Strain bakteri E. coli Eropa tidak ada di Indonesia
JAKARTA. Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih meminta masyarakat tidak risau perihal wabah bakteri Escherichia coli (E. coli) yang tengah melanda di negara-negara Eropa. Lantaran sampai detik ini belum ditemukan strain bakteri E. coli yang serupa dengan di Eropa.
Endang mengatakan, bakteri E.coli di Eropa berbeda dengan yang ada di Indonesia. Apalagi, Endang mengatakan, tidak ada produk pertanian yang diimpor dari Eropa. Namun, sebagai antisipasinya, dia meminta masyarakat membiasakan hidup sehat dan bersih. Salah satu contohnya adalah dengan mencuci sayuran atau buah-buah sebelum dikonsumsi.
Menurutnya, langkah ini sudah cukup untuk menghilangkan bakteri E. coli. "Atau kita sebelum makan mencuci tangan terlebih dulu," paparnya. Makanya Endang menyebutkan jika ada desakan untuk dilakukan kontrol khusus terhadap sayuran dan buahan impor adalah suatu yang berlebihan."Mengkupas buah atau mencuci sebelum mengkonsumsi itu semua sudah cukup," katanya.
Beberapa negara Eropa kini terjangkiti bakteri E. coli. Pasalnya bakteri ini dapat menimbulkan penyakit berbahaya dan mematikan. Penderita dapat berlanjut menjadi parah dalam kondisi yang disebut haemolytic uraemic syndrome (HUS).
Menurut data Kementrian Kesehatan, wabah penyakit ini sebenarnya mulai terjadi di Jerman pada pertengahan Mei 2011. Sampai 2 Juni 2011, Jerman menemukan 520 kasus haemolytic uraemic syndrome (HUS) dengan 11 kematian. Terdapat 1.213 kasus enterohaemorrhagic Escherichia coli (EHEC), 6 diantaranya meninggal. Artinya, di Jerman terdapat 1.733 kasus dan 17 kematian.
Selain Jerman, ada 11 negara lain yang menemukan kasus yang sama yaitu Austria, Republic Ceko, Denmark, Francis, Belanda, Norwegia, Spanyol, Swedia, Swiss, Inggris dan Amerika Serikat.
Gejala penyakit ini berupa sakit perut seperti kram dan diare. Pada sebagian kasus, bahkan dapat mengeluarkan diare berdarah (haemorrhagic colitis). Juga dapat timbul demam dan muntah.
Sumber : nasional.kontan.co.id