Benarkah Virus Demam Berdarah Bermutasi?
Jakarta, 27/4/2010
Belakangan ini muncul kabar-kabar lewat email dan SMS yang menyebutkan penyakit Demam berdarah dengue (DBD) mengalami mutasi yang ditandai dengan tidak munculnya gejala-gejala seperti biasa. Benarkah virus DBD bermutasi? Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengeu yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Virus dengeu memiliki empat serotype (klasifikasi virus), yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Keempat serotype dengue ditemukan di Indonesia, DENV-2 dan DENV-3 merupakan serotype yang dominan.
"Virus memang memiliki kemungkinan bermutasi, biasanya yang paling sering adalah virus influenza. Tapi untuk mengetahui mutasi virus dengeu, perlu juga dilihat dari genotype-nya," ujar Dr Tri Yunus Miko, M.Sc yang juga dosen epidemologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia saat dihubungi detikHealth, Selasa (27/4/2010).
Sayangnya, menurut Dr Tri, kurangnya penelitian mengenai genotype di Indonesia membuat publik kekurangan informasi dan belum bisa menentukan apakah virus itu benar-benar bermutasi.
Dr Tri sendiri hanya menanggapi enteng isu yang menyebutkan bahwa mutasi virus DBD tidak menampakkan gejala umum DB, yaitu tidak ada demam tinggi, tidak ada bintik-bintik merah, penderita hanya merasa sedikit meriang dan batuk-batuk, sehingga hampir tiap penderita menganggapnya sebagai flu biasa.
Menurutnya, gejala-gejala seperti itu adalah gejala yang disebabkan oleh virus dengeu DENV-1, dan bukan karena virus tersebut mengalami mutasi. Penderita DBD mengalami gejala seperti timbulnya bintik-bintik merah atau demam tinggi adalah karena orang tersebut terinfeksi ulang virus dengeu dengan seritype yang berbeda.
Komplikasi DBD;
Nah, untuk kasus-kasus tertentu, DBD bisa sangat mematikan bahkan dengan waktu yang sangat singkat. Misalnya DBD yang menyerang penderita diabetes atau ginjal."Pada kondisi tertentu demam berdarah bisa tidak tertolong lagi seperti mengalami pendarahan yang banyak, trombosit semakin turun serta mengalami shock (pembuluh darah yang mengempes)," ujar dr Kasim Rasjidi, SpPD-KKV, DTM&H, MCMT, MHA, SpJP, FIHA saat dihubungi detikHealth.
dr Kasim menuturkan jika pasien memiliki penyakit diabetes maka kondisinya bisa memburuk saat terkena DBD. Karena tubuh penderita diabetes sudah terinfeksi maka ketika terkena DBD akan memicu gula darah meningkat.Akibatnya cairan dalam tubuh bisa tertarik keluar sehingga tubuh semakin kekurangan cairan. Cairan dalam tubuh yang semakin menurun bisa mengakibatkan turunnya jumlah trombosit.
Maka itu dia menyarankan jika seseorang sudah merasa badannya tidak enak sebaiknya segera minum air putih yang banyak usahakan 2 liter air per hari yang harus dikonsumsi terpenuhi.Bagi orang yang memiliki riwayat penyakit diabetes atau ginjal, sebaiknya asupan air lebih banyak dibandingkan dengan orang yang normal. Karena jumlah cairan yang terpenuhi dapat mencegah terjadinya penurunan trombosit serta bisa dijadikan sebagai pertolongan pertama.
DBD yang menyerang penderita diabetes atau ginjal memang akan jauh lebih buruk dibandingkan dengan DBD yang menyerang orang normal. Hal inilah yang mungkin memicu adanya isu bahwa virus yang menyebab DBD telah mengalami mutasi, karena masa inkubasinya lebih cepat daripada DBD pada umumnya.