Setahun Epidemi H1N1 : Pelajaran Berharga dari Flu Babi
Setahun lalu, dunia dihebohkan dengan epidemi virus H1N1 atau yang lebih dikenal dengan flu babi. Setahun perjalanannya, apakah dunia mendapatkan pelajaran?
Setahun lalu, Kepala Pengawasan Flu di Pusat Kendali dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), Lyn Finelli, mengumpulkan timnya dan mengatakan agar mereka bersiap menghadapi yang terburuk.
Finelly berkata, epidemi flu sedang terbentuk yang disebabkan oleh virus yang belum pernah dilihat manusia sebelumnya. Ia menyebutkan, petugas kesehatan di Meksiko sudah mulai tertular.
“Kami semua ketakutan, karena mengetahui dengan pasti seperti apa dampak virus mematikan lainnya seperti SARS dan Ebola. Ketika petugas kesehatan juga jatuh sakit, maka kita akan tahu seperti apa penularan dan berbahanya sebuah virus,” paparnya, kemarin.
Setahun berlalu, sejak para ahli melacak keberadaan virus H1N1. Penyakit ini sudah mencapai titik tertingginya dan telah turun sejak itu. CDC dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengatasinya, sejak mulai menyebar dari Meksiko, ke Amerika dan bahkan menyebrang ke Eropa.
“Rencana dan persiapan memang sempurna, hingga virus memodifikasi dirinya dan beradaptasi dengan kondisi baru,” kata plt Direkrut CDC Richard Besser. Hal ini diamini Kepala Persiapan Flu CDC, Stephen Redd, yang mencontohkan penyebaran flu burung (H5N1).
Virus itu terbentuk pertama di Hong Kong pada 1997. Kemudian menyebar melalui burung ke Mesir, Indonesia dan Vietnam. Pandemi H1N1 berasal dari babi dan tak ada yang mengetahui secara persis bagaimana terbentuknya, serta secara cepat menyebar dari manusia ke manusia di Meksiko.
H1N1 sekian lama menyebar dari babi ke babi, namun berevolusi selama 10 tahun hingga akhirnya menjangkiti seorang yang dekat dengan peternakan babi di negara itu. Tak ada yang tahu bagaimana evolusi virus itu terjadi, maupun lokasinya.
WHO sempat menaikkan status kewaspadaan virus H1N1 ke level 5 atau setingkat di bawah level tertinggi (epidemi). Flu babi langsung menjadi sebuah berita besar.
Hingga Selasa (27/4), berdasarkan penghitungan situs flucount.org, terdapat 1.483.520 kasus H1N1 dengan 25.174 kematian. Negara yang paling banyak mencatatkan kasus flu babi adalah Jerman dengan 222.006 kasus. Kemudian Portugal, 166.922 kasus dan China, 120.940 kasus.
Lalu apakah dunia sudah belajar dari kasus H1N1 sepanjang tahun lalu? Ada beberapa yang bisa dipetik. Seperti penggunaan warning yang harus lebih diwaspadai lagi.
Jika tidak tepat sasaran, malah menebarkan kepanikan ke seluruh dunia yang sama sekali tak ada gunanya. Keputusan WHO bisa dibilang sedikit berlebihan, meski tujuannya untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat.
Namun begitu, ada baiknya bereaksi berlebihan ketimbang kurang siaga. Seperti para ahli yang menyadari sifat virus yang sulit ditebak, mereka langsung mempersiapkan vaksin H1N1. Sehingga potensi mematikan pada virus itu berkurang.
Demikian pula sikap pemerintah yang agak sedikit pelit terhadap vaksin. Ketika rakyat yang panik menjerit minta vaksin kepada pemerintah, tak ada yang memperolehnya jika tak benar-benar terdesak. Hal ini sangat baik untuk manajemen stok dan mengendalikan rakyat.
Merebaknya flu babi juga membuat masyarakat waspada dengan perawatan binatang yang menjadi asal-usulnya. Manfaatnya terlihat, karena jumlah virus yang berkembang biak juga menurun.
Terpenting, semua menyadari bahwa pemerintah tak bisa melakukan ini sendiri. Peran serta rakyat sangat penting untuk mencegah terjadinya pandemi. Terutama di masa seperti ini, ketika musim panas tiba dan siklus flu segera dimulai. [mdr]
Sumber : INILAH.COM