Virus Flu Makin Kebal Obat
Jakarta, Virus influenza yang beredar memang mudah sekali berubah. Studi terbaru memperingatkan bahwa strain virus influenza tertentu sedang berkembang dan memiliki kemampuan untuk menyebar yang lebih besar.
Peneliti dari Amerika dan Kanada menegaskan bahwa ada perlawanan terhadap dua kelas obat anti virus yang saat ini telah disetujui. Kondisi ini terjadi dalam beberapa cara dan resistensi (kekebalan) ganda telah meningkat dalam tiga tahun terakhir.
Tim peneliti menganalisis 28 virus influenza H1N1 musiman yang ada di lima negara selama tahun 2008-2010 dan sudah resisten terhadap M2 blockers (adamantanes) dan penghambat neuraminidase (NAIs), termasuk oseltamivir and zanamivir.
Para peneliti menemukan bahwa resistensi virus berkembang dengan cepat. Padahal sebelumnya hanya disebabkan oleh satu penyebab saja (resisten tunggal) misalnya melalui mutasi, respons obat, atau bertukar gen dengan virus lain.
Studi ini juga menunjukkan proporsi virus yang diuji memiliki resisten ganda yang meningkat, yaitu sebesar 0,6 persen pada tahun 2007-2008 menjadi 1,5 persen pada tahun 2008-1009 dan kini sebesar 28 persen pada tahun 2009-2010.
Hasil ini telah dipublikasikan secara online pada 7 Desember 2010 dalam Journal of Infectious Diseases.
"Jika sirkulasi virus yang memiliki resistensi ganda ini meluas, maka pilihan pengobatan yang bisa diberikan akan menjadi sangat terbatas. Untuk itu agen antivirus dan strategi terapi baru kemungkinan besar diperlukan di masa mendatang," ujar penulis studi Dr Larisa Gubareva dari Pusat Pengontrol dan Pencegahan Penyakit AS, seperti dikutip dari HealthDay, Rabu (8/12/2010).
Para ahli mengungkapkan untuk mengatasi virus influenza yang tidak terduga dan virus influenza yang semakin resisten, maka perlu ada peningkatan pengawasan dan pencegahan yang kreatif terhadap pemilihan pengobatan.
Dr Frederick G. Hayden dari University of Virginia School of Medicine, dan Dr Menno de Jong D dari University of Amsterdam di Belanda menuturkan hal-hal yang bisa dilakukan adalah fokus pada efektivitas zanamivir, terapi kombinasi antivirus dan juga pengembangan terhadap jenis obat antivirus yang baru.
Sumber : http://www.detikhealth.com/
Peneliti dari Amerika dan Kanada menegaskan bahwa ada perlawanan terhadap dua kelas obat anti virus yang saat ini telah disetujui. Kondisi ini terjadi dalam beberapa cara dan resistensi (kekebalan) ganda telah meningkat dalam tiga tahun terakhir.
Tim peneliti menganalisis 28 virus influenza H1N1 musiman yang ada di lima negara selama tahun 2008-2010 dan sudah resisten terhadap M2 blockers (adamantanes) dan penghambat neuraminidase (NAIs), termasuk oseltamivir and zanamivir.
Para peneliti menemukan bahwa resistensi virus berkembang dengan cepat. Padahal sebelumnya hanya disebabkan oleh satu penyebab saja (resisten tunggal) misalnya melalui mutasi, respons obat, atau bertukar gen dengan virus lain.
Studi ini juga menunjukkan proporsi virus yang diuji memiliki resisten ganda yang meningkat, yaitu sebesar 0,6 persen pada tahun 2007-2008 menjadi 1,5 persen pada tahun 2008-1009 dan kini sebesar 28 persen pada tahun 2009-2010.
Hasil ini telah dipublikasikan secara online pada 7 Desember 2010 dalam Journal of Infectious Diseases.
"Jika sirkulasi virus yang memiliki resistensi ganda ini meluas, maka pilihan pengobatan yang bisa diberikan akan menjadi sangat terbatas. Untuk itu agen antivirus dan strategi terapi baru kemungkinan besar diperlukan di masa mendatang," ujar penulis studi Dr Larisa Gubareva dari Pusat Pengontrol dan Pencegahan Penyakit AS, seperti dikutip dari HealthDay, Rabu (8/12/2010).
Para ahli mengungkapkan untuk mengatasi virus influenza yang tidak terduga dan virus influenza yang semakin resisten, maka perlu ada peningkatan pengawasan dan pencegahan yang kreatif terhadap pemilihan pengobatan.
Dr Frederick G. Hayden dari University of Virginia School of Medicine, dan Dr Menno de Jong D dari University of Amsterdam di Belanda menuturkan hal-hal yang bisa dilakukan adalah fokus pada efektivitas zanamivir, terapi kombinasi antivirus dan juga pengembangan terhadap jenis obat antivirus yang baru.
Sumber : http://www.detikhealth.com/