Indonesia Tuan Rumah Konferensi Dunia Limbah Berbahaya
21/05/2008 15:52 WIB
Jakarta - Indonesia akan menjadi tuan rumah konferensi internasional masalah limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Konferensi ini penting diselenggarakan mengingat limbah B3 dari negara-negara asing masih masuk ke Indonesia.
"Indonesia masih rentan terhadap masuknya limbah B3 dari negara lain. Karena negara kita negara kepulauan. Oleh karena itu konferensi ini sangat penting bagai negara kita," ujar Menneg LH Rahmat Witoelar di Kantor Kementerian LH di Jl DI Panjaitan, Jakarta, Rabu (21/5/2008).
Rahmat mengatakan, biasanya limbah-limbah tersebut masuk ke Indonesia dengan menggunakan dokumen palsu. Karena itulah, diperlukan kerjasama dengan negara-negara lain untuk mengatasinya.
"Kita pernah beberapa kali mendapatkan bantuan informasi bahwa ada kapal yang mengangkut limbah berbahaya yang akan masuk ke Indonesia. Bantuan informasi seperti inilah yang kita butuhkan. Karena itu kita menjalin kerjasama dengan negara-negara lain," kata Rahmat.
Rahmat mengingatkan, Indonesia pernah mendapatkan limbah B3 yang didatangkan dari Singapura. Masalah ini menimbulkan perbedaan pendapat antarkedua negara tersebut.
Permasalahan inilah, menurut Rahmat yang akhirnya bisa diselesaikan melalui konvensi yang akan belangsung pada 23-27 Juni di Bali ini.
Lebih dari 1000 peserta dari 170 negara akan hadir dalam konvensi ini. 170 Negara tersebut telah meratifikasi Konvensi Basel. Indonesia telah meratifikasi konvensi tersebut sejak 1993.
Dua masalah besar yang akan dibahas yakni pelintasan bahan beracun berbahaya lintas negara, serta penanganan limbah B3 di negara masing-masing. ( anw / mar )
Nala Edwin - detikcom
Jakarta - Indonesia akan menjadi tuan rumah konferensi internasional masalah limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Konferensi ini penting diselenggarakan mengingat limbah B3 dari negara-negara asing masih masuk ke Indonesia.
"Indonesia masih rentan terhadap masuknya limbah B3 dari negara lain. Karena negara kita negara kepulauan. Oleh karena itu konferensi ini sangat penting bagai negara kita," ujar Menneg LH Rahmat Witoelar di Kantor Kementerian LH di Jl DI Panjaitan, Jakarta, Rabu (21/5/2008).
Rahmat mengatakan, biasanya limbah-limbah tersebut masuk ke Indonesia dengan menggunakan dokumen palsu. Karena itulah, diperlukan kerjasama dengan negara-negara lain untuk mengatasinya.
"Kita pernah beberapa kali mendapatkan bantuan informasi bahwa ada kapal yang mengangkut limbah berbahaya yang akan masuk ke Indonesia. Bantuan informasi seperti inilah yang kita butuhkan. Karena itu kita menjalin kerjasama dengan negara-negara lain," kata Rahmat.
Rahmat mengingatkan, Indonesia pernah mendapatkan limbah B3 yang didatangkan dari Singapura. Masalah ini menimbulkan perbedaan pendapat antarkedua negara tersebut.
Permasalahan inilah, menurut Rahmat yang akhirnya bisa diselesaikan melalui konvensi yang akan belangsung pada 23-27 Juni di Bali ini.
Lebih dari 1000 peserta dari 170 negara akan hadir dalam konvensi ini. 170 Negara tersebut telah meratifikasi Konvensi Basel. Indonesia telah meratifikasi konvensi tersebut sejak 1993.
Dua masalah besar yang akan dibahas yakni pelintasan bahan beracun berbahaya lintas negara, serta penanganan limbah B3 di negara masing-masing. ( anw / mar )
Nala Edwin - detikcom