Namru-2 : Martabat Bangsa Harus Tetap Ditegakkan
Jakarta, Kompas - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diharapkan meninjau kembali kerja sama dengan Lembaga Riset Naval Medical Research Unit atau Namru-2 yang dikelola Angkatan Laut Amerika Serikat. Kepentingan bangsa harus diutamakan dan martabat bangsa pun harus ditegakkan.
”Kerja sama itu akan dilihat kembali. Apakah akan diratifikasi lagi atau tidak? Pemerintah tidak akan mengorbankan rakyatnya. Jangan sampai membuat keputusan yang merugikan bangsa,” kata Staf Khusus Presiden Bidang Pertahanan Keamanan Irvan Edison dalam diskusi yang diselenggarakan Indonesia Club di Jakarta, Jumat (20/6).
Amerika Serikat pun harus menghargai hak kedaulatan rakyat Indonesia dan tidak memaksakan keinginannya untuk tetap mempertahankan lembaga riset Namru-2 di Indonesia.
Kerja sama Indonesia dan Namru-2 sudah dimulai sejak 30 tahun lalu, ketika ada wabah pes dan kemudian Indonesia meminta bantuan AS untuk mengatasi wabah pes tersebut. Namun, pada tahun 2000 kontrak kerja sama dengan Namru-2 habis dan kini hendak diperbarui. Akan tetapi, nota kesepahaman mengalami kemacetan pada tahun 2005 karena pihak Namru-2 meminta kekebalan diplomatik untuk 70 orang stafnya.
Menanggapi hal itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari mengatakan, laboratorium Namru di negara lain tidak ada yang memiliki kekebalan diplomatik. ”Lha, ini kok aneh. Indonesia saking baiknya sampai mereka berani minta kekebalan diplomatik untuk 70 orang. Nanti bagaimana mengontrolnya?” kata Siti Fadilah beberapa waktu lalu.
Keberatan Indonesia soal permintaan kekebalan diplomatik tersebut didasarkan pada kekhawatiran tidak akan bisa mengontrol gerak para peneliti di Namru-2.
Apalagi, selama ini Namru-2 bebas mengakses atau mendapatkan virus dan spesimen dari ratusan titik rumah sakit di Indonesia.
”Jangan sampai itu dari negara kita dan diriset, malah itu nanti bisa dipakai untuk memusnahkan, sedangkan virus flu burung di Indonesia itu strainnya paling ganas,” kata Irvan Edison.
Siti Fadilah pun telah menyatakan keberatannya akan keberadaan Namru-2 di Indonesia. Dulu memang Indonesia sangat membutuhkannya. Akan tetapi, saat ini laboratorium Namru-2 sudah bisa ditandingi oleh laboratorium BSL-3 Lembaga Eijkman, juga laboratorium BSL-3 Litbangkes Departemen Kesehatan yang telah dibangun. Jadi, Namru-2 kini sudah tidak diperlukan lagi.
”Apalagi selama keberadaan Namru-2 di sini cuma menghasilkan satu doktor,” kata Menkes. (LOK)