Flu Babi, Virus Paling Heboh di 2009
Jakarta, Tahun 2009 menorehkan catatan kesehatan paling heboh sejagat karena munculnya virus H1N1 atau flu babi. Penetapan pandemi flu babi oleh WHO sempat membingungkan dan membuat kepanikan di seluruh dunia. Pandemi virus H1N1 terjadi di 200 negara dengan menelan korban jiwa sepanjang 2009 lebih dari 11.500 orang.
Meskipun virus ini kalah ganas dibandingkan virus H5N1 (flu burung) tapi korban yang meningal lebih banyak karena kondisi tubuh pasien yang terkena flu babi umumnya menderita penyakit lain.Pusat pengendalian dan pencegahan penyakit Amerika Serikat (CDC) mendeteksi adanya kasus flu babi pada bulan April 2009.
Dalam beberapa waktu virus H1N1 ini telah menjadi pandemi yang luas dan membuat kepanikan di sebagian besar negara bagian Amerika serta beberapa negara lain di dunia. Masker wajah dan cairan pembersih tangan habis terjual di hampir semua toko.
Berdasarkan data dari CDC, virus H1N1 ini tidak seperti virus flu musiman. Karena virus ini bisa menyebabkan kematian jika didukung oleh adanya faktor risiko lain, seperti kegemukan, adanya infeksi kedua dari bakteri atau memiliki penyakit yang dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. Virus H1N1 ini lebih banyak menyerang anak-anak dan orang dewasa muda.
Seperti dikutip dari CNN, Kamis (31/12/2009) beberapa negara sempat membuat peraturan sebagai upaya pencegahan terhadap meluasnya penyebaran virus H1N1 di negaranya. Seperti Meksiko memrintahkan semua sekolah dan kantor-kantor yang tidak terlalu penting untuk meliburkan karyawannya.
Sedangkan pemerintah Mesir memerintahkan agar semua babi disembelih, walaupun mengonsumsi daging babi tidak akan menyebarkan virus H1N1. Di beberapa negara bahkan sudah memasang alat detektor suhu tubuh di setiap bandara untuk mendeteksi orang asing yang masuk dengan suhu tubuh di atas 38,5 derajat celsius. Ini juga berlaku di Indonesia yakni di bandara Soekarno-Hatta dan bandara Ngurah Rai, Bali.Pada bulan Juni 2009, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengeluarkan penyataan waspada dengan tingkat tertinggi. Hal ini didasarkan pada virus H1N1 yang telah menyebar ke beberapa negara di dunia dan dianggap sebagai pandemi global.
Suatu penyakit disebut mengalami pandemi global jika terjadi hampir di seluruh negara di dunia dan merupakan jenis penyakit terbaru sehingga tubuh manusia belum memiliki daya tahan untuk melawannya.
Tapi kepanikan yang terjadi ini sempat mereda setelah badan kesehatan menentukan bahwa virus H1N1 tidak lebih berbahaya dibandingkan dengan virus flu biasa. Banyaknya orang yang meninggal akibat memiliki faktor risiko lain yang dapat memperberat penyakitnya. Diperkirakan sekitar 95 persen pasien virus H1N1 bisa sembuh dengan sendirinya.
Virus H1N1 baru dinyatakan masuk ke Indonesia pada bulan Juni 2009, setelah 2 orang pasien dinyatakan terinfeksi virus H1N1. Kedua pasien tersebut dirawat di RSPI Sulianti Saroso dan RS Sanglah Denpasar, Bali.
Saat ini telah dibuat vaksin untuk mencegah penyebaran virus H1N1, WHO sendiri mengungkapkan bahwa persediaan vaksin ini masih berlebih dan ada kemungkinan bisa diberikan ke beberapa negara berkembang. Selain itu, salah satu cara pencegahan virus H1N1 yang paling efektif adalah dengan melakukan pola hidup sehat serta rajin mencuci tangan dengan menggunakan sabun.
Tapi kepala organisasi kesehatan dunia (WHO) memperingatkan seluruh dunia bahwa pandemi ini belum berakhir, karena virus H1N1 masih bisa bermutasi. Ditambahkannya masih terlalu cepat dan dini untuk mengatakan bahwa pandemi virus influenza ini telah benar-benar berakhir. Karena para ahli masih harus terus memantau pandemi ini selama 6 sampai 12 bulan ke depan untuk melihat apakah virus ini bisa bermutasi menjadi jenis (strain) yang lebih berbahaya atau tidak.
Sumber : Vera Farah Bararah - detikHealth