Sosialisasi Flu Burung Sebagai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Jakarta, 24 Sep 2008 Penyakit flu burung (FB), masih menular dari unggas ke manusia. Padahal di banyak negara Asia, Eropa dan Afrika, sudah terjadi pandemi FB pada unggas. Dengan semakin seringnya menginfeksi manusia, dikhawatirkan virus FB yang Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI-H5N1) bermutasi menjadi virus yang menular antar manusia. Bila ini terjadi, maka bencana besar tidak bisa dielakkan dengan jumlah kematian dan kesakitan yang banyak serta kekacauan sosial ekonomi, kesedihan serta kesengsaraan umat manusia. Karena itu, semua pihak termasuk perusahaan multi nasional diminta memiliki strategi penanggulangan FB dan Pandemi Influenza. Selain itu sosialisasi pengendalian FB kepada karyawan dan lingkungannya menjadi bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan atau Corparate Social Responsibility (CSR). Demikian pernyataan Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) dihadapan 100 pemilik perusahaan (CEO) dari berbagai jenis bidang usaha, ketika membuka "Sosialisasi Pengendalian FB dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza di lingkungan perusahaan/industri" di Jakarta tanggal 23 September 2008. Kekhawatiran Menkes itu dilandasi pengalaman masa lalu ketika terjadi pandemi flu Spanyol tahun 1918 yang menimbulkan kematian 40-50 juta orang di seluruh dunia dalam waktu yang relatif singkat. Menurut Menkes, pemerintah sangat serius dalam pengendalian FB di Indonesia. Melalui Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2006 telah membentuk Komisi Nasional Pengendalian FB dan Kesiapsiagaan Mengdadapi Pandemi Influenza (Komnas FBPI) guna mengkoordinasikan upaya pengendalian FB secara nasional. Presiden juga telah mengeluarkan Inpres No. 1 Tahun 2007 tentang Penanganan dan Pengendalian virus FB, untuk menekan jumlah penderita FB pada manusia. "Karena itu, tidak bijaksana bila kita tidak bersiapsiaga mengantisipasi ancaman pandemi influenza yang akan datang. Pencegahan timbulnya pandemi influenza di masa yang akan datang secara global sedang diupayakan. Jika upaya ini nanti ternyata tidak berhasil, maka dampak pandemi itu harus dapat ditekan sekecil mungkin dengan kesiapsiagaan yang terencana dan teruji rapi", ujar Dr. Siti Fadilah. Pengendalian FB dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza di lingkungan perusa-haan/industri merupakan bagian integral dari kesiapsiagaan nasional maupun global, harus direncanakan dan diujicoba secara rapi dan teliti. Kalau hal ini tidak dilakukan, sulit dampak pandemi itu dibuat sekecil mungkin di lingkungan perusahaan/industri. Hal ini berarti dampaknya terhadap masyarakat luas akan tetap besar sekali dan tidak terkendali. Padahal, episenter pandemi ini mungkin saja mulai terjadi di bagian tertentu di dunia, kata Menkes. Virus H5N1 pertama kali dideteksi pada ternak unggas pada bulan Agustus 2003 dan infeksi subtipe H5N1 pada manusia pertama kali dikonfirmasi di Indonesia Juli 2005. Tantangan FB semakin meningkat baik pada tingkat nasional maupun pada tingkat regional dan global. Kasus flu burung pada manusia sudah dideteksi di banyak negara yaitu Azerbaijan, Bangladesh, Cambodia, China, Djibouti, Mesir, Indonesia, Iraq, Laos, Myanmar, Nigeria, Pakistan, Thailand, Turkey dan Viet Nam. Pada tingkat nasional, jumlah provinsi endemik flu burung pada unggas sudah sangat meningkat sehingga hanya dua provinsi saja yang masih bebas FB yaitu Gorontalo dan Maluku Utara. Kejadian Luar Biasa (KLB) FB pada unggas masih terjadi secara sporadik di berbagai daerah, tambah Menkes. Menkes menyatakan, FB merupakan penyakit yang relatif baru. Karena itu masih memerlukan kajian dan penelitian dari berbagai ahli seperti epidemiologi, klinis, diagnostik, imunologi dan virologi. Contohnya, deteksi dini dan pengobatan awal FB di Puskesmas diperlukan suatu kit diagnostik cepat (rapid test) dengan tingkat sensitivitas dan spesifisitas tinggi. Begitu pula dalam aspek pencegahan, vaksin FB untuk manusia masih dalam proses penelitian produsen vaksin dan para ahli. Oleh karena itu, Departemen Kesehatan sedang berupaya mengembangkan vaksin FB manusia dan kit diagnostik cepat. Menkes mengakui, keberadaan unggas bagi masyarakat luas sangatlah penting dari segi ekonomi dan sosial. Investasi total dalam peternakan unggas mencapai 35 Milyar dollar Amerika dengan peredaran uang mencapai US$30 Milyar per tahun. Industri peternakan jugai menyerap 10 juta tenaga kerja. Sedangkan total ternak unggas mencapai 1,3 Milyar ekor, dimana 20% diantaranya merupakan peliharaan dibelakang rumah (backyard farm) oleh 30 juta rumah tangga di Indonesia. Dengan demikian, penanggulangan masalah FB di Indonesia tidak boleh dilakukan secara sem-barangan, tetapi harus terencana dan terlaksana secara teliti serta rapi. Seperti dalam pepatah "seperti menarik rambut dari tepung; tepung jangan terserak dan rambut jangan sampai putus", ujar Menkes. Menkes menegaskan, Indonesia sudah mempunyai Rencana Stratejik Nasional untuk pengendalian FB dan Kesiapsiagaan Pandemi Influenza (National Strategic Plan for Avian Influenza Control and Pandemic Influenza Preparedness) 2006-2008. Beberapa kegiatan yang sedang ditingkatkan, antara lain: Selain itu, juga telah memiliki Rencana Kontijensi Pandemi Influenza. Karena Indonesia merupakan negara kepulauan dengan 17.000 pulau, maka perlu sesegera mungkin mensosialisasikan ke daerah-daerah pedoman tentang penanggulangan FB termasuk pedoman tentang penatalak-sanaannya sehingga kesiapsiagaan seluruh tanah air dapat ditingkatkan. Sumber : Depkes Online