular dan akibat bencana.4. Pemerataan dan distribusi tenaga kesehatan di daerah terpencil, kepulauan, perbatasan, dan daerah tertinggal.
Mengenai program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Menkes mengatakan bahwa pihaknya akan berusaha memberikan jaminan kesehatan kepada orang-orang miskin yang tidak terdaftar, seperti gelandangan."Hal yang menjadi problem dalam Jamkesmas adalah orang-orang yang tidak terdaftar. Dalam 100 hari ke depan, akan dibagikan kartu kepada orang-orang gelandangan, orang-orang di panti, sehingga mereka dapat jaminan untuk berobat," katanya.Selain itu, Depkes juga akan berusaha membayarkan tunggakan pembayaran Jamkesmas.
"Untuk program MDGs juga ada program sweeping balita gizi buruk. Kita punya data dari Riset Kesehatan Dasar, daerah mana saja yang ada kasus gizi buruk dan kita akan fokuskan ke daerah tersebut, dan kemudian kita rujuk ke posyandu untuk mendapatkan makanan tambahan agar gizinya tercukupi," kata Menkes.
Menkes mengatakan, pihaknya akan membentuk sebuah komite yang akan menentukan kebijakan proteksi terhadap semua sampel spesimen dan strain suatu penyakit hasil penelitian di Indonesia. "Saya akan membentuk suatu komite atau komisi nasional yang terdiri dari pakar spesialis anak, pakar spesialis dalam, virulogi, serta pakar-pakar dari universitas dan dari Depkes," kata Endang.
"Komite itu akan menjadi semacam dewan pertimbangan untuk membahas dan memutuskan tawaran penelitian yang besar-besar, bermanfaat atau tidak untuk Indonesia, apa keuntungannya untuk Indonesia, apa saja yang boleh dilakukan oleh pihak asing," katanya.Depkes juga akan membentuk komite material transfer agreement (MTA) yang memutuskan, apakah spesimen atau strain virus/bakteri hasil suatu penelitian bisa keluar dari Indonesia atau tidak. "Selain itu, ada komite MTA. Jadi, penelitian yang sudah disetujui oleh komisi nasional tersebut, kita akan lihat, apa perlu spesimen itu keluar. Sedapat mungkin, spesimen tidak keluar dari Indonesia," kata Menkes.
Sumber: Kompas OL

Tuesday, November 3, 2009

2 Vaksin Belum Masuk Program Nasional

Selasa, 3 November 2009 07:53 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com - Dua vaksin bagi penderita radang paru-paru akut yang dianjurkan Organisasi Kesehatan Dunia agar diberikan kepada anak di negara berkembang belum dimasukkan dalam program nasional imunisasi di Indonesia. Kedua vaksin itu bisa mencegah kematian 1.075.000 anak per tahun akibat radang paru-paru akut.”Dua vaksin itu adalah Haemophilus Influenzae tipe b atau Hib dan Pneumococcus atau PCV,” kata Kepala Subbagian Respirologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Cissy Kartasasmita dalam Simposium Hari Pneumonia Sedunia bertema ”Fight Pneumonia-Save a Child” di Fakultas Kedokteran Unpad, Bandung, Senin (2/11).
Cissy mengatakan, baru dua vaksin masuk program vaksinasi nasional Indonesia, yaitu campak dan pertusis. Padahal, radang paru-paru akut menyebabkan kematian 2 juta anak di dunia.Dikatakan, vaksin campak efektif meminimalkan terjadinya radang paru-paru akut, demikian juga vaksin pertusis. Menurunkan jumlah penderita campak dan pertusis berarti bisa meminimalkan kematian akibat radang paru-paru akut. Namun, tahun 2004 dilaporkan 30 juta-40 juta anak terserang campak dan 295.000-390.000 anak per tahun meninggal karena pertusis. Saat ini harga kedua vaksin itu, menurut Cissy, masih mahal.
Di negara berkembang, Hib menyelamatkan 2 juta-3 juta anak per tahun. Di negara maju, penggunaannya 92 persen, negara berkembang 42 persen, dan negara belum berkembang 8 persen.Penelitian di Gambia menyebutkan, pemberian PCV 9 menurunkan radang paru-paru akut hingga 35 persen dan jumlah kematian turun 16 persen.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengatakan, radang paru-paru akut adalah salah satu penyakit yang kerap dilupakan karena tak menyebabkan banyak kematian seperti AIDS atau flu burung. Fenomena itu, menurut Yoga, sangat disayangkan karena akan menyebabkan radang paru-paru akut menjadi pembunuh utama bayi dan anak di dunia. (CHE)
Sumber : Kompas on line

Travel Notices - CDC Travelers' Health

MANTAN-MANTAN KEPALA KKP MEDAN